Dengan kecepatan diatas rata-rata, Dimas terus menjalankan mobilnya. Rasanya satu meter perjalanan seperti satu kilometer saja. Rasanya satu menit waktu perjalanan serasa satu jam dia habiskan. Beberapa kali mobilnya melewati kendaraan lain dengan kasar dan berbahaya membuat laki-laki ini tak jarang mendapatkan bunyi klakson yang begitu keras ataupun juga teriakan para sopir lain yang merasa terganggu oleh cara menyetir laki-laki ini. Akan tetapi Dimas tak menghiraukan hal itu. Baginya sekarang yang terpenting adalah segera bertemu dengan sang istri Rania.
Saking tak konsentrasinya dia terhadap jalanan di depannya, sudah beberapa kali dia hampir saja mengalami kecelakaan. Untung saja Allah masih terus menyelamatkannya sehingga tak terjadi apapun pada laki-laki itu.
Perjalanan yang seharusnya memakan waktu lima jam lam
Rintik hujan mengalir dengan sangat deras membanjiri aspal jalanan menghempaskan debu-debu tebal yang sedari tadi beterbangan terhirup oleh hidung-hidung para manusia yang sedang berjalan di sekitar lokasi tersebut. Rintik hujan yang jatuh mewarnai jalan raya itu menciptakan sebuah bau menyengat menusuk ke dalam hidung. Rintik hujan yang mengalir dengan sangat deras itu nyatanya mewakili setiap insan yang sedang diterpa berbagai macam ujian yang menyakitkan. Dimas salah satunya. Laki-laki itu baru saja merasakan sebuah kebahagiaan karena bisa bersatu dengan cinta masa kecilnya, dengan cinta pertamanya, dengan cinta abadinya. Namun nyatanya ketulusan cinta mereka terus saja selalu di uji. Sebenarnya bagi laki-laki ini sendiri, sebesar apapun ujian yang datang, dia pasti akan kuat menghadapi semuanya asalkan sosok sang
Satu minggu sudah Rania tak bertemu dengan sang suami Dimas. Satu minggu sudah setelah kedatangan sang suami yang merupakan pertemuan terakhir mereka hingga sampai saat ini wanita itu tak pernah mendengar kabar dari sang suami lagi.Sebenarnya ingin sekali dia menghubungi sang suami dengan sebuah ponsel yang sudah diberikan oleh Dimas saat awal mereka sampai di rumah laki-laki itu. Akan tetapi hatinya sangat ragu. Dia takut jika keadaan di sana sudah tidak seperti dulu lagi. Rania sadar kalau dia sudah berusaha untuk membebaskan sang suami. Dan kini di dalam pikirannya jika sang suami pasti sudah menerima pertunangan dengan wanita yang akan dijodohkan oleh Ayah Deni itu.Sejujurnya Rania baru tahu jika selama ini hubungannya dengan Dimas sangat ditentang oleh sang ayah laki-laki itu. Bahkan bukan hubungan hari ini saja me
Pagi harinya Pingkan pun sudah mengambil keputusan akan mulai bertindak. Sekarang dia tidak peduli dengan kata-kata sang ayah lagi. Bahkan sekarang dia tidak peduli dengan sang ibu yang hanya diam saja, tak mau melakukan sesuatu. Sang ibu sudah terlena dengan semua harta dan kemewahan yang diberikan oleh suaminya sehingga wanita itu pun tidak peduli dengan apa yang terjadi kepada kedua anaknya.Pingkan sangat takut kehilangan Dimas. Dia tidak mau kehilangan sosok kakak yang begitu dia sayangi itu. Selama ini Dimas yang selalu ada untuknya. Menjaganya, melindunginya, memanjakannya. Dimas adalah seorang kakak terbaik yang ada di dunia ini, menurut Pingkan.Semalam dokter mengatakan kalau pasien tak memiliki semangat untuk hidup. Oleh karena itu, kondisinya terus saja drop. Seberapa maksimalnya pun para dokter berusaha untuk
