"Bian apa yang kamu lakukan?" teriak Ibu Tyas.
Wanita paruh baya itu dengan cepat mendorong roda kursinya melihat laki-laki itu sudah mulai masuk ke dalam rumah. Namun saat dirinya sudah mulai mendekat, Bian pun menendang kursi roda itu sampai kursi roda itu mundur, membentur tembok di belakangnya dan terguling. Membuat Ibu Tyas pun terjatuh ke lantai.
Rania melihat ke arah sang Ibu. Bibirnya ingin berteriak memanggil sang ibu akan tetapi lidahnya sangat kelu dan suaranya tidak keluar sama sekali. Hanya air mata yang jatuh sangat deras membasahi pipi mungilnya.
Bian pun berjongkok agar dirinya bisa melihat wajah Rania dengan jelas. Laki-laki itu tersenyum menyeringai. Matanya merah dan nafasnya tercium bau alkohol. Rania yakin kalau laki-laki ini sedang mab
Malam itu suasana sudah kembali tenang. Ibu Tyas sudah masuk kembali ke dalam kamarnya setelah diberikan obat penenang. Rania juga sudah disuruh Dimas untuk kembali masuk ke dalam kamarnya dan beristirahat. Sedangkan laki-laki itu yang akan berjaga di rumah mereka. Iya, karena takut Bian kembali, Dimas pun memutuskan untuk tidak pulang dan berjaga di rumah Rania.Malam itu benar-benar sebuah malam yang tidak akan pernah mereka lupakan selamanya, terutama Dimas. Malam itu dimana niat awal Dimas hanya ingin berbincang dan menjelaskan semuanya serta meminta maaf kepada Rania, nyatanya malah melihat adegan yang tidak berperikemanusiaan sedang dialami gadis itu. Dimas sangat bersyukur karena kejadian barusan tidak sampai membuat wanita itu kembali drop lagi. Laki-laki itu pun bersyukur karena Allah selalu membuat dirinya datang dan menolong Rania di saat yang tepat. 
Beberapa warga yang sudah mulai termakan dengan kata-kata wanita itu, mulai maju mendekati Dimas dan juga Rania. Karena takut melihat wajah para warga itu yang emosi membuat Rania mundur dan bersembunyi di balik badan Dimas. Laki-laki itu pun sudah pasang badan agar mereka tidak menyakiti Rania."Bapak-bapak semua yang dikatakan wanita itu tidak benar. Aku tidak pernah berniat untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama." Dimas masih berusaha menjelaskan semua."Sejak kamu datang kesini, kami sudah merasa ada yang aneh. Ternyata benar pikiran kamu memang mesum. Jangan-jangan laki-laki ini juga yang sudah menculik Rania dan sudah melakukan perbuatan tidak senonoh pada Rania. Ayo warga kita usir laki-laki ini," ujar salah satu warga itu.Di belakang, Irm
Di dalam sebuah hubungan percintaan, kita sering mendengar istilah seberapa besarnya pun kamu menginginkan seseorang untuk bersatu denganmu namun jika dia bukan jodohmu maka kalian tidak akan pernah bisa bersama. Akan tetapi sebesar apapun kamu berusaha untuk menolak kehadiran seseorang di dalam kehidupanmu jika dia memang jodohmu maka dia akan mencari jalannya sendiri agar kalian bisa bersama.Hal ini lah yang sedang terjadi di dalam kehidupan Rania. Wanita ini selalu saja menolak, menghindar, bahkan menjauh dari Dimas agar laki-laki itu mau pergi dari kehidupannya akan tetapi Allah SWT selalu saja menyuruhnya untuk kembali dan terus kembali.Rania menjauh, menghindar dan selalu menolak Dimas bukan berarti wanita ini membencinya. Selama ini laki-laki ini lah yang selalu ada di saat dirinya sedang dalam keadaan terp
Malam itu langit sedang turun hujan disertai angin dan juga petir yang cukup besar. Suasana di rumah pratama sebenarnya sangat tenang, hanya saja ada satu ruangan yang hawanya sangat panas. Iya itu adalah kamar dari Luki dan juga Irma. Walaupun Luki adalah anak kedua dari kakek Pratama akan tetapi jika masalah jodoh, anak bungsu nya ini sangat cepat dalam memilih pasangan. Mereka pun menikah saat Ridho sang kakak masih berhubungan dengan Tyas."Mas dengarkan aku. Kita harus menyusun rencana dari sekarang. Kalau tidak anak kita nanti tidak akan mendapatkan apa-apa," tegas Irma kepada sang suami Luki."Apa maksudmu?" tanya laki-laki itu."Mas jangan berpura-pura bodoh seperti itu deh. Mas tau kan dalam keluarga ini mas itu hanya anak kedua. Dalam silsilah tur
