Sudah dua puluh tahun ini Miranda tidak lagi mendengar kabar suaminya yang tidak pernah memberikan kepastian. Entah dirinya sudah diceritakan ataupun tidak diceraikan. Ketidakmatangan Kelvin kehadapannya membuat Miranda setiap saat merasa penasaran. Apalagi saat malam seperti saat ini. Rintikan hujan mendinginkan suasana hati. Menenangkan jiwa dan kembali mengingat sesuatu yang telah berlalu. Miranda memang sudah mengikhlaskan Kelvin bersama dengan wanita lain akan tetapi dirinya merasa Kasihan dengan Olivia yang sampai saat ini belum pernah melihat batang hidung papa kandungnya.Apalagi Miranda merasa bersalah karena mengatakan kepada Olivia bahwa Berry adalah papa kandungnya. Hal itu membuat Olivia tidak pernah menanyakan keberadaan papa kandung selama dua puluh tahun ini. Miranda menitikkan air matanya dalam keheningan malam. Berry, yang berada di ruang makan menanyakan keberadaan Miranda pada kedua putrinya. Satu Olivia dan yang satunya adalah Vivin. Berry tidak mempunyai anak l
Di dalam kelas, Nisa mengajak Olivia untuk menonton konser yang akan diselenggarakan nanti malam. Awalnya Kejora ingin ikut namun melihat ia diajak oleh kekasihnya untuk berduaan saja maka Kejora pun meliburkan dirinya untuk menyelidiki Olivia. Olivia terlihat senang diajak oleh Nisa dan langsung menganggukkan kepalanya. “Nanti malam biar aku aja yang jemput kalian, mumpung jalur rumah kita searah” ujar Gini yang dibalas anggukkan oleh kedua sahabatnya. Kejora yang ikut berada bersama mereka lantas mengatakan bahwa dirinya sibuk sehingga tidak bisa ikut. Tanpa Olivia duga, Nisa keceplosan mengatakan bahwa dirinya tidak peduli Kejora hadir atau tidak. Olivia melihat ketidaksukaan Nisa pada Jessika. Dalam hatinya berkata, “Kenapa Nisa jutek seperti itu pada Jessika?”“Olivia!” teriak seseorang dari arah pintu luar.Olivia dan yang lain menoleh ke arah pintu. Terlihat ada Darwin yang tengah melambaikan tangannya tepat kearah Olivia. Gini menarik tangan Olivia agar menghampiri Darwin .
Berry duduk di sofa empuk sambil menonton film di salah satu stasiun televisi swasta. Miranda yang keluar dari ruang dapur tidak lupa membawa secangkir kopi hangat untuk diberikan pada suaminya. Miranda tersenyum ketika mendapati suaminya tengah tertidur. Dalam hatinya pun bergumam, “Kasihan sekali suamiku, tidak tega rasanya aku bangunkan dia hanya untuk meminum kopi ini” Miranda meletakkan secangkir kopi itu diatas meja. Lalu, Sofia mulai menyelimuti Berry dengan selimut hangat. Saat akan meninggalkannya, Berry tiba-tiba saja mengigau. Samar-samar Miranda mencoba mendekatkan telinganya hanya untuk mendengar apa yang suaminya ucapkan.“Maafkan aku... Bertahun-tahun lamanya aku merahasiakan ini padamu Miranda” gumam Berry pelan hingga Berry mulai memejamkan matanya. Berry mulai mengucek kedua bola matanya tanpa mengetahui keberadaan Miranda disisinya. Perlahan penglihatannya mulai jernih hingga Berry pun melihat kehadiran istrinya itu. Miranda yang tahu suaminya melihatnya hanya bis
