Semalaman tidak pulang ke rumah membuat kedua orang tuanya gelisah. Miranda sudah menghubungi beberapa teman dekat putrinya namun tidak ada yang mengetahui keberadaan Olivia, hingga Olivia pun kembali ke rumah. Sontak membuat Miranda dan Berry terkejut. Kedua orang tua tersebut menghampiri Olivia dengan rasa senang.“Kamu darimana saja Sayang?” tanya Miranda pada Olivia.Olivia tidak menyawab apa-apa namun matanya nampak meremang-remang. Olivia pun memeluk Miranda dan menangis sesenggukan. Dalam tangisan itu, Olivia meminta maaf karena telah membuat kedua orang tuanya sakit hati. “Maafin Olivia Ma, Pa” Olivia melepaskan pelukannya di pinggang Miranda dan beralih ke arah Berry.“Papa maafin aku” pinta Olivia.“Kamu tidak salah anakku. Papa yang salah karena tidak pernah memberitahukan hal ini bertahun-tahun pada Mamamu. Tapi... Diluar anak kandung atau anak tiri, Papa sangat menyayangi kamu seperti anak kandung Papa sendiri” ujar Berry.Mereka akhirnya saling memaafkan satu sama lain
“Lo serius dengan cerita Lo itu?” Jessika memandangi Kejora dengan tatapan menyelidik. “Aku sudah buktikan selebihnya kamu yang bermain peran” ujar kejora.Jessika terlihat senang dengan informasi yang telah di sampaikan oleh Kejora. Berkat bantuan Kejora, Jessika bisa mendapatkan ide untuk menyingkirkan Olivia di kampus yang sama.“Apa rencana selanjutnya Jes?” tanya Bunga dengan penasaran.Jessika mengentikan bibir tipisnya dan menyilangkan kedua tangannya di bawah dada. Anggrek dan Bunga hanya bisa menebak-nebak tugas yang akan mereka jalanin untuk selanjutnya.“Sepertinya kita tidak perlu bermain kasar. Cukup kita adu domba Gini agar membenci Olivia. Kalau bisa, buat mereka bertengkar hebat agar masuk viral dan biar sekalian saja mereka di DO dari kampus” Kejora, Bunga dan Anggrek tersenyum dan bertepuk tangan. Lalu mereka berempat pun tertawa terbahak-bahak membayangkan betapa menyenangkannya pikiran mereka saat ini. Keesokan harinya, Gini bersama Anisa berpapasan dengan Kejor
Darwin memakirkan mobilnya di pinggir halaman parkiran. Ia turun dari mobil dengan cepat pembantu yang ada di rumahnya langsung menghampirinya. Dengan ramah wanita paruh baya tersebut menawarkan masakannya pada darwin. Darwin juga memperlakukan pembantunya hal itu terbukti ketika pembantunya merasa sakit Darwin memintanya untuk berobat dengan membiayai biaya berobat."Ayo sarapan dulu Den. Tuan dan Nyonya sudah makan di ruang makan" ujar si pembantu."Iya Bik" ujar Darwin sinngkat.Darwin masuk ke dalam rumah dan menuju ke meja makan. Darwin dapat melihat kedua orang tuanya sedang asyik melahap salah satu makanan yang ada di atas meja. Tanpa rasa canggung Darwin juga ikut bergabung di sana. Kedua orang tuanya melihat Darwin dan mereka saling tatap satu sama lain. Hinggal Alex mencoba untuk mengawali percakapan mereka. “Darwin, tumben sekali kamu pulang seawal ini. Ada apa denganmu?” tanya Alex dengan santai.Dengan entengnya Darwin membalasnya, “Darwin lapar” Wanita paruh baya yang
“Woi tumben kali Lo telat! Tapi Untung si Dosen gak jadi ngajar” ujar Dika dengan terheran-heran.Alih-alih menjawab perkataan Dika, Darwin malah terlihat pucat dan berkeringat dingin. Curiga kalau sahabatnya tengah sakit Dika meraba kening Darwin yang kebetulan suhunya lumayan hangat.“Wah! Lo beneran sakit bro” ujar Dika.Andra yang baru datang dari belanja di kantin langsung menghampiri kedua sahabatnya. Darwin langsung mengajak mereka untuk datang ke rumahnya. Dika yang memang doyan makan tentu tanpa basa-basi langsung mengiyakan ajakan Darwin. Andra sedikit berpikir antara datang atau tidak. Dika memaksa Andra untuk ikut karena jika tidak ikut berarti Andra bukan kawannya.“Iya, aku akan minta izin dulu sama Mamaku” ujar Andra.“Anak mami banget Lo bro!” seru Dika sambil bercanda.Darwin tidak bergeming, ia masih kepikiran dengan kejadian itu. Andra yang memang tidak ingin berlama-lama di kampus memilih untuk pulang duluan. Sementara Dika yang notabenenya anak organisasi memilih
