Satu-satunya hal yang lebih menyedihkan dari dibenci adalah diabaikan ....Manusia belajar sakit untuk mengenal sehat, maka dari itu aku belajar sakit hati untuk mendapatkan cinta sejati. ***Sore ini Bu Fandi mengajak pembeli untuk melihat-lihat rumah Afika. Kebetulan Afika tidak bekerja hari ini setelah insiden di toko beras tadi pagi, Afika sudah meminta izin tidak masuk bekerja pada Tante Lina, mama Nasywa. Setelah melihat-lihat kondisi rumah Afika, pembeli itu terlihat sangat tertarik, sepasang suami istri itu langsung menanyakan harga rumah itu pada bu Fandi. "Jadi berapa harga rumah ini, Bu?" tanya pembeli pada Bu Fandi. "Saya buka dengan harga 500 juta, tapi bapak dan ibu boleh menawarnya," ucap bu Fandi. "Baiklah saya setuju dengan harga itu, dan kami tidak akan menawarnya lagi, karena kami sangat menyukai rumah ini, kondisi rumahnya sangat terawat dan rapi, meskipun kecil, bangunannya juga masih terlihat kokoh," ucap pembeli. Afika tersenyum lega pada Bu Fandi. "Meman
Ucapan dari lidah yang tajam meninggalkan goresan di hati yang mendengarnya juga ada air mata di sana. Rasa kecewa dapat terobati, tapi butuh waktu yang lama untuk menyembuhkannya. Saat kata-kata jujur tak lagi punya arti, biarkan Allah yang membuat manusia mempercayai dan meyakini kebenarannya. ***Rayyan dan Renata memutuskan untuk meninggalkan rumah Afika, namun sebelum mereka pulang, mereka berhenti untuk melaksanakan sholat maghrib di masjid yang ada di jalan. "Kak kita pulang ya," ajak Renata setelah selesai sholat. "Kakak nggak tau dek harus gimana, kakak tidak mau lihat wajah bunda kecewa pada kakak," ucapnya gelisah. "Kakak harus bisa terima kalau bunda kecewa sama kakak, karena kakak sudah melakukan kesalahan.""Kenapa hidupku jadi seperti ini sejak bertemu gadis itu. Gara-gara dia bunda kecewa sama aku, dan gara-gara dia hidupku kacau," ucapnya frustasi. "Kakak jangan nyalahin orang lain karena kesalahan kakak, kak Afika juga tidak akan mau ditolong orang yang tidak
Marah itu mudah, bahkan kita tanpa sadar sudah terbawa pada puncak emosi yang menggebu yang akan berakhir pada adanya penyesalan, tapi marah kepada siapa? Bisakah kita menahan dan mengontrolnya? Dengan ukuran kemarahan yang sesuai, pada saat dan tujuan yang tepat, serta dengan cara yang benar, itulah yang susah. Menahan marah itu susah dan butuh kesabaran untuk meredam gejolak nya. Bahkan ... menahan marah itu berat. Yang mampu cuma orang yang kuat.Rasulullah Muhammad SAW juga memuji umatnya yang mampu menahan marah. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau bersabda:ليسَ الشديدُ بالصّرعَةِ، إنما الشديدُ الذي يملكُ نفسهُ عند الغضب"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, sungguh orang yang kuat adalah yang mampu menguasai dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)***Sore ini Rayyan dan Renata kembali ke kafe tempat Afika bekerja. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang disediakan, Rayyan dan Renata segera masuk. Mereka senga
Saat dia sudah menyerah untuk memperjuangkanmu dan memilih berhenti, di saat itu juga bersamaan kamu mulai menyadari bahwa kamu mencintainya. Namun, semuanya telah terlambat karena ia tak mau ada hal apapun yang berhubungan denganmu. Yang tersisa hanyalah sesal mendalam. ***Pengajian berjalan dengan lancar, setelah ikut beres-beres dan mengobrol dengan Vika dan Amirah, Anin segera pamit pulang. Rayyan pun sudah siap untuk mengantarkannya pulang. "Makasih ya mas, sudah mau antar jemput aku," ucap Anin malu-malu di dalam mobil Rayyan. "Iya sama-sama," ucapnya tersenyum lembut. Setelah mengantar Anin, Rayyan segera pulang ke rumahnya. Di persimpangan jalan kebetulan sedang lampu merah dirinya melihat Afika yang sedang mengayuh sepeda dengan membawa beberapa kardus yang diletakkan di keranjang sepedanya. Mungkin karena kepanasan Afika berulang kali mengelap wajahnya yang dibanjiri keringat karena hari ini cuaca begitu panas. "Kenapa Afika begitu ketakutan melihatku? Bahkan dia sanga