"Kak, aku mohon. Selamatkan Kak Dimas. Aku mohon," pinta Pingkan. Bahkan kini dia menurunkan tubuhnya ke lantai. Berlutut di hadapan sang kakak ipar."Aku… aku… " Rania masih tampak bingung.Melihat kebingungan dari sang anak, Ibu Tyas pun mendekatinya dan menggenggam erat kedua tangannya. Wanita paruh baya itu mencoba menyalurkan rasa semangat ke dalam hati anak perempuannya itu."Nak, ikuti kata hatimu, bukan pikiranmu. Jika kamu terlalu banyak berpikir maka kamu akan kembali dikalahkah oleh waktu. Jangan sampai langkah yang kamu ambil itu menjadi terlambat, Nak!" ucap Ibu Tyas.Rania pun teringat dengan masa lalunya. Ketika dirinya berhasil dikalahkan oleh sang waktu akhirnya dirin
"Kak, maafkan aku Kak. Maafkan aku. Aku terlalu bodoh untuk bisa mengerti perasaanmu kepadaku. Aku terlalu bodoh karena mengikuti ego dan juga hawa nafsuku. Aku benar-benar menyesal kak. Aku benar-benar menyesal. Ayo bangunlah Kak. Raniamu ini berjanji jika kamu bangun dan sembuh, kita akan memulai hubungan rumah tangga kita dari awal lagi. Bersama Rizky juga. Dengarkan aku Kak, Rizky sudah ada di rumah sedang menunggu papahnya pulang. Apa kamu tidak merindukan Rizkymu, Kak? Bangun kak. Aku mohon bangun," Rania terus saja berbicara. Dia tidak tahu apa yang dilakukannya ini bisa membantu sang suami agar cepat sadar atau tidak, yang jelas Rania sangat berharap kalau semua yang dikatakan olehnya masih bisa didengar oleh sang suami.Rania mendudukkan badannya di atas ranjang rumah sakit tepat di samping sang suami. Dan memeluk sang suami dengan sangat erat. Kepalanya terbaring tepat di atas
Cinta. Sebenarnya apakah itu cinta? Cinta adalah sebuah anugerah terindah dari Yang Maha Kuasa. Sejak kita lahir ke alam dunia ini, kita sudah dipenuhi dengan cinta. Cinta dari orangtua, cinta dari keluarga. Beranjak remaja, kita juga mendapatkan cinta dari teman dan dari sahabat. Masuk ke ranah dewasa, cinta yang datang semakin indah saja terasa. Apalagi cinta yang dirasakan untuk pasangan kita yang sudah ditakdirkan oleh Allah menjadi pendamping kita di sisa usia kita di alam dunia ini. Akan tetapi terkadang demi untuk mendapatkan sebuah cinta sejati, kita selalu diberikan sebuah ujian sebagai pertanda apakah kita memang layak atau tidak untuk mendapatkan cinta yang sangat indah tersebut. Akan tetapi terkadang juga cinta itu datang tanpa di duga dan tumbuh begitu saja di dalam hati tanpa kita sadari.Inilah cinta yang dirasakan oleh Rania. Cinta sejati untuk sang suami yang tidak pernah dia sadari kehadirannya di dalam hatinya sendiri. Sebuah cinta sejati yang tak pernah di
Suara burung-burung kecil bernyanyi bersahutan sambil terbang dari satu dahan pohon ke arah dahan pohon yang lain terdengar sangat jelas. Sinar cahaya matahari pagi yang masih sangat terasa hangat bagi tubuh yang berjemur di bawahnya, kini mulai masuk menusuk melalui celah-celah jendela kamar rumah sakit dan memberikan efek udara yang agak sedikit panas kepada para penghuni di dalamnya. Udara sejuk sang pagi hari juga saling beradu dan saling berlomba untuk menyentuh pori-pori para insan yang masih tertidur dengan sangat lelapnya. Agar para manusia malas itu bisa merasakan dingin dan pada akhirnya mau membuka matanya karena hari sudah siang.Beberapa orang yang sedang berada di rumah sakit sudah mulai beraktifitas seperti biasa. Para pasien sudah mulai terbangun sedangkan para saudara yang bertugas menunggu ada yang sudah berjalan-jalan ke luar rumah sakit hanya untuk mencari sarapan pagi untuk mengisi perut mereka yang sudah mulai keroncongan.Berbeda dengan kes
