Keduanya saling tidak percaya bakalan bertatap seperti saat ini yang membuat Andra sedikit menunjukkan wajah masamya Dimata Olivia. Andra yang sudah menolongnya kini harus berhadapan dengan satpam yang apesnya melihat Andra mendorong kamar mandi.“Kamu merusak fasilitas kampus!” seru satpam tersebut dengan raut wajah geram.Entah apa yang ada dipikirannya Olivia saat ini ia malah memilih pergi meninggalkan Andra yang sedang berurusan dengan satpam. Andra pun geregetan melihatnya yang kelihatan tidak berterimakasih akan kebaikannya tersebut. “Eh... Eh kamu dengar yang saya ucapkan tidak?” tanya satpam tersebut.“Dengar” jawab Andra ketus.Dengan cepat Andra memberikan beberapa uang kepada satpam tersebut dengan maksud untuk membayar tukang bangunan agar memperbaiki kerusakan sekaligus mengganti pintu yang baru. Dengan entengnya juga Andra pun berkata, “Kalau kurang tinggal cari Papa saya di restoran X” Raut wajah satpam tersebut sedikit bimbang. Namun, melihat penampilan Andra yang t
Malam yang dingin mampu memberikan efek relaksasi pada tubuh. Udaranya pun tidak sedingin malam-malam sebelumnya namun juga tidak menimbulkan efek gerah. Andra duduk termenung seorang diri tepat di jendela kamar tidurnya. Matanya menatapi deretan bintang yang saat ini terlihat ada ribuan bintang langit gelap.TokTokTok“Andra... Buka pintunya!” seseorang memanggilnya dari luar pintu. Andra mendengar suara itu lantas beranjak dari tempat duduk dan berjalan kearah pintu.KREAGAndra membuka pintunya dan melihat seorang wanita paruh baya namun wajahnya masih terlihat segar dan juga sosialitanya sangat melekat. Siapa lagi kalau bukan Yunita, wanita yang telah berhasil menguasai harta kekayaan Kelvin karena ada Andra di kehidupannya. “Ada apa Ma?” tanya Andra pada Yunita yang tidak lain adalah mama kandungnya.“Andra, sini anterin Mama ke arisan yuk!” seru Yunita yang terlihat tidak sabaran.Andra yang notabenenya anak yang penurut terhadap perintah orang tua, tentu mengiyakan permintaa
“Kenapa kok tumben ngajakin aku di taman ini tanpa Gini dan Anisa ataupun kejora?” tanya Olivia.Wajah cantiknya sangat dekat dengan wajah Darwin yang terhipnotis melihat wajah Olivia. Jantungnya berdebar-debar setiap kali berhadapan dengan Olivia. Karena tak dihiraukan, Olivia mencubit pipi Darwin yang membuat pemuda itu salah tingkah.“Apa yang kamu lakukan Olivia?” tanya Darwin dengan refleks.Olivia tercengang lalu tertawa kecil. Suaranya yang imut sangat lucu didengar oleh seseorang yang berada dekat dengan Olivia. Gadis cantik tersebut menggelengkan kepalanya karena tak kuasa melihat sahabatnya itu salah tingkah.“Apa yang aku lakukan? Maksud kamu apa Win?” Hampir saja Olivia menaruh curiga dengan cepat Darwin pun berkata, “Aku hanya kaget aja” ujarnya sok cool.Darwin kembali teringat akan sesuatu hal yang ia ingin bicarakan empat mata pada Olivia. Darwin menoleh ke arah kiri dan kanan berharap tidak ada seseorang yang sedang berada di sekitar mereka.“Olivia, aku dengar dari A
