Olivia sampai di rumah lalu membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Terlihat tidak ada siapapun di rumah karena saat ini merupakan jam-jam sibuk. Pembantunya juga telah izin cuti karena ada sanak saudaranya yang meninggal dunia. Karena itulah rumahnya terlihat sangat sunyi.Olivia masuk ke dalam kamar tidur yang bersebelahan dengan dapur. Dengan kecapean ia langsung merebahkan tubuhnya ke kasur tanpa menguncinya terlebih dahulu. Matanya mulai berat hingga Olivia pun tertidur pulas. Saat itulah terdengar suara langkah kaki yang terdengar tidak jauh dari area rumahnya. Langkah kaki misterius itu sempat didengar oleh telinga Olivia namun karena sangat mengantuk ia pun tidak bisa membuka mata.Satu jam kemudian, Terdengar suara teriakan dari arah ruangan. Olivia terbangun dari tidurnya meskipun sebenarnya masih mengantuk. Namun karena mendengar teriakan itu yang mendorongnya untuk bangun. Olivia mencoba mendengarnya kembali dan ternyata itu adalah suara mamanya. Olivia dengan cepat beranj
Hawa yang sangat gerah menadakan matahari tersenyum cerah. Dipasar Lembongan Miranda menatap matahari dengan menyipitkan mata nya jika tidak di sipitkan tentu akan menyilaukan mata. matahari tersebut seakan tersenyum menyambut kedatangan Miranda. "Ayoo bu beli dulu ada ikan asinn yang masih segar!"Miranda menolehkan pandangan nya sambil tersenyum ia pun berkata, "Ummmm saya lagi cari ikan tuna" jawab Miranda sopan. "Wahhh kalau ikan tuna mah ibu tidak jual tapi kalau mau di sebelah utara ada yang jual ikan tuna" ujar si pedagang tersebut dengan ramah.Miranda berterimakasih karena sudah diberitahu letak orang yang berjualan ikan tuna. Tanpa basa-basi Miranda langsung menuju ke arah utara. Namun saat di tengah-tengah betapa terkejut nya Miranda saat melihat salah satu paras si penjual sangat mirip dengan seseorang yang ia rindukan. Hati bergetar lutut menjadi kaku bahkan mulut nya pun tidak bisa bergerak. Butiran air matanya mulai menetes menandakan betapa terharu nya Mirandaa saat
Keduanya saling tidak percaya bakalan bertatap seperti saat ini yang membuat Andra sedikit menunjukkan wajah masamya Dimata Olivia. Andra yang sudah menolongnya kini harus berhadapan dengan satpam yang apesnya melihat Andra mendorong kamar mandi.“Kamu merusak fasilitas kampus!” seru satpam tersebut dengan raut wajah geram.Entah apa yang ada dipikirannya Olivia saat ini ia malah memilih pergi meninggalkan Andra yang sedang berurusan dengan satpam. Andra pun geregetan melihatnya yang kelihatan tidak berterimakasih akan kebaikannya tersebut. “Eh... Eh kamu dengar yang saya ucapkan tidak?” tanya satpam tersebut.“Dengar” jawab Andra ketus.Dengan cepat Andra memberikan beberapa uang kepada satpam tersebut dengan maksud untuk membayar tukang bangunan agar memperbaiki kerusakan sekaligus mengganti pintu yang baru. Dengan entengnya juga Andra pun berkata, “Kalau kurang tinggal cari Papa saya di restoran X” Raut wajah satpam tersebut sedikit bimbang. Namun, melihat penampilan Andra yang t
Malam yang dingin mampu memberikan efek relaksasi pada tubuh. Udaranya pun tidak sedingin malam-malam sebelumnya namun juga tidak menimbulkan efek gerah. Andra duduk termenung seorang diri tepat di jendela kamar tidurnya. Matanya menatapi deretan bintang yang saat ini terlihat ada ribuan bintang langit gelap.TokTokTok“Andra... Buka pintunya!” seseorang memanggilnya dari luar pintu. Andra mendengar suara itu lantas beranjak dari tempat duduk dan berjalan kearah pintu.KREAGAndra membuka pintunya dan melihat seorang wanita paruh baya namun wajahnya masih terlihat segar dan juga sosialitanya sangat melekat. Siapa lagi kalau bukan Yunita, wanita yang telah berhasil menguasai harta kekayaan Kelvin karena ada Andra di kehidupannya. “Ada apa Ma?” tanya Andra pada Yunita yang tidak lain adalah mama kandungnya.“Andra, sini anterin Mama ke arisan yuk!” seru Yunita yang terlihat tidak sabaran.Andra yang notabenenya anak yang penurut terhadap perintah orang tua, tentu mengiyakan permintaa