Sebuah kotak besi meluncur dari lantai paling atas rumah sakit menuju ke lantai bawah atau lantai utama rumah sakit mengantarkan tiga manusia yang sedang dipenuhi dengan rasa bahagia di hati mereka masing-masing. Berdiri di bagian depan sepasang suami istri, Rania dan juga Dimas. Dengan tangan Dimas yang masih bergelayut manja melingkar di bahu sang istri. Begitu juga Rania yang terus berusaha berdiri dengan tegak dan tangan yang melingkar di pinggang sang suami berusaha agar dirinya bisa menjadi penopang bagi laki-laki itu. Sedangkan di posisi belakang, bak patung yang diabaikan, Pingkan hanya berdiri sendiri menatap kemesraan kedua kakaknya itu dengan tangan yang memeluk tas sang kakak. Mengeluh? Tidak! Justru Pingkan sangat senang jika melihat sang kakak bahagia. Dia akan selalu melakukan apapun demi untuk kebahagiaan sang kakak. Bahkan gadis ini siap untuk berdiri paling depan untuk melawan siapa saja yang menginginkan penderitaan bagi sang kakak.“Kakak benar-benar
"Apa yang sedang kamu lakukan, sayang?" suara Dimas menginterupsi. Rania yang sedang mencari kalung tersebut langsung menoleh ke arah sang suami.Melihat raut panik di wajah sang istri, Dimas pun turun dari tempat tidurnya. Dia berjalan mendekati Rania lalu duduk di lantai di samping wanita itu."Ada apa sayang? Apa yang sedang kamu cari? Ini sudah malam loh," tanya Dimas dengan tangan yang membelai rambut sang istri."Aku… aku sedang mencari kalung, Kak," ucap Rania.Awalnya Rania memang berniat akan menghadapi segalanya sendiri tanpa harus melibatkan Dimas. Akan tetapi lambat laun dia juga berpikir bahwa apa yang dia lakukan ini tidak baik. Bagaimanapun juga Dimas adalah suaminya sekarang. Apapun yang terjadi kepadanya, sudah menjadi tanggung jawab Dimas. Lagipula Rania sendiri tak yakin apa dirinya sanggup untuk menghadapi kenyataan ini sendiri atau tidak. Oleh karena itu dia pun memutuskan untuk menceritakan semuanya saja kepada sang suami."Kalung? Kalung yang mana?" tanya Dimas m
"Nona, kita sudah sampai,” ucap Alman yang berhasil menyadarkan lamunan wanita itu. Pandangan Rania pun melihat ke arah luar. Ternyata benar, mereka telah sampai di tempat semula laki-laki itu menjemput Rania.Dengan sigap Alman langsung turun dari mobil tersebut dan membukakan pintu untuk nona besarnya itu. Perlahan Rania turun dan mulai melangkahkan kakinya untuk pulang menuju ke rumah kontrakanya.“Nona, tunggu sebentar!” ucap Alman dan berhasil membuat langkah Rania yang sudah beberapa meter menjauh darinya itu terhenti. Wanita itu pun kembali menoleh ke arah belakang.“Iya Tuan.,” ucap Rania.Alman langsung melangkahkan kakinya ke arah belakang mobil. Kedua tangannya membuka bagasi belakang mobil tersebut dan mulai mengeluarkan beberapa keresek besar berwarna putih. Laki-laki itu pun berjalan mendekati Rania dan memberikan semua bungkusan itu kepadanya.“Apa ini Tuan?” tanya Rania mengernyit keheranan.“Maaf nona. Tadi pagi