"Bagaimana bisa kamu hamil?" tanya Lidya, istri dari Pratama yang tidak lain adalah ibu mertua Tyas.Wanita itu mengerutkan keningnya, bingung. Kenapa ibu mertuanya bertanya kenapa dirinya bisa hamil? Bukankah hal yang wajar jika seorang wanita hamil setelah menikah?"Kenapa Ibu bertanya seperti itu?" tanya Tyas."Tentu saja aku wajib menanyakan kenapa kamu bisa hamil. Asal kamu tau, Ridho itu memiliki gangguan di sistem reproduksinya. Dia itu mandul. Lalu jika kondisi anakku memang seperti itu, lalu anak siapa yang sekarang ada di dalam kandunganmu itu?"Tyas sangat terkejut dengan apa yang sudah dikatakan oleh ibu mertuanya itu. Pasalnya selama ini sang suami Ridho tidak pernah memberitahukan ten
"Iya Ayah, aku akan pulang hari ini juga."Pagi itu Dimas mendapatkan telepon dari sang Ayah yang memberitahukan akan ada pertemuan bisnis dengan Perusahaan Hendra Wijaya tiga hari lagi. Namun laki-laki itu diminta untuk pulang hari ini juga karena mereka harus mempersiapkan segalanya.Perusahaan yang dimiliki oleh keluarga Hendra Wijaya adalah perusahaan yang sama-sama besar. Jika diantara mereka bisa menjalin hubungan kerjasama yang baik maka kedua perusahaan ini bisa dipastikan akan menjadi perusahaan raksasa di negara ini. Kekuatan mereka tak akan bisa digoyahkan oleh apapun. Bahkan kedua perusahaan ini juga bisa mendapatkan sorotan penilaian yang baik di seluruh dunia.Adalah suatu keberuntungan bagi Ayah Deni karena dirinya adalah teman lama dari Hendra. Me
"Assalamualaikum," sapa Dimas saat dirinya mulai melangkah masuk ke dalam rumah keluarganya."Waalaikumsallam. Kakak," jawab seorang perempuan yang tak lain adalah Pingkan sang adik.Dimas sangat senang melihat sang adik perempuan satu-satunya itu ada di rumahnya kembali. Sudah hampir satu tahun lebih Pingkan tidak pulang karena kesibukannya sebagai seorang mahasiswi.Pingkan adalah seorang wanita yang sangat cantik dan juga baik. Walaupun sikapnya terkadang arogan akan tetapi jauh di dalam lubuk hatinya dia sangat menyayangi semua orang dan paling tidak bisa jika melihat ada ketidakadilan di sekitarnya. Karena sifatnya ini pulalah gadis ini sering terlibat beberapa perkelahian dengan para laki-laki berandalan di kampusnya. Bagi Dimas, itu tidak masal
"Ayo cepetttt!!!" teriak Pingkan sambil terus menarik tangan sang kakak, Dimas."Iya bentar dek, pelan-pelan nanti jatoh," ucap Dimas.Setelah diceritakan semuanya tentang Rania kepada sang adik, Pingkan dengan bersemangat ingin sekali bertemu dengan wanita itu. Wanita yang sudah mencuri hati sang kakak dari dirinya masih kecil. Seorang wanita yang sudah membuat hati sang kakak terkunci untuk wanita lain selama bertahun-tahun lamanya. Pingkan ingin berkenalan dengan wanita yang sudah membuat sang kakak buta karena cinta sehingga laki-laki itu hanya bisa melihat kesempurnaan dari seorang Rania.Pingkan terus menarik tangan Dimas bahkan sampai sang kakak pun hampir saja terjatuh saat mereka menuruni anak tangga. Itulah sifat adik perempuannya yang terkadang s
"Apa yang sedang kamu lakukan, sayang?" suara Dimas menginterupsi. Rania yang sedang mencari kalung tersebut langsung menoleh ke arah sang suami.Melihat raut panik di wajah sang istri, Dimas pun turun dari tempat tidurnya. Dia berjalan mendekati Rania lalu duduk di lantai di samping wanita itu."Ada apa sayang? Apa yang sedang kamu cari? Ini sudah malam loh," tanya Dimas dengan tangan yang membelai rambut sang istri."Aku… aku sedang mencari kalung, Kak," ucap Rania.Awalnya Rania memang berniat akan menghadapi segalanya sendiri tanpa harus melibatkan Dimas. Akan tetapi lambat laun dia juga berpikir bahwa apa yang dia lakukan ini tidak baik. Bagaimanapun juga Dimas adalah suaminya sekarang. Apapun yang terjadi kepadanya, sudah menjadi tanggung jawab Dimas. Lagipula Rania sendiri tak yakin apa dirinya sanggup untuk menghadapi kenyataan ini sendiri atau tidak. Oleh karena itu dia pun memutuskan untuk menceritakan semuanya saja kepada sang suami."Kalung? Kalung yang mana?" tanya Dimas m