Semalaman tidak pulang ke rumah membuat kedua orang tuanya gelisah. Miranda sudah menghubungi beberapa teman dekat putrinya namun tidak ada yang mengetahui keberadaan Olivia, hingga Olivia pun kembali ke rumah. Sontak membuat Miranda dan Berry terkejut. Kedua orang tua tersebut menghampiri Olivia dengan rasa senang.“Kamu darimana saja Sayang?” tanya Miranda pada Olivia.Olivia tidak menyawab apa-apa namun matanya nampak meremang-remang. Olivia pun memeluk Miranda dan menangis sesenggukan. Dalam tangisan itu, Olivia meminta maaf karena telah membuat kedua orang tuanya sakit hati. “Maafin Olivia Ma, Pa” Olivia melepaskan pelukannya di pinggang Miranda dan beralih ke arah Berry.“Papa maafin aku” pinta Olivia.“Kamu tidak salah anakku. Papa yang salah karena tidak pernah memberitahukan hal ini bertahun-tahun pada Mamamu. Tapi... Diluar anak kandung atau anak tiri, Papa sangat menyayangi kamu seperti anak kandung Papa sendiri” ujar Berry.Mereka akhirnya saling memaafkan satu sama lain
“Lo serius dengan cerita Lo itu?” Jessika memandangi Kejora dengan tatapan menyelidik. “Aku sudah buktikan selebihnya kamu yang bermain peran” ujar kejora.Jessika terlihat senang dengan informasi yang telah di sampaikan oleh Kejora. Berkat bantuan Kejora, Jessika bisa mendapatkan ide untuk menyingkirkan Olivia di kampus yang sama.“Apa rencana selanjutnya Jes?” tanya Bunga dengan penasaran.Jessika mengentikan bibir tipisnya dan menyilangkan kedua tangannya di bawah dada. Anggrek dan Bunga hanya bisa menebak-nebak tugas yang akan mereka jalanin untuk selanjutnya.“Sepertinya kita tidak perlu bermain kasar. Cukup kita adu domba Gini agar membenci Olivia. Kalau bisa, buat mereka bertengkar hebat agar masuk viral dan biar sekalian saja mereka di DO dari kampus” Kejora, Bunga dan Anggrek tersenyum dan bertepuk tangan. Lalu mereka berempat pun tertawa terbahak-bahak membayangkan betapa menyenangkannya pikiran mereka saat ini. Keesokan harinya, Gini bersama Anisa berpapasan dengan Kejor
Darwin memakirkan mobilnya di pinggir halaman parkiran. Ia turun dari mobil dengan cepat pembantu yang ada di rumahnya langsung menghampirinya. Dengan ramah wanita paruh baya tersebut menawarkan masakannya pada darwin. Darwin juga memperlakukan pembantunya hal itu terbukti ketika pembantunya merasa sakit Darwin memintanya untuk berobat dengan membiayai biaya berobat."Ayo sarapan dulu Den. Tuan dan Nyonya sudah makan di ruang makan" ujar si pembantu."Iya Bik" ujar Darwin sinngkat.Darwin masuk ke dalam rumah dan menuju ke meja makan. Darwin dapat melihat kedua orang tuanya sedang asyik melahap salah satu makanan yang ada di atas meja. Tanpa rasa canggung Darwin juga ikut bergabung di sana. Kedua orang tuanya melihat Darwin dan mereka saling tatap satu sama lain. Hinggal Alex mencoba untuk mengawali percakapan mereka. “Darwin, tumben sekali kamu pulang seawal ini. Ada apa denganmu?” tanya Alex dengan santai.Dengan entengnya Darwin membalasnya, “Darwin lapar” Wanita paruh baya yang
“Woi tumben kali Lo telat! Tapi Untung si Dosen gak jadi ngajar” ujar Dika dengan terheran-heran.Alih-alih menjawab perkataan Dika, Darwin malah terlihat pucat dan berkeringat dingin. Curiga kalau sahabatnya tengah sakit Dika meraba kening Darwin yang kebetulan suhunya lumayan hangat.“Wah! Lo beneran sakit bro” ujar Dika.Andra yang baru datang dari belanja di kantin langsung menghampiri kedua sahabatnya. Darwin langsung mengajak mereka untuk datang ke rumahnya. Dika yang memang doyan makan tentu tanpa basa-basi langsung mengiyakan ajakan Darwin. Andra sedikit berpikir antara datang atau tidak. Dika memaksa Andra untuk ikut karena jika tidak ikut berarti Andra bukan kawannya.“Iya, aku akan minta izin dulu sama Mamaku” ujar Andra.“Anak mami banget Lo bro!” seru Dika sambil bercanda.Darwin tidak bergeming, ia masih kepikiran dengan kejadian itu. Andra yang memang tidak ingin berlama-lama di kampus memilih untuk pulang duluan. Sementara Dika yang notabenenya anak organisasi memilih