“Sebuah panti asuhan di sebuah kota kecil bernama Panti Asuhan Generasi Mandiri.”DEG...Panti Asuhan Generasi Mandiri? Bukankah itu adalah nama Panti Asuhan milik Umi Nayla dan Abi Agung. Tapi apa iya panti asuhan yang itu? Tidak! Nama Panti Asuhan Generasi Mandiri tidak hanya satu di kota ini kan? Pasti ada banyak panti asuhan yang memiliki nama yang sama. Pikiran Rania mulai dipenuhi dengan pertayaan-pertanyaan yang membuat kepalanya sedikit pusing.“Panti Asuhan Generasi Mandiri?” Rania yang sejak tadi hanya diam dan mendengarkan saja akhirnya mengeluarkan suara kecilnya. Kepala sang Kakek yang sejak tadi menunduk berubah terangkat ke atas dan menatap wajah Rania dengan sedikit tersenyum. Sang kakek pun kembali melanjutkan ceritanya.“Iya, Panti Asuhan Generasi Mandiri, milik Nyonya Nayla dan Tuan Agung,” tegas sang Kakek. Rania kembali terdiam di dalam kemelut hatinya sendiri.“Kakek tahu kalau kamu pasti berpikir kalau di negara ini atau bahkan mungkin di kota ini ada banyak se
“Nak, nama Kakek adalah Imam Sahara. Kamu bisa memanggil kakek dengan sebuatan Kakek Imam. Kakek adalah pemilik dari perusahaan besar di beberapa kota di negara ini juga di luar negeri, Perusahaan Sahara. Apa kamu pernah mendengarnya?” tanya sang Kakek sambil membalikkan badannya kembali menghadap Rania. Wanita itu menggelengkan kepalanya dan membuat sang Kakek tersenyum.Sang Kakek mengerti jika wanita di depannya itu belum pernah mendengarnya, karena selama ini Rania tinggal di sebuah kota terpencil dan selama kehidupannya dia tidak pernah berurusan dengan urusan bisnis. Sang Kakek pun kembali menjelaskan jika perusahaan Sahara adalah salah satu perusahaan raksasa yang ada di dalam negeri ini. Bahkan bisa dikatakan perusahaan nomor satu yang ada di negara ini.Walaupun Perusahaan Sahara adalah perusahaan ternama akan tetapi sang Kakek tidak pernah mengizinkan siapapun untuk meliput anggota keluarganya. Baginya apapun yang terjadi di dalam keluarganya adal
"Aku harus secepatnya pergi dari sini. Iya, aku harus secepatnya pergi dari tempat ini. Harus! Sebelum laki-laki itu datang dan berbuat yang tidak-tidak kepadaku," gumam Rania.Dengan cepat Rania bergerak menuju ke arah pintu. Namun sial saat tinggal beberapa langkah lagi menuju ke arah pintu, kedua mata Rania melihat gagang pintu yang bergerak dan sesaat kemudian pintu itu pun terbuka.Seorang laki-laki yang usianya sudah tidak muda lagi tampak sedang berdiri di depan pintu. Walaupun usianya sudah tua akan tetapi perawakannya masih tegap. Dengan berbalut kemeja putih dan jas hitam yang sangat bagus, laki-laki itu sungguh menunjukkan kalau dirinya memang bukan orang sembarang."Siapa laki-laki ini? Apa dia akan berbuat jahat kepadaku? Atau jangan-jangan dia adalah orang jahat yang suka menculik dan menjual wanita dan anak kecil untuk dijual ke luar negeri?" pikir Rania.Di dalam otak Rania terus berp