"Nona, kita sudah sampai,” ucap Alman yang berhasil menyadarkan lamunan wanita itu. Pandangan Rania pun melihat ke arah luar. Ternyata benar, mereka telah sampai di tempat semula laki-laki itu menjemput Rania.Dengan sigap Alman langsung turun dari mobil tersebut dan membukakan pintu untuk nona besarnya itu. Perlahan Rania turun dan mulai melangkahkan kakinya untuk pulang menuju ke rumah kontrakanya.“Nona, tunggu sebentar!” ucap Alman dan berhasil membuat langkah Rania yang sudah beberapa meter menjauh darinya itu terhenti. Wanita itu pun kembali menoleh ke arah belakang.“Iya Tuan.,” ucap Rania.Alman langsung melangkahkan kakinya ke arah belakang mobil. Kedua tangannya membuka bagasi belakang mobil tersebut dan mulai mengeluarkan beberapa keresek besar berwarna putih. Laki-laki itu pun berjalan mendekati Rania dan memberikan semua bungkusan itu kepadanya.“Apa ini Tuan?” tanya Rania mengernyit keheranan.“Maaf nona. Tadi pagi
“Sebuah panti asuhan di sebuah kota kecil bernama Panti Asuhan Generasi Mandiri.”DEG...Panti Asuhan Generasi Mandiri? Bukankah itu adalah nama Panti Asuhan milik Umi Nayla dan Abi Agung. Tapi apa iya panti asuhan yang itu? Tidak! Nama Panti Asuhan Generasi Mandiri tidak hanya satu di kota ini kan? Pasti ada banyak panti asuhan yang memiliki nama yang sama. Pikiran Rania mulai dipenuhi dengan pertayaan-pertanyaan yang membuat kepalanya sedikit pusing.“Panti Asuhan Generasi Mandiri?” Rania yang sejak tadi hanya diam dan mendengarkan saja akhirnya mengeluarkan suara kecilnya. Kepala sang Kakek yang sejak tadi menunduk berubah terangkat ke atas dan menatap wajah Rania dengan sedikit tersenyum. Sang kakek pun kembali melanjutkan ceritanya.“Iya, Panti Asuhan Generasi Mandiri, milik Nyonya Nayla dan Tuan Agung,” tegas sang Kakek. Rania kembali terdiam di dalam kemelut hatinya sendiri.“Kakek tahu kalau kamu pasti berpikir kalau di negara ini atau bahkan mungkin di kota ini ada banyak se
“Nak, nama Kakek adalah Imam Sahara. Kamu bisa memanggil kakek dengan sebuatan Kakek Imam. Kakek adalah pemilik dari perusahaan besar di beberapa kota di negara ini juga di luar negeri, Perusahaan Sahara. Apa kamu pernah mendengarnya?” tanya sang Kakek sambil membalikkan badannya kembali menghadap Rania. Wanita itu menggelengkan kepalanya dan membuat sang Kakek tersenyum.Sang Kakek mengerti jika wanita di depannya itu belum pernah mendengarnya, karena selama ini Rania tinggal di sebuah kota terpencil dan selama kehidupannya dia tidak pernah berurusan dengan urusan bisnis. Sang Kakek pun kembali menjelaskan jika perusahaan Sahara adalah salah satu perusahaan raksasa yang ada di dalam negeri ini. Bahkan bisa dikatakan perusahaan nomor satu yang ada di negara ini.Walaupun Perusahaan Sahara adalah perusahaan ternama akan tetapi sang Kakek tidak pernah mengizinkan siapapun untuk meliput anggota keluarganya. Baginya apapun yang terjadi di dalam keluarganya adal
"Aku harus secepatnya pergi dari sini. Iya, aku harus secepatnya pergi dari tempat ini. Harus! Sebelum laki-laki itu datang dan berbuat yang tidak-tidak kepadaku," gumam Rania.Dengan cepat Rania bergerak menuju ke arah pintu. Namun sial saat tinggal beberapa langkah lagi menuju ke arah pintu, kedua mata Rania melihat gagang pintu yang bergerak dan sesaat kemudian pintu itu pun terbuka.Seorang laki-laki yang usianya sudah tidak muda lagi tampak sedang berdiri di depan pintu. Walaupun usianya sudah tua akan tetapi perawakannya masih tegap. Dengan berbalut kemeja putih dan jas hitam yang sangat bagus, laki-laki itu sungguh menunjukkan kalau dirinya memang bukan orang sembarang."Siapa laki-laki ini? Apa dia akan berbuat jahat kepadaku? Atau jangan-jangan dia adalah orang jahat yang suka menculik dan menjual wanita dan anak kecil untuk dijual ke luar negeri?" pikir Rania.Di dalam otak Rania terus berp