Beraneka ragam makanan dan minuman kini telah disediakan pada meja yang besar. Apalagi Alex adalah pemilik restoran ternama yang tidak lagi diragukan kualitas restoran miliknya. Menjadi senior dalam dunia kuliner membuat Alex seringkali disegani bahkan ada orang yang ingin belajar tentang dunia kuliner pada dirinya.Menjadi sosok yang murah senyum dan tidak pelit membagi informasi membuat rezekinya terus mengalir tanpa henti. Dalam kesuksesannya itu, Alex juga sangat menyayangi putra sematang wayangnya hasil dari hubungan nya dengan Elin yang merupakan istri pertamanya yang telah meninggal dunia ketika berhasil melahirkan Darwin.Kini, Alex sudah memiliki pendamping hidup yang setia kepadanya. Meskipun hati belum sepenuhnya ia serahkan pada sang istri karena cintanya di masa lalu dengan wanita cantik bernama Miranda. Wina dan Alex begitu serasi memakai pakaian couple membuat teman-teman Darwin merasa iri dengan kehidupan Darwin yang serba berkecukupan. Cukup kaya bahkan lebih dari kat
Olivia nekat menemui mantan pembantu yang pernah bekerja di rumah Jessika. Dengan berharap ia akan menemukan jawaban yang bisa membebaskan Andra dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Hanya saja, rumah yang dituju cukup jauh dari perkotaan tempat Olivia tinggal dan gak inilah yang menyebabkan Olivia tidak bisa mendampingi Andra selama proses persidangan berlangsung.Selama perjalanan yang berliku-liku itu akhirnya membuahkan hasil. Pembantu tersebut mengaku siap menjadi saksi mata tanpa dibayar sepeserpun. Pembantu itu pun bahkan mengaku telah menyimpan bukti rekaman cctv yang menangkap rekaman saat Olivia dan Andra terjebak dan di sekap di rumah Jessika.“Kalau begitu kita harus ke kota sekarang Bik. Kita harus tunjukkan bukti cctv ini” ujar Olivia dengan penuh harap.“Mohon maaf Non, bukannya saya tidak mau membantu tapi untuk saat ini saya belum bisa ke kota Non. Kemarin Mama saya meninggal dunia dan saya masih dalam suasana berduka” ujar si mantan pembantu Jessika.“Lalu kapan bisa
“Aku tidak bisa menceritakan ini sama kamu karena waktu kita tidaklah banyak! Olivia, aku telah berkorban untuk kamu dan sekarang kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Sekarang, kamu harus pergi sejauh mungkin dan minta pertolongan pada orang lain. Lupakan aku, aku pasti akan kembali” ujar Andra sambil memegang jari tangan Olivia dengan erat. Seakan ia tak ingin dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintai. “Tapi kamu berjanji akan menyusul aku Ndra?” tanya Olivia.“Aku berjanji” Andra menunjukkan jari kelingkingnya agar Olivia mempercayainya. Sembari menitikkan air mata, Olivia mencoba membalas dengan menunjukkan jari kelingkingnya dan kemudian Andra menghapus air mata yang telah membengkak kan mata Olivia. "Kamu tidak pantas menangis, kamu harus bisa melawan tangisan itu demi aku" pinta Adra.Olivia dengan berat hati meninggalkan Andre seorang diri. Hatinya sakit namun ini juga demi Andra. Andra memerintahkannya untuk pergi tanpa tahu alasan yang sebenarnya mengapa Andra tidak