Aku lebih memilih memendam perasaan, karena aku takut terluka, tapi justru memendam hanya membuatmu terluka.***Pagi ini Afika disuruh Bu Rani untuk berbelanja di pasar untuk membeli bahan-bahan kue, diakui bu Rani sejak Afika kembali ke panti bebannya sedikit berkurang, ia bisa membagi tugasnya dengan Afika, sejak suaminya meninggal tiga bulan yang lalu, bu Rani hanya sendiri mengurus panti dan menghidupi 30 anak panti dengan uang pensiunan suaminya juga dari donatur tetap panti ini. Anak semata wayangnya sudah mempunyai kehidupan sendiri di Belanda bersama istri dan anaknya. Bahkan tidak pernah datang ke Indonesia hanya sekedar melepas rindu pada ibunya.Afika mengayuh sepedanya untuk pergi ke pasar. Setelah memarkirkan sepeda pancal buntutnya Afika segera pergi ke toko bahan kue.Saat ini Ambar sedang berada di pasar untuk belanja bulanan, biasanya Ambar selalu ditemani sang menantu, Devina, namun sudah tiga hari Devina, Abizar dan Alika pergi ke Kanada mengunjungi mamanya yang se
Manusia harus lebih cerdas dalam menghadapi masalah dan diiringi dengan kesabaran hati. Itulah jalan keluar yang terbaik untuk menghadapi masalah tersebut. Karena kita tahu, semua orang pasti mempunyai masalah. ***Kenzo menceritakan semua yang dialaminya hari ini pada sang istri setelah pulang dari rumah sakit."Sayang, tadi vertigo Tante Ambar kambuh saat belanja ke pasar, untung ditolong sama seseorang, Bunda tau nggak, siapa yang nolong Tante Ambar?" tanya Kenzo."Ya nggak tau lah Sayang. Kok malah kasih tebakan sama bunda sih," ucap Amirah sambil mengerucutkan bibirnya kesal."Hehehe ... iya deh, yang nolong bunda itu Afika ....""Hah, Afika ... beneran Ayah, itu Afika?""Iya, Sayang. Aku sama Rayyan tadi sudah lihat CCTV rumah sakit secara langsung dan memang itu Afika. Tapi yang buat ayah sedih, kenapa Afika tidak mau ketemu ayah ya, Bun, malah untuk menghindar gadis itu menutup wajahnya dengan koran saat ayah mendekat ke ruang IGD," ungkapnya sedih."Iya sama, sampai segituny
Jadilah yang terbaik di mata AllahJadilah yang terburuk di mata diri sendiriJadilah yang sederhana di mata manusia lainnya.(Ali bin Abi Tholib)***Seperti pagi-pagi sebelumnya, Afika mengantarkan kue ke pelanggan. Mulai pagi ini bu Rani juga membuka pesanan katering beraneka macam menu makanan. Bu Rani hanya menerima pesanan untuk pagi hari saja, karena bu Rani masih menghormati keputusan Afika yang masih ingin bekerja di kafe milik mama sahabatnya Nasywa. Sudah hampir dua bulan ia tidak bertemu sahabatnya Nasywa, bahkan ia harus menahan rindu pada sahabatnya, malu rasanya kalau harus setiap satu minggu sekali minta tolong mbak Ayin untuk menelponkan Nasywa atau pun Ridho, pulsa paketan jelas mahal apalagi untuk telpon ke luar negeri.Sudah 4 kantong plastik yang ia kirim ke pelanggan. Afika beristirahat dulu di bahu jalan untuk melepas lelah."Kak, itu bukan Kak Afika ya, pegawai kafe yang numpahin kopi di baju kesayangan Kakak ya?" tanya Ajeng dari kejauhan sambil menunjuk ke ara
***Seberapa pun usahaku untuk tidak bersedih lagi, tetaplah air mataku tak bisa ditahan. Meski begitu, aku telah ikhlas atas kehilangan sesuatu itu.***Afika hanya mengganjal perutnya dengan roti tawar yang selalu ia bawa kemana-mana. Afika baru ingat kalau ia tidak mengambil air putih saat masuk kamar tadi, kebiasaannya minum air putih sebelum tidur dan bangun tidur memberanikan dirinya keluar untuk mengambil air minum. Jam di dinding kamar tamu menunjukkan pukul 11 malam, saat ini Afika mau tak mau harus keluar untuk mengambil air putih di dapur. Afika saat ini juga sudah kehausan. Afika mengambil minum di dispenser yang tersedia di dapur. Afika meminumnya sambil duduk di lantai karena tidak mau berdiri saat minum. Hingga terdengar suara bariton yang sangat ia kenali mengagetkannya."Ngapain kamu malam-malam di dapur? Mau curi makanan ya?" tanya Rayyan tiba-tiba dari bekakang Afika. Membuat gadis itu kaget bukan kepalang, pria sombong yang dia hindari muncul begitu saja di belaka