Share

77. "Masa Sih?"

Penulis: Ayu Sekti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-26 12:35:54
"Mana buktinya kalau kamu disekap, Devan! Jika ada buktinya, kami mempercayai kamu, tetapi kalau tidak, kami akan mengusir kamu dari komplek ini. Meracuni komplek ini saja!"

Siang itu, Bu Lurah yang memakai daster coklat meminta bukti kebenaran apa yang dikatakan oleh Devan.

"Ayo, kalian semua saya antarkan ke hotel di mana saya disekap! Pasti di situ masih terekam CCTV. Dan kebetulan pemilik hotel tersebut adalah teman dekat saya! Dia itu wanita licik, tapi kenapa, Ibu-Ibu cepat percaya dengannya?"

Devan meyakinkan warga setempat meski mereka belum terlalu percaya dengannya.

Warga mulai terdiam. Mereka meresapi perkataan Devan yang ada benarnya juga.

"Begini saja, nanti Pak RT sama Devan datang ke hotel itu, untuk mengungkap kebenaran! Jika memang Devan benar, kita harus meminta maaf kepadanya, tetapi jika memang dia dusta, kita beri hukuman padanya. Bagaimana?"

Bu Lurah berusaha memberikan solusi agar masalah cepat selesai.

"Sekarang juga, saya akan ajak Pak RT da
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   78. Karena Spageti

    Di sore yang cerah itu, Devan dan Aisyah masih berada di kamar. Mereka saling bertemu pandang dan berbagi kasih. "Biarkan aku lepas hijabnya sekarang, Suamiku. Lihatlah aku yang banyak kekurangan ini," tutur Aisyah sambil menundukkan kepala dan melepas hijabnya secara perlahan-lahan. Saat itu juga, Aisyah memperlihatkan mahkota indahnya kepada Devan. Seketika, Devan tak berkedip. "Kamu itu cantik, Syah. Sayang sekali kamu Denis, membuang berlian demi batu kali," batin Devan sambil menatap Aisyah karena takjub dengan keindahan wajah dan rambut Aisyah yang panjang dan bergelombang. "Mas Devan, kenapa kamu lihat aku seperti itu? Apa aku jelek?" Aisyah malah merasa dirinya tidak cantik. Ia belum sadar, bahwa Devan sangat mengagumi paras Aisyah yang manis. Devan terkekeh. "Apa aku bilang kamu jelek? Kamu cantik, Aisyah. Seperti bidadari surga. Ditambah hatimu yang lembut. Yuk, kita lalui malam ini dengan keindahan!" Devan langsung memeluk sang istri dan mengecup bibir milik A

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   Bab 79. Menangis

    "Tidak apa-apa, Suamiku. Kita jenguk Mama Linda sekarang juga!" tegas Aisyah mulai berdiri dari rumah makan. Kemudian ia mengambil tas yang berisi barang penting yang dibawa saat pergi. Setelah mengambil tas pribadinya yang ada di kamar, ia keluar rumah bersama Devan. Devan dan Aisyah sudah berada di mobil. Kini saatnya menuju rumah sakit Medika. Tiga puluh menit kemudian, mereka sampai di rumah sakit tersebut. Mobil sudah terparkir di area parkir sehingga mereka turun dari mobil. Devan langsung ke ruang medis untuk menanyakan di mana Mama Linda berada. Ternyata Mama Linda sedang berada di rumah VIP nomor 8. Akhirnya, mereka berdua menuju ruangan tersebut. Saat sampai di depan ruangan yang dituju, terlihat beberapa petugas medis membawa brankar dan Mama Linda keluar dari ruangan tersebut. "Maaf, Pak Hadi, Pasien harus dipindahkan ke ruang ICU karena kondisinya sedang darurat! Dimohon keluarga bersabar dan tidak boleh berada dalam ruangan tersebut!" tegas salah satu pet