Setelah lama melaju, mobil itu pun berhenti di sebuah pelataran hotel mewah. Lamunan Rania kembali tersadar dan rasa takut itu pun kembali datang ke dalam tubuhnya saat dirinya melihat kalau mereka telah sampai di sebuah hotel. Sebenarnya siapa dia yang ingin bertemu dengan Rania? Dan kenapa harus di hotel?"Mari silahkan nona!" Ucapan Alman yang menyuruhnya untuk turun dari mobil berhasil membuat Rania membuyarkan lamunannya."I.. Iya.." Jawab Rania gugup.Dengan tangan yang masih menggendong sang anak Rizky, Rania pun perlahan turun dari mobil. Kedua bola matanya menatap sebuah gedung hotel yang begitu besar. Jujur saja ini adalah kali pertama dirinya menginjakkan kaki di tempat ini bahkan ini adalah kali pertamanya juga dia melihat tempat ini. Selama ini
Pagi itu, pagi-pagi sekali Dimas sudah pergi untuk kembali mencari sebuah pekerjaan. Semalam mungkin karena dirinya sangat lelah, laki-laki itu pun tidur dengan sangat nyenyaknya. Tanpa melakukan apapun bersama sang istri walaupun sebenarnya sebelumnya Dimas sempat menginginkannya. Akan tetapi rasa lelah dan juga kantuk ternyata bisa mengalahkan semuanya. Sepasang suami istri ini pun hanya bisa tidur sambil berpelukan saja.Di dalam setiap langkah yang diambil oleh sang suami dalam mengais rezeki dari Allah selalu ditemani oleh doa-doa dari sang istri. Rania selalu mendoakan suaminya ini yang terbaik. Dia tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada Dimas karena dia menyerahkan segala keputusannya hanya kepada Allah SWT saja. Karena hanya Dia yang paling tahu apa yang terbaik bagi setiap hambanya.Pagi itu setelah suaminya
Mengapa terkadang ada beberapa orang tua yang selalu membeda-bedakan jenis kelamin anaknya sendiri. Kenapa terkadang mereka lebih menyukai anak laki-laki daripada anak perempuan. Mereka selalu berpikir jika anak laki-laki bisa menjadi penerus keluarga. Lalu apa anak perempuan tidak bisa dijadikan sebagai lambang kebanggaan dari sebuah keluarga?Di dalam sela waktu dirinya bercerita kepada sang kakak ipar, dengan tanpa disengaja Pingkan pun meneteskan air matanya. Sebenarnya di dalam hatinya yang paling dalam, dia selalu merasa iri melihat sang kakak Dimas yang selalu mendapatkan perhatian lebih dari kedua orang tuanya terutama sang ayah. Sedangkan dirinya hanya untuk meminta ditemani saja, mereka selalu menolak. Terkadang Pingkan juga selalu berpikir apa mungkin dirinya bukan anak kandung dari kedua orang tuanya?Mendengar semua perjuangan adik iparnya itu selama ini, membuat Rania pun ikut sedih. Dulu awalnya dia juga sering merasa sedih dan sangat kecewa kepada kedua
“Dan satu hal lagi. Bukankah Dimas menikah belum lama ini. Kalau tidak salah belum genap satu tahun lalu bagaimana mungkin dia memiliki anak berusia sekitar dua tahun? Apa kakak iparmu itu sudah menyerahkan semuanya kepada Dimas dari sebelum mereka menikah? Ohh, tidak. Jika seperti itu kejadiannya seharusnya anak itu masih berada di dalam kandungannya. Hmm, hanya satu yang sepertinya memang terjadi. Kakak iparmu itu berzinah dengan laki-laki lain sampai dia memiliki seorang anak. Dan karena membutuhkan banyak biaya maka wanita ini menggoda calon suamiku Dimas. Hmm.. tepat sekali. Iya, kakakmu Dimas, atau calon suamiku sudah terjebak leh wanita jalang seperti dia!” teriak Angela sambil menunjuk ke arah Rania.BUGH...Mendengar wanita gila itu terus menghina sang kakak ipar yang sangat dia sayangi dan juga dia hormati itu, benar-benar membuat Pingkan tak bisa menahan emosinya lagi. Sebuah gerakan cepat pun dilakukan oleh gadis muda itu. Saking cepatnya bahkan