Beraneka ragam makanan dan minuman kini telah disediakan pada meja yang besar. Apalagi Alex adalah pemilik restoran ternama yang tidak lagi diragukan kualitas restoran miliknya. Menjadi senior dalam dunia kuliner membuat Alex seringkali disegani bahkan ada orang yang ingin belajar tentang dunia kuliner pada dirinya.Menjadi sosok yang murah senyum dan tidak pelit membagi informasi membuat rezekinya terus mengalir tanpa henti. Dalam kesuksesannya itu, Alex juga sangat menyayangi putra sematang wayangnya hasil dari hubungan nya dengan Elin yang merupakan istri pertamanya yang telah meninggal dunia ketika berhasil melahirkan Darwin.Kini, Alex sudah memiliki pendamping hidup yang setia kepadanya. Meskipun hati belum sepenuhnya ia serahkan pada sang istri karena cintanya di masa lalu dengan wanita cantik bernama Miranda. Wina dan Alex begitu serasi memakai pakaian couple membuat teman-teman Darwin merasa iri dengan kehidupan Darwin yang serba berkecukupan. Cukup kaya bahkan lebih dari kat
sudah dua hari Gini absen dari kampus. Olivia sudah menanyakan keberadaan Gini kepada teman-temannya namun tak satupun yang mengetahui alasan Gini tidak masuk kuliah. Merasa ada yang tidak beres, Olivia pun berencana untuk datang langsung ke rumah Gini yang jaraknya tidak terlalu jauh namun juga tidak dekat. “Apa sebaiknya aku ajak Anisa dan Kejora?” gumam Olivia kecil.Olivia mulai menghubungi Anisa namun telepon tidak diangkat hingga beberapa kali. Olivia tidak tinggal diam, ia mencoba menghubungi Kejora. Berbeda dengan Anisa, Kejora justru langsung mengangkat teleponnya yang baru di telepon satu kali. “Hallo, ada apa Olivia?” tanya Kejora dibalik telepon.“hari ini kamu sibuk atau tidak? Kalau tidak, bagaimana kalau kita ke rumah Gini. Soalnya aku khawatir sama keadaan Gini” ujar Olivia. Melihat kesempatan yang ada Kejora pun mengiyakan ajakan Olivia kerumah Gini. Kejora meminta Olivia untuk menunggunya di depan rumah. Tidak sampai dua jam, Kejora akhirnyaya sampai rumah Olivia
Darwin hampir membunuh pemuda itu dengan cara mencekiknya lalu Darwin melepaskan hingga pemuda tersebut batuk-batuk. Darwin tidak memperdulikannya dan memilih mebopong tubuh gadis yang tengah pingsan. Tanpa banyak bicara Darwin meninggalkan lokasi. Beberapa warga terheran-heran melihat Darwin yang terkesan kasar bahkan kepada orang yang tidak ia kenal.“Sial, kurang ajar dia! Bakal gw hajar kalau ketemu suatu saat nanti!” seru pemuda tadi dengan emosi.Darwin yang kini sudah melaju hingga sampai ke rumah Andra. Terlihat, Andra sedang mengerjakan sesuatu sendirian di halaman rumahnya. Darwin pun dengan cepat membunyikan klakson mobilnya agar Andra membukakan pintu pagar tersebut. Benar saja, Andra menoleh dan langsung membuka pintu.“Darwin? Ayo masuk!” seru Andra.Darwin memakirkan mobilnya di tempat yang teduh. Setelah dirasa sudah aman, Darwin pun memutuskan untuk keluar dari mobilnya. Diluar mobil sudah ada Andra yang menunggu Darwin keluar dari mobil. “Ayo, Bro kita duduk disana!
Malam hari yang terlihat menyejukkan. Malam hari juga dijadikan pilihan untuk menenangkan diri. Salah satunya adalah pesta. Salah satu rumah bertingkat itu dipenuhi dengan canda tawa penghuninya. Terdengar pula suara dentuman musik jedag-jedug yang menambah kesan mewah pada rumah tersebut. Rumah itu merupakan rumah dari orang tua Jessika yang notabenenya adalah keluarga konglomerat.“Ini Non minumannya” ujar wanita paruh baya dengan sopan menaruh beberapa minuman keras di atas meja.“Iya Bik!” sahut Jessika singkat.Pembantu tersebut kembali ke dapur karena urusannya dalam melayani mereka sudah selesai. Lampu di ruang tamu hidup mati dengan berwarna-warni. Ada bau asap rokok diruangan itu yang tidak lain adalah mereka pelakunya. Keempat gadis cantik namun terbilang salah dalam pergaulan membuat hidup mereka terlihat bebas.“Jes, Lo itu enak banget deh bisa ngerasain kemewahan” puji Kejora yang malam ini diundang untuk foya-foya.“Yaa gitu deh!” seru Jessika singkat.Empat gadis cantik