“Kenapa kok tumben ngajakin aku di taman ini tanpa Gini dan Anisa ataupun kejora?” tanya Olivia.Wajah cantiknya sangat dekat dengan wajah Darwin yang terhipnotis melihat wajah Olivia. Jantungnya berdebar-debar setiap kali berhadapan dengan Olivia. Karena tak dihiraukan, Olivia mencubit pipi Darwin yang membuat pemuda itu salah tingkah.“Apa yang kamu lakukan Olivia?” tanya Darwin dengan refleks.Olivia tercengang lalu tertawa kecil. Suaranya yang imut sangat lucu didengar oleh seseorang yang berada dekat dengan Olivia. Gadis cantik tersebut menggelengkan kepalanya karena tak kuasa melihat sahabatnya itu salah tingkah.“Apa yang aku lakukan? Maksud kamu apa Win?” Hampir saja Olivia menaruh curiga dengan cepat Darwin pun berkata, “Aku hanya kaget aja” ujarnya sok cool.Darwin kembali teringat akan sesuatu hal yang ia ingin bicarakan empat mata pada Olivia. Darwin menoleh ke arah kiri dan kanan berharap tidak ada seseorang yang sedang berada di sekitar mereka.“Olivia, aku dengar dari A
“Apa maksud kamu Nis?” tanya Olivia heran sekali sakit hati dikatain pembunuh.“Ah... Lebih baik Lo pergi aja dari sini!” seru Anisa.Darwin tidak suka Olivia dituduh yang tidak-tidak dengan tegas menegur Anisa. Namun, saat ini Anisa tidak ingin dinasehati. “Kalian pergi dari sini!!!” seru Anisa. Darwin meraih tangan Olivia hingga keluar dari ruangan. “Lepasin Win!” teriak Olivia tak terima diseret oleh Darwin.“Apa? Kita lebih baik pergi dari sini. Kita sudah diusir sama Anisa” ujar Darwin.Olivia memegangi kepalanya yang tidak pusing. Air matanya menetes tanpa aba-aba. Merasa semua orang membencinya padahal dia hanyalah orang baru dilingkungan itu. Darwin menenangkannya dan mengatakan bahwa Olivia tidak perlu menghiraukan perkataan Anisa.Olivia beranjak dari tempat duduk lalu meminta izin untuk pulang. Darwin mencegahnya karena ia takut Olivia nekat melakukan sesuatu yang menyakiti dirinya sendiri. Darwin menawarkan dirinya untuk mengantarkan Olivia pulang namun Olivia menolak.“K
Jarum jam dinding telah menunjukkan pukul 19:00 Malam. Miranda menolehkan kepalanya ke arah pintu depan yang tengah terbuka. Miranda berjalan mendekati pintu yang berniat untuk menutup pintu yang terbuka tersebut. Namun, matanya tertuju pada Olivia yang duduk seorang diri diteras rumahnya.“Olivia?” Miranda memanggilnya lalu Olivia menoleh lalu tersenyum tipis dan beberapa detik kemudian ia memalingkan wajah. Hal ini membuat Miranda merasa heran dengan sikap putrinya tersebut.“Sayang... Kamu kenapa?” tanya Miranda lembut.“Ma, apa Olivia pembawa sial?” tanya Olivia pada mamanya.Kelopak mata Olivia membengkak seperti telah habis menangis. Miranda merasa putrinya sedang ada masalah yang membuat putrinya menangis hingga kelopak matanya bengkak seperti ini. “Kenapa kamu bisa mengatakan itu Sayang?” tanya Miranda yang masih terlihat lembut.“Gara-gara Olivia, Gini teman aku bunuh diri akibat membenci aku Ma. Padahal, aku sama sekali tidak mencari musuh tapi mengapa ada aja yang membenci
Olivia tersenyum manis kearah Dika. Ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya itu meskipun berhadapan dengan Dika. Kejora yang sudah selesai meniup lilin membuat teman-teman yang lain bersorak gembira merayakan pesta di malam hari ini. Kejora menolehkan kepalanya ke arah Olivia dan terlihat ia memberikan kode kepada Olivia.Olivia yang polos tentu tidak berpikir apa-apa hingga ia berjalan menuju ke arah kejora. Olivia yang sudah mendekat pantas bertanya, “Ada apa Olivia?” Kejora tertawa kecil namun nada bicaranya seakan tidak mengerti. Kejora mengatakan bahwa ia tidak memanggil Olivia untuk maju menghampirinya.“Kayaknya kamu salah faham” ujar kejora pada Olivia.Beberapa orang yang melihatnya meledek tak bersahabat. Olivia menghela nafasnya dalam-dalam agar tidak terpengaruh oleh suasana saat ini. “Maaf, aku kira kamu memanggilku” ujar Olivia pelan lalu perlahan menjauh.Olivia merasa sudah tidak tahan berada di dalam rumah kejora bahkan sejak tadi Kejora tidak mengajaknya berbicara.