Setelah berusaha keras untuk membuka gembok pintu akhirnya gembok itu pun terbuka. Miranda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh sejauh mungkin. Bahkan ia belum sempat memakai sendal karena terburu-buru.Hujan badai turun membuat tubuhnya basah dan kedinginan. Tiada lagi tempat yang akan ia berteduh. Hingga seorang ojek online datang menghampirinya. Awalnya Miranda mengira orang itu adalah mata-mata dari Cleo namun setelah berkomunikasi, Miranda yakin bahwa orang itu adalah orang baik.“Tolong saya, antarkan saya ke kantor polisi” pinta Miranda.“Baik Bu, ayo duduk Bu” ujar ojek tersebut ketika sudah memberikan helm pada Miranda.Setelah Miranda duduk membonceng, ia pun bisa bernafas dengan lega. Ia telah ditolong oleh tuhan untuk bisa meloloskan diri. Tidak henti-hentinya ia berdoa agar bisa sampai di kantor polisi.“Bu, sudah sampai ini” ujar si ojek online. Miranda memberikan uang pada si tukang ojek lalu ia masuk ke dalam kantor polisi untuk melap
“Andra bangun!!!” teriak Jessika. Beberapa orang menyarankan Andra harus dibawa ke rumah sakit namun Jessika menolak. Ia yakin bahwa Andra pasti akan sadar sendiri.Selama beberapa detik Andra pingsan Andra pun sadar. Salah satu orang memberikan air putih kepadanya. Merasa lebih baik Andra meminta maaf karena ia mengaku tidak enak badan. Para tamu undangan pun telah pulang dan kini menyisakan kedua belah pihak yakni orang tua Andra maupun orang tua Jessika.“Jeng Siska, nanti putri Jeng Siska pasti akan saya jaga dengan kasih sayang di rumah saya” ujar Yunita yang kini telah resmi menjadi mertua Jessika.“Loh... Tidak perlu susah-susah seperti itu Jeng. Anak saya akan tetap tinggal di rumah ini yang ada si Andra sendiri yang pindah rumah dan tinggal di rumah ini” ujar Siska.Yunita tersentak kaget karena ia tidak diberitahu sebelumnya oleh Andra. Sementara ia sendiri tidak dapat protes karena tahu diri sama siapa ia berhadapan. “Andra, apa benar yang dikatakan Jeng Siska itu?” tanya Y
“Aku tidak bisa menikah sama kamu Jes. Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak pernah memiliki perasaan lebih ke kamu” ujar Andra menegaskan.“Kamu tinggal pilih menikah dengan aku atau kamu harus melihat cewek ini akan merasakan kelaparan? Kalau memang kamu mencintai pacar kamu ini maka sebaiknya kamu harus tunjukkan itu dengan cara menikahlah denganku Sayang” ujar Jessika.Andra tertunduk ia tidak bisa menjawab. Jessika tersenyum lalu berkata, “Kamu tenang saja Andra, aku akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih hanya malam ini saja kalian bisa merenungkan itu. Untuk besok pagi, aku akan ke sini lagi dan menerima jawaban kamu. Setelah itu aku tidak akan lagi kesini untuk memberikan kamu peluang untuk hidup”“Kamu sudah gila Jessika!!!” teriak Olivia.Jessika tidak menghiraukan teriakan Olivia karena sejujurnya Jessika sudah muak melihat wajah Olivia. Jessika pun keluar dari sana dan meninggalkan Olivia maupun Andra.“Andra, apa keputusan kamu? Aku yakin, kita bisa bebas tanpa harus k
“Apa maksud kamu Jessika?” tanya Olivia.Jessika tersenyum sumringah dan menyentuh rambut Olivia. Tindakan Jessika yang menyentuh rambut Olivia dengan cepat Olivia menghempaskan tangan Jessika dari rambutnya yang lurus.Jessika tidak marah namun ia semakin sumringah hingga tertawa terbahak-bahak. Dalam hati Andra, Jessika sudah tidak normal. Jessika pun memberhentikan tawaanya lalu menatap wajah Olivia dan Andra secara bergantian.“Apa kalian ingin aku menceritakan semuanya?” tanya Jessika dengan santai.Andra mengangguk sementara Olivia sudah hampir tersulut emosi. Syukurlah Andra berhasil menenangkan Olivia agar Olivia bisa lebih sabar lagi menghadapi sikap Jessika yang sudah tidak waras ini. Kini, raut wajah Jessika sudah tidak lagi sumringah karena kini raut wajahnya telah berubah menjadi sedih.“Aku benci sama kalian! Terutama kamu Olivia!!!” teriak Jessika.“Kamu... Sama Papa kamu sama saja! Kalian telah menyakiti hati aku yang rapuh ini khiks. Aku hanya ingin merasa dicintai,
Olivia terbangun dari tidurnya dan menoleh ke arah Andra. Ia terkejut ketika Andra sudah tidak ada di dalam mobil. Sontak Olivia khawatir dan mencoba menghubungi nomor handphone Andra. Lagi-lagi ponsel Andra ketinggalan di dalam mobil tersebut.“Astaga... Dimana kamu Andra?” air mata Olivia tidak sengaja keluar begitu saja. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi untuk kesekian kalinya.Olivia berinisiatif untuk datang ke alamat rumah dan berharap Andra sudah lebih dahulu ada di sana. Olivia yang masih merasa lelah dan mengantuk tetap ia coba untuk fokus mengemudi.“Tuhan, tolong bantu aku untuk menyelesaikan masalah ini” gumamnya.Tidak ada satupun orang yang sudah terbangun jam segini. Ada perasaan takut namun rasa takutnya dikalahkan dengan rasa kekhawatirannya pada Andra. Ia ingin cepat ke lokasi dan membantu Andra yang mungkin sedang membutuhkan bantuannya. Secara logika, bekerjasama akan lebih optimal ketimbang berpencar-pencar seperti ini.Olivia akhirnya sam
“Apa! Ada yang memata-matai saya? Dasar sialan! Cepat bawa dia ke hadapan saya!!!” perintah seorang gadis yang terlihat cantik namun tidak dengan hatinya.Beberapa anak buah Jessika menarik paksa tubuh seorang lelaki dalam keadaan babak belur. Dia adalah mata-mata yang baru saja melaporkan informasi kepada Olivia. Berjalan dengan tegak ke arah dirinya yang bersimpuh tidak bertenaga.“Woi Om... Lo mau nyari apa di rumah gw!” bentak Jessika.“S... Saya ti... Tidak nyari apa-apa” ujarnya berbohong.“Ohhh begitu? Dasar pembohong!” seru Jessika yang kini tidak segan menendang pria itu hingga menjerit kesakitan.“Ampuuun tolong berhenti!” teriak pria tersebut.“Kalau Lo mau gw bebaskanlah maka kasih tahu ke gw, Lo itu mau ngapain!” bentak Jessika kembali.Pria itu menelan ludahnya dengan hati deg-degan. Dengan terpaksa ia pun menceritakan hal yang sebenarnya pada Jessika. Sontak Jessika marah besar karena Andra dan Olivia sudah lancar mencari keberadaannya. Jessika yang rupanya sudah menget
Sesampainya di rumah sakit Andra dan Olivia berlari menuju ke salah satu kamar rawat inap. Andra membuka pintu dan melihat mamanya sudah terbujur kaku. Andra menangis sejadi-jadinya sambil memeluk erat tubuh mama tercinta.“Mama... Jangan tinggalkan Andra hiks” Andra terus menangis. Olivia yang sudah lebih dulu melihat pemandangan yang menyakitkan ini saat Papanya sudah tiada. Ingin rasanya Olivia menyentuh bahu Andra namun ia masih kecewa dengan pemuda itu. Dengan menahan rasa rindu ia tidak menyentuh bahu Andra.“Mama kamu sudah tenang di alam sana. Kita hanya bisa ikhlas dan mendoakan yang terbaik” ujar Olivia.Andra tidak bisa memeluk mamanya terlalu lama karena pihak rumah sakit akan membawa mamanya ke kamar jenazah. Andra pasrah ketika selang infus yang terpasang di pergelangan tangan kiri mamanya sudah mulai di cabut oleh perawat. “Olivia, aku sudah sendirian. Mama meninggal dan Papa juga meninggal. Saat ini aku bingung harus mengasuh kedua adikku yang masih kecil, aku belum s