“Woi tumben kali Lo telat! Tapi Untung si Dosen gak jadi ngajar” ujar Dika dengan terheran-heran.Alih-alih menjawab perkataan Dika, Darwin malah terlihat pucat dan berkeringat dingin. Curiga kalau sahabatnya tengah sakit Dika meraba kening Darwin yang kebetulan suhunya lumayan hangat.“Wah! Lo beneran sakit bro” ujar Dika.Andra yang baru datang dari belanja di kantin langsung menghampiri kedua sahabatnya. Darwin langsung mengajak mereka untuk datang ke rumahnya. Dika yang memang doyan makan tentu tanpa basa-basi langsung mengiyakan ajakan Darwin. Andra sedikit berpikir antara datang atau tidak. Dika memaksa Andra untuk ikut karena jika tidak ikut berarti Andra bukan kawannya.“Iya, aku akan minta izin dulu sama Mamaku” ujar Andra.“Anak mami banget Lo bro!” seru Dika sambil bercanda.Darwin tidak bergeming, ia masih kepikiran dengan kejadian itu. Andra yang memang tidak ingin berlama-lama di kampus memilih untuk pulang duluan. Sementara Dika yang notabenenya anak organisasi memilih
Beraneka ragam makanan dan minuman kini telah disediakan pada meja yang besar. Apalagi Alex adalah pemilik restoran ternama yang tidak lagi diragukan kualitas restoran miliknya. Menjadi senior dalam dunia kuliner membuat Alex seringkali disegani bahkan ada orang yang ingin belajar tentang dunia kuliner pada dirinya.Menjadi sosok yang murah senyum dan tidak pelit membagi informasi membuat rezekinya terus mengalir tanpa henti. Dalam kesuksesannya itu, Alex juga sangat menyayangi putra sematang wayangnya hasil dari hubungan nya dengan Elin yang merupakan istri pertamanya yang telah meninggal dunia ketika berhasil melahirkan Darwin.Kini, Alex sudah memiliki pendamping hidup yang setia kepadanya. Meskipun hati belum sepenuhnya ia serahkan pada sang istri karena cintanya di masa lalu dengan wanita cantik bernama Miranda. Wina dan Alex begitu serasi memakai pakaian couple membuat teman-teman Darwin merasa iri dengan kehidupan Darwin yang serba berkecukupan. Cukup kaya bahkan lebih dari kat
sudah dua hari Gini absen dari kampus. Olivia sudah menanyakan keberadaan Gini kepada teman-temannya namun tak satupun yang mengetahui alasan Gini tidak masuk kuliah. Merasa ada yang tidak beres, Olivia pun berencana untuk datang langsung ke rumah Gini yang jaraknya tidak terlalu jauh namun juga tidak dekat. “Apa sebaiknya aku ajak Anisa dan Kejora?” gumam Olivia kecil.Olivia mulai menghubungi Anisa namun telepon tidak diangkat hingga beberapa kali. Olivia tidak tinggal diam, ia mencoba menghubungi Kejora. Berbeda dengan Anisa, Kejora justru langsung mengangkat teleponnya yang baru di telepon satu kali. “Hallo, ada apa Olivia?” tanya Kejora dibalik telepon.“hari ini kamu sibuk atau tidak? Kalau tidak, bagaimana kalau kita ke rumah Gini. Soalnya aku khawatir sama keadaan Gini” ujar Olivia. Melihat kesempatan yang ada Kejora pun mengiyakan ajakan Olivia kerumah Gini. Kejora meminta Olivia untuk menunggunya di depan rumah. Tidak sampai dua jam, Kejora akhirnyaya sampai rumah Olivia
Darwin hampir membunuh pemuda itu dengan cara mencekiknya lalu Darwin melepaskan hingga pemuda tersebut batuk-batuk. Darwin tidak memperdulikannya dan memilih mebopong tubuh gadis yang tengah pingsan. Tanpa banyak bicara Darwin meninggalkan lokasi. Beberapa warga terheran-heran melihat Darwin yang terkesan kasar bahkan kepada orang yang tidak ia kenal.“Sial, kurang ajar dia! Bakal gw hajar kalau ketemu suatu saat nanti!” seru pemuda tadi dengan emosi.Darwin yang kini sudah melaju hingga sampai ke rumah Andra. Terlihat, Andra sedang mengerjakan sesuatu sendirian di halaman rumahnya. Darwin pun dengan cepat membunyikan klakson mobilnya agar Andra membukakan pintu pagar tersebut. Benar saja, Andra menoleh dan langsung membuka pintu.“Darwin? Ayo masuk!” seru Andra.Darwin memakirkan mobilnya di tempat yang teduh. Setelah dirasa sudah aman, Darwin pun memutuskan untuk keluar dari mobilnya. Diluar mobil sudah ada Andra yang menunggu Darwin keluar dari mobil. “Ayo, Bro kita duduk disana!