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   Bab. 80

    Dokter yang menangani tindakan Mama Linda baru baru saja keluar dari ruang ICU. Beliau mendekati Pak Hadi yang sedang duduk panik di ruang tunggu dengan wajah gugup. "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Hadi dengan raut wajah panik. "Anda harus sabar, Tuan Hadi. Mungkin kenyataan ini lebih baik untuk Nyonya Linda. Saya ikut kagum dengan kerja keras istri Anda!" Dokter tersebut juga merupakan temannya Hadi Wiguna sehingga sudah saling kenal. "Maksud Dokter apa? Jangan menakut-nakuti saya!" tegas Hadi dengan perasaan semakin tidak karuan. Pikirannya menerawang ke mana-mana. "Nyonya Linda telah meninggal dunia. Kami sudah berusaha yang terbaik, tetapi Tuhan berkehendak lain, semoga Tuan Hadi bisa kuat," jawab Dokter berwajah bundar tersebut mulai menjelaskan kondisi Mama Linda yang ternyata sudah tidak bernyawa lagi. Tuan Hadi syok. "Itu tidak mungkin, Dokter. Kemarin dia masih sehat? Dia istriku tercinta! Tidak!" Hadi Wiguna tidak kuat menghadapi istrinya yang menin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   81. Kamu Tidak Tahu

    "Ayo, kita usir saja orang gila ini dari rumah Devan! Mengganggu prosesi pemakaman saja!" Saat sore hari, Pak RT di komplek tersebut mengarahkan para warga untuk membawa Mawar pergi dari tempat tersebut tersebut. Ia mengalami gangguan jiwa berat hingga datang ke rumah Devan dan mengganggu.Beberapa warga berhasil mengamankan Mawar menuju tempat rumah sakit jiwa karena mereka iba dengan kondisi kehamilannya. Ia juga sudah tidak punya siapa-siapa karena ibu kandungnya masuk penjara karena kasus pencurian uang milik tetangganya sendiri. ,,,Satu jam kemudian, akhirnya kedua orang tua Devan berhasil dikuburkan. Semua orang yang bertakziah pulang. Kini tinggal Devan dan Aisyah yang berada di makam. "Kenapa jadi begini, Mah, Pah? Devan masih ingin bersama kalian! Devan harus mengelola Perusahan sendirian tanpa kalian itu rasanya berat!" Devan merasa ada beban berat yang harus ditanggung ketika kedua orang tuanya meninggal. Netra Aisyah berkaca-kaca sambil berjongkok dan memegang erat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   Bab 82. Maksud terselubung

    Siang itu Aisyah diajak Jiho untuk menuju Kafe. Kafe yang direkomendasikan oleh kedua orang tua Jiho untuk makan siang bersama. Kedua orang Jiho juga mengundang Aisyah. Sepuluh menit kemudian, Jiho dan Aisyah sudah beraada di Kafe tersebut. Di sana sudah ada pria dengan wajah Tiong Hua dan seseorang wanita berumur sekitar 45 tahun yang berwajah Indonesia. "Nona Aisyah silakan duduk," ujar Jiho dengan nada ramah.Ketika Aisyah sudah duduk di bangku Kafe, kedua orang tua Jiho memandang Aisyah dengan tatapan berbinar. "Mah, Pah, ini wanita yang aku ceritakan kemarin. Namanya Aisyah. Ia ikut andil dalam memajukan Perusahaan yang Jiho kelola. Aisyah termasuk orang di dalamnya. Bahkan ia sangat mahir dalam bidang desainer dan menjahit."Jiho mengenalkan Aisyah kepada kedua orang tuanya dengan senang hati."Oh, manis sekali kamu Aisyah. Senang berkenalan denganmu. Saya Rukmi, mamanya Jiho. Dan ini Papa Andreas Papanya Jiho," ujar mamanya Jiho yang sedang mengenalkan suaminya pada Aisyah.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   Bab 83

    "Saya maafkan kok Om. Terima kasih atas jaminan makanannya. Karena saya sudah selesai makan, saya akan pulang sekarang juga. Maaf, jika saya membuat kecewa."Saat sore itu, Aisyah berdiri kemudian berpamitan kepada kedua orang tua Jiho dengan sopan meski Jiho sedang mengusirnya. "Nona tunggu!"Mamanya Jiho menghentikan langkah Aisyah yang hendak pergi. Aisyah kemudian menoleh."Bagaimana Tante?" Aisyah tetap sopan dan menjawab mamanya Jiho. "Ini kartu nama saya! Silakan hubungi saya jika kamu