Setelah lama melaju, mobil itu pun berhenti di sebuah pelataran hotel mewah. Lamunan Rania kembali tersadar dan rasa takut itu pun kembali datang ke dalam tubuhnya saat dirinya melihat kalau mereka telah sampai di sebuah hotel. Sebenarnya siapa dia yang ingin bertemu dengan Rania? Dan kenapa harus di hotel?"Mari silahkan nona!" Ucapan Alman yang menyuruhnya untuk turun dari mobil berhasil membuat Rania membuyarkan lamunannya."I.. Iya.." Jawab Rania gugup.Dengan tangan yang masih menggendong sang anak Rizky, Rania pun perlahan turun dari mobil. Kedua bola matanya menatap sebuah gedung hotel yang begitu besar. Jujur saja ini adalah kali pertama dirinya menginjakkan kaki di tempat ini bahkan ini adalah kali pertamanya juga dia melihat tempat ini. Selama ini
Pagi itu, pagi-pagi sekali Dimas sudah pergi untuk kembali mencari sebuah pekerjaan. Semalam mungkin karena dirinya sangat lelah, laki-laki itu pun tidur dengan sangat nyenyaknya. Tanpa melakukan apapun bersama sang istri walaupun sebenarnya sebelumnya Dimas sempat menginginkannya. Akan tetapi rasa lelah dan juga kantuk ternyata bisa mengalahkan semuanya. Sepasang suami istri ini pun hanya bisa tidur sambil berpelukan saja.Di dalam setiap langkah yang diambil oleh sang suami dalam mengais rezeki dari Allah selalu ditemani oleh doa-doa dari sang istri. Rania selalu mendoakan suaminya ini yang terbaik. Dia tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada Dimas karena dia menyerahkan segala keputusannya hanya kepada Allah SWT saja. Karena hanya Dia yang paling tahu apa yang terbaik bagi setiap hambanya.Pagi itu setelah suaminya
Mengapa terkadang ada beberapa orang tua yang selalu membeda-bedakan jenis kelamin anaknya sendiri. Kenapa terkadang mereka lebih menyukai anak laki-laki daripada anak perempuan. Mereka selalu berpikir jika anak laki-laki bisa menjadi penerus keluarga. Lalu apa anak perempuan tidak bisa dijadikan sebagai lambang kebanggaan dari sebuah keluarga?Di dalam sela waktu dirinya bercerita kepada sang kakak ipar, dengan tanpa disengaja Pingkan pun meneteskan air matanya. Sebenarnya di dalam hatinya yang paling dalam, dia selalu merasa iri melihat sang kakak Dimas yang selalu mendapatkan perhatian lebih dari kedua orang tuanya terutama sang ayah. Sedangkan dirinya hanya untuk meminta ditemani saja, mereka selalu menolak. Terkadang Pingkan juga selalu berpikir apa mungkin dirinya bukan anak kandung dari kedua orang tuanya?Mendengar semua perjuangan adik iparnya itu selama ini, membuat Rania pun ikut sedih. Dulu awalnya dia juga sering merasa sedih dan sangat kecewa kepada kedua
“Dan satu hal lagi. Bukankah Dimas menikah belum lama ini. Kalau tidak salah belum genap satu tahun lalu bagaimana mungkin dia memiliki anak berusia sekitar dua tahun? Apa kakak iparmu itu sudah menyerahkan semuanya kepada Dimas dari sebelum mereka menikah? Ohh, tidak. Jika seperti itu kejadiannya seharusnya anak itu masih berada di dalam kandungannya. Hmm, hanya satu yang sepertinya memang terjadi. Kakak iparmu itu berzinah dengan laki-laki lain sampai dia memiliki seorang anak. Dan karena membutuhkan banyak biaya maka wanita ini menggoda calon suamiku Dimas. Hmm.. tepat sekali. Iya, kakakmu Dimas, atau calon suamiku sudah terjebak leh wanita jalang seperti dia!” teriak Angela sambil menunjuk ke arah Rania.BUGH...Mendengar wanita gila itu terus menghina sang kakak ipar yang sangat dia sayangi dan juga dia hormati itu, benar-benar membuat Pingkan tak bisa menahan emosinya lagi. Sebuah gerakan cepat pun dilakukan oleh gadis muda itu. Saking cepatnya bahkan