Malam hari yang terlihat menyejukkan. Malam hari juga dijadikan pilihan untuk menenangkan diri. Salah satunya adalah pesta. Salah satu rumah bertingkat itu dipenuhi dengan canda tawa penghuninya. Terdengar pula suara dentuman musik jedag-jedug yang menambah kesan mewah pada rumah tersebut. Rumah itu merupakan rumah dari orang tua Jessika yang notabenenya adalah keluarga konglomerat.“Ini Non minumannya” ujar wanita paruh baya dengan sopan menaruh beberapa minuman keras di atas meja.“Iya Bik!” sahut Jessika singkat.Pembantu tersebut kembali ke dapur karena urusannya dalam melayani mereka sudah selesai. Lampu di ruang tamu hidup mati dengan berwarna-warni. Ada bau asap rokok diruangan itu yang tidak lain adalah mereka pelakunya. Keempat gadis cantik namun terbilang salah dalam pergaulan membuat hidup mereka terlihat bebas.“Jes, Lo itu enak banget deh bisa ngerasain kemewahan” puji Kejora yang malam ini diundang untuk foya-foya.“Yaa gitu deh!” seru Jessika singkat.Empat gadis cantik
Dengan cepat tubuh Dika dibawa oleh beberapa petugas medis dengan menggunakan blangkar menuju ke arah ruang UGD. Andra dan Darwin tidak bisa masuk ke dalam ruangan oleh perawat guna untuk kelancaran pemeriksaan medis. Diluar UGD, Darwin dan Andra merasa khawatir dengan keadaan Dika yang tiba-tiba pingsan tak seperti biasanya yang terlihat biasa-biasa saja.“Dika Lo harus kuat Dik!” seru Darwin yang benar-benar terpukul. Beberapa hari ini bagaikan neraka dalam kehidupannya. Seakan masalah serentak menyerangnya begitu saja.“Win, kita mesti mendoakan Dika agar cepat sembuh” ujar Andra menenangkan Darwin.“Kalau Dika mati bagaimana Ndra? Gw... Gw takut dituduh pembunuh dan gw aja takut sama masalah gw yang pernah nabrak anak kecil itu yang mati di jalan!” Darwin keceplosan hingga Andra pun mengetahuinya.Menyadari ia keceplosan, Darwin mencoba mengalihkan suasana. Ia dengan cepat mengatakan bahwa ia tidak ingin di cap sebagai pembunuh. Andra antara percaya dan tidak percaya mendengar per
Olivia sampai di rumah lalu membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Terlihat tidak ada siapapun di rumah karena saat ini merupakan jam-jam sibuk. Pembantunya juga telah izin cuti karena ada sanak saudaranya yang meninggal dunia. Karena itulah rumahnya terlihat sangat sunyi.Olivia masuk ke dalam kamar tidur yang bersebelahan dengan dapur. Dengan kecapean ia langsung merebahkan tubuhnya ke kasur tanpa menguncinya terlebih dahulu. Matanya mulai berat hingga Olivia pun tertidur pulas. Saat itulah terdengar suara langkah kaki yang terdengar tidak jauh dari area rumahnya. Langkah kaki misterius itu sempat didengar oleh telinga Olivia namun karena sangat mengantuk ia pun tidak bisa membuka mata.Satu jam kemudian, Terdengar suara teriakan dari arah ruangan. Olivia terbangun dari tidurnya meskipun sebenarnya masih mengantuk. Namun karena mendengar teriakan itu yang mendorongnya untuk bangun. Olivia mencoba mendengarnya kembali dan ternyata itu adalah suara mamanya. Olivia dengan cepat beranj
Hawa yang sangat gerah menadakan matahari tersenyum cerah. Dipasar Lembongan Miranda menatap matahari dengan menyipitkan mata nya jika tidak di sipitkan tentu akan menyilaukan mata. matahari tersebut seakan tersenyum menyambut kedatangan Miranda. "Ayoo bu beli dulu ada ikan asinn yang masih segar!"Miranda menolehkan pandangan nya sambil tersenyum ia pun berkata, "Ummmm saya lagi cari ikan tuna" jawab Miranda sopan. "Wahhh kalau ikan tuna mah ibu tidak jual tapi kalau mau di sebelah utara ada yang jual ikan tuna" ujar si pedagang tersebut dengan ramah.Miranda berterimakasih karena sudah diberitahu letak orang yang berjualan ikan tuna. Tanpa basa-basi Miranda langsung menuju ke arah utara. Namun saat di tengah-tengah betapa terkejut nya Miranda saat melihat salah satu paras si penjual sangat mirip dengan seseorang yang ia rindukan. Hati bergetar lutut menjadi kaku bahkan mulut nya pun tidak bisa bergerak. Butiran air matanya mulai menetes menandakan betapa terharu nya Mirandaa saat