“Apa maksud kamu Nis?” tanya Olivia heran sekali sakit hati dikatain pembunuh.“Ah... Lebih baik Lo pergi aja dari sini!” seru Anisa.Darwin tidak suka Olivia dituduh yang tidak-tidak dengan tegas menegur Anisa. Namun, saat ini Anisa tidak ingin dinasehati. “Kalian pergi dari sini!!!” seru Anisa. Darwin meraih tangan Olivia hingga keluar dari ruangan. “Lepasin Win!” teriak Olivia tak terima diseret oleh Darwin.“Apa? Kita lebih baik pergi dari sini. Kita sudah diusir sama Anisa” ujar Darwin.Olivia memegangi kepalanya yang tidak pusing. Air matanya menetes tanpa aba-aba. Merasa semua orang membencinya padahal dia hanyalah orang baru dilingkungan itu. Darwin menenangkannya dan mengatakan bahwa Olivia tidak perlu menghiraukan perkataan Anisa.Olivia beranjak dari tempat duduk lalu meminta izin untuk pulang. Darwin mencegahnya karena ia takut Olivia nekat melakukan sesuatu yang menyakiti dirinya sendiri. Darwin menawarkan dirinya untuk mengantarkan Olivia pulang namun Olivia menolak.“K
Jarum jam dinding telah menunjukkan pukul 19:00 Malam. Miranda menolehkan kepalanya ke arah pintu depan yang tengah terbuka. Miranda berjalan mendekati pintu yang berniat untuk menutup pintu yang terbuka tersebut. Namun, matanya tertuju pada Olivia yang duduk seorang diri diteras rumahnya.“Olivia?” Miranda memanggilnya lalu Olivia menoleh lalu tersenyum tipis dan beberapa detik kemudian ia memalingkan wajah. Hal ini membuat Miranda merasa heran dengan sikap putrinya tersebut.“Sayang... Kamu kenapa?” tanya Miranda lembut.“Ma, apa Olivia pembawa sial?” tanya Olivia pada mamanya.Kelopak mata Olivia membengkak seperti telah habis menangis. Miranda merasa putrinya sedang ada masalah yang membuat putrinya menangis hingga kelopak matanya bengkak seperti ini. “Kenapa kamu bisa mengatakan itu Sayang?” tanya Miranda yang masih terlihat lembut.“Gara-gara Olivia, Gini teman aku bunuh diri akibat membenci aku Ma. Padahal, aku sama sekali tidak mencari musuh tapi mengapa ada aja yang membenci
Olivia tersenyum manis kearah Dika. Ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya itu meskipun berhadapan dengan Dika. Kejora yang sudah selesai meniup lilin membuat teman-teman yang lain bersorak gembira merayakan pesta di malam hari ini. Kejora menolehkan kepalanya ke arah Olivia dan terlihat ia memberikan kode kepada Olivia.Olivia yang polos tentu tidak berpikir apa-apa hingga ia berjalan menuju ke arah kejora. Olivia yang sudah mendekat pantas bertanya, “Ada apa Olivia?” Kejora tertawa kecil namun nada bicaranya seakan tidak mengerti. Kejora mengatakan bahwa ia tidak memanggil Olivia untuk maju menghampirinya.“Kayaknya kamu salah faham” ujar kejora pada Olivia.Beberapa orang yang melihatnya meledek tak bersahabat. Olivia menghela nafasnya dalam-dalam agar tidak terpengaruh oleh suasana saat ini. “Maaf, aku kira kamu memanggilku” ujar Olivia pelan lalu perlahan menjauh.Olivia merasa sudah tidak tahan berada di dalam rumah kejora bahkan sejak tadi Kejora tidak mengajaknya berbicara.
“Apa maksud kamu Kejora?” tanya Olivia yang sedikit emosi. Apalagi yang berkata seperti itu adalah Kejora yang ia anggap paling mengerti dengan dirinya. Olivia tidak menyangka kejora juga ikut terhasut oleh desas-desus buruk akan image dirinya.“Sabar dulu Olivia” ujar Kejora.“Sabar? Bagaimana aku tidak sabar kalau kamu juga menuduh aku yang tidak-tidak. Apa sih salah aku sama kalian hingga kalian tega seperti ini pada aku?” semua isi unek-uneknya telah Olivia lampiaskan begitu saja pada Kejora.Kejora yang sebenarnya tidak peduli dengan Kejora hanya bisa kembali berpura-pura sedih. Kejora meminta maaf karena telah membuat Olivia emosi.“Aku minta maaf sama kamu Oliv! Aku tidak bermaksud ngebuat kamu marah seperti ini. Aku begini karena aku peduli sama kamu dan aku juga sedih kalau mereka memojokkan kamu seperti ini. Tapi... Aku serius dengan apa yang aku katakan bahwa Darwin berantem dengan Dika itu disebabkan oleh kamu. Memang bukan kamu yang meminta keributan itu namun ini berkait
Darwin memberitahukan keberadaan Olivia kepada Berri dan polisi yang hendak mencari Olivia juga. Dengan cepat mereka berangkat bersama didalam mobil polisi menuju ke alamat yang Darwin berikan kepada polisi. Selama diperjalanan itu, Darwin memiliki beragam pertanyaan yang ingin ia tanyakan saat berhadapan dengan Olivia hingga ia tak sadar bahwa polisi sudah sampai di lokasi yang dituju tersebut.“Darwin, habis ini kita kemana lagi?” tanya Berri.“Ayo kita turun” ujar Darwin.Mereka turun dan berjalan menuju ke arah depan hingga terlihat ada dua cewek cowok yang wajahnya tidak asing dimata Darwin. Mereka adalah Andra dan juga Olivia. Dengan senang, Darwin menunjuk ke arah mereka. “Itu mereka Om!” serunya.Saat sudah dekat, berri langsung mengintrogasi Olivia. Wajah Olivia sembab dan tak mau bicara lalu Andra pun mewakilinya.“Maaf Om, saya menemukan Olivia terkurung di kamar mandi kampus” ujarnya.Kejadian itu kembali lagi, ini sudah yang kedua kalinya Olivia dijebak di kamar mandi. Ka
Olivia nekat menemui mantan pembantu yang pernah bekerja di rumah Jessika. Dengan berharap ia akan menemukan jawaban yang bisa membebaskan Andra dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Hanya saja, rumah yang dituju cukup jauh dari perkotaan tempat Olivia tinggal dan gak inilah yang menyebabkan Olivia tidak bisa mendampingi Andra selama proses persidangan berlangsung.Selama perjalanan yang berliku-liku itu akhirnya membuahkan hasil. Pembantu tersebut mengaku siap menjadi saksi mata tanpa dibayar sepeserpun. Pembantu itu pun bahkan mengaku telah menyimpan bukti rekaman cctv yang menangkap rekaman saat Olivia dan Andra terjebak dan di sekap di rumah Jessika.“Kalau begitu kita harus ke kota sekarang Bik. Kita harus tunjukkan bukti cctv ini” ujar Olivia dengan penuh harap.“Mohon maaf Non, bukannya saya tidak mau membantu tapi untuk saat ini saya belum bisa ke kota Non. Kemarin Mama saya meninggal dunia dan saya masih dalam suasana berduka” ujar si mantan pembantu Jessika.“Lalu kapan bisa
“Aku tidak bisa menceritakan ini sama kamu karena waktu kita tidaklah banyak! Olivia, aku telah berkorban untuk kamu dan sekarang kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Sekarang, kamu harus pergi sejauh mungkin dan minta pertolongan pada orang lain. Lupakan aku, aku pasti akan kembali” ujar Andra sambil memegang jari tangan Olivia dengan erat. Seakan ia tak ingin dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintai. “Tapi kamu berjanji akan menyusul aku Ndra?” tanya Olivia.“Aku berjanji” Andra menunjukkan jari kelingkingnya agar Olivia mempercayainya. Sembari menitikkan air mata, Olivia mencoba membalas dengan menunjukkan jari kelingkingnya dan kemudian Andra menghapus air mata yang telah membengkak kan mata Olivia. "Kamu tidak pantas menangis, kamu harus bisa melawan tangisan itu demi aku" pinta Adra.Olivia dengan berat hati meninggalkan Andre seorang diri. Hatinya sakit namun ini juga demi Andra. Andra memerintahkannya untuk pergi tanpa tahu alasan yang sebenarnya mengapa Andra tidak
Setelah berusaha keras untuk membuka gembok pintu akhirnya gembok itu pun terbuka. Miranda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh sejauh mungkin. Bahkan ia belum sempat memakai sendal karena terburu-buru.Hujan badai turun membuat tubuhnya basah dan kedinginan. Tiada lagi tempat yang akan ia berteduh. Hingga seorang ojek online datang menghampirinya. Awalnya Miranda mengira orang itu adalah mata-mata dari Cleo namun setelah berkomunikasi, Miranda yakin bahwa orang itu adalah orang baik.“Tolong saya, antarkan saya ke kantor polisi” pinta Miranda.“Baik Bu, ayo duduk Bu” ujar ojek tersebut ketika sudah memberikan helm pada Miranda.Setelah Miranda duduk membonceng, ia pun bisa bernafas dengan lega. Ia telah ditolong oleh tuhan untuk bisa meloloskan diri. Tidak henti-hentinya ia berdoa agar bisa sampai di kantor polisi.“Bu, sudah sampai ini” ujar si ojek online. Miranda memberikan uang pada si tukang ojek lalu ia masuk ke dalam kantor polisi untuk melap
“Andra bangun!!!” teriak Jessika. Beberapa orang menyarankan Andra harus dibawa ke rumah sakit namun Jessika menolak. Ia yakin bahwa Andra pasti akan sadar sendiri.Selama beberapa detik Andra pingsan Andra pun sadar. Salah satu orang memberikan air putih kepadanya. Merasa lebih baik Andra meminta maaf karena ia mengaku tidak enak badan. Para tamu undangan pun telah pulang dan kini menyisakan kedua belah pihak yakni orang tua Andra maupun orang tua Jessika.“Jeng Siska, nanti putri Jeng Siska pasti akan saya jaga dengan kasih sayang di rumah saya” ujar Yunita yang kini telah resmi menjadi mertua Jessika.“Loh... Tidak perlu susah-susah seperti itu Jeng. Anak saya akan tetap tinggal di rumah ini yang ada si Andra sendiri yang pindah rumah dan tinggal di rumah ini” ujar Siska.Yunita tersentak kaget karena ia tidak diberitahu sebelumnya oleh Andra. Sementara ia sendiri tidak dapat protes karena tahu diri sama siapa ia berhadapan. “Andra, apa benar yang dikatakan Jeng Siska itu?” tanya Y
“Aku tidak bisa menikah sama kamu Jes. Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak pernah memiliki perasaan lebih ke kamu” ujar Andra menegaskan.“Kamu tinggal pilih menikah dengan aku atau kamu harus melihat cewek ini akan merasakan kelaparan? Kalau memang kamu mencintai pacar kamu ini maka sebaiknya kamu harus tunjukkan itu dengan cara menikahlah denganku Sayang” ujar Jessika.Andra tertunduk ia tidak bisa menjawab. Jessika tersenyum lalu berkata, “Kamu tenang saja Andra, aku akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih hanya malam ini saja kalian bisa merenungkan itu. Untuk besok pagi, aku akan ke sini lagi dan menerima jawaban kamu. Setelah itu aku tidak akan lagi kesini untuk memberikan kamu peluang untuk hidup”“Kamu sudah gila Jessika!!!” teriak Olivia.Jessika tidak menghiraukan teriakan Olivia karena sejujurnya Jessika sudah muak melihat wajah Olivia. Jessika pun keluar dari sana dan meninggalkan Olivia maupun Andra.“Andra, apa keputusan kamu? Aku yakin, kita bisa bebas tanpa harus k
“Apa maksud kamu Jessika?” tanya Olivia.Jessika tersenyum sumringah dan menyentuh rambut Olivia. Tindakan Jessika yang menyentuh rambut Olivia dengan cepat Olivia menghempaskan tangan Jessika dari rambutnya yang lurus.Jessika tidak marah namun ia semakin sumringah hingga tertawa terbahak-bahak. Dalam hati Andra, Jessika sudah tidak normal. Jessika pun memberhentikan tawaanya lalu menatap wajah Olivia dan Andra secara bergantian.“Apa kalian ingin aku menceritakan semuanya?” tanya Jessika dengan santai.Andra mengangguk sementara Olivia sudah hampir tersulut emosi. Syukurlah Andra berhasil menenangkan Olivia agar Olivia bisa lebih sabar lagi menghadapi sikap Jessika yang sudah tidak waras ini. Kini, raut wajah Jessika sudah tidak lagi sumringah karena kini raut wajahnya telah berubah menjadi sedih.“Aku benci sama kalian! Terutama kamu Olivia!!!” teriak Jessika.“Kamu... Sama Papa kamu sama saja! Kalian telah menyakiti hati aku yang rapuh ini khiks. Aku hanya ingin merasa dicintai,
Olivia terbangun dari tidurnya dan menoleh ke arah Andra. Ia terkejut ketika Andra sudah tidak ada di dalam mobil. Sontak Olivia khawatir dan mencoba menghubungi nomor handphone Andra. Lagi-lagi ponsel Andra ketinggalan di dalam mobil tersebut.“Astaga... Dimana kamu Andra?” air mata Olivia tidak sengaja keluar begitu saja. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi untuk kesekian kalinya.Olivia berinisiatif untuk datang ke alamat rumah dan berharap Andra sudah lebih dahulu ada di sana. Olivia yang masih merasa lelah dan mengantuk tetap ia coba untuk fokus mengemudi.“Tuhan, tolong bantu aku untuk menyelesaikan masalah ini” gumamnya.Tidak ada satupun orang yang sudah terbangun jam segini. Ada perasaan takut namun rasa takutnya dikalahkan dengan rasa kekhawatirannya pada Andra. Ia ingin cepat ke lokasi dan membantu Andra yang mungkin sedang membutuhkan bantuannya. Secara logika, bekerjasama akan lebih optimal ketimbang berpencar-pencar seperti ini.Olivia akhirnya sam
“Apa! Ada yang memata-matai saya? Dasar sialan! Cepat bawa dia ke hadapan saya!!!” perintah seorang gadis yang terlihat cantik namun tidak dengan hatinya.Beberapa anak buah Jessika menarik paksa tubuh seorang lelaki dalam keadaan babak belur. Dia adalah mata-mata yang baru saja melaporkan informasi kepada Olivia. Berjalan dengan tegak ke arah dirinya yang bersimpuh tidak bertenaga.“Woi Om... Lo mau nyari apa di rumah gw!” bentak Jessika.“S... Saya ti... Tidak nyari apa-apa” ujarnya berbohong.“Ohhh begitu? Dasar pembohong!” seru Jessika yang kini tidak segan menendang pria itu hingga menjerit kesakitan.“Ampuuun tolong berhenti!” teriak pria tersebut.“Kalau Lo mau gw bebaskanlah maka kasih tahu ke gw, Lo itu mau ngapain!” bentak Jessika kembali.Pria itu menelan ludahnya dengan hati deg-degan. Dengan terpaksa ia pun menceritakan hal yang sebenarnya pada Jessika. Sontak Jessika marah besar karena Andra dan Olivia sudah lancar mencari keberadaannya. Jessika yang rupanya sudah menget
Sesampainya di rumah sakit Andra dan Olivia berlari menuju ke salah satu kamar rawat inap. Andra membuka pintu dan melihat mamanya sudah terbujur kaku. Andra menangis sejadi-jadinya sambil memeluk erat tubuh mama tercinta.“Mama... Jangan tinggalkan Andra hiks” Andra terus menangis. Olivia yang sudah lebih dulu melihat pemandangan yang menyakitkan ini saat Papanya sudah tiada. Ingin rasanya Olivia menyentuh bahu Andra namun ia masih kecewa dengan pemuda itu. Dengan menahan rasa rindu ia tidak menyentuh bahu Andra.“Mama kamu sudah tenang di alam sana. Kita hanya bisa ikhlas dan mendoakan yang terbaik” ujar Olivia.Andra tidak bisa memeluk mamanya terlalu lama karena pihak rumah sakit akan membawa mamanya ke kamar jenazah. Andra pasrah ketika selang infus yang terpasang di pergelangan tangan kiri mamanya sudah mulai di cabut oleh perawat. “Olivia, aku sudah sendirian. Mama meninggal dan Papa juga meninggal. Saat ini aku bingung harus mengasuh kedua adikku yang masih kecil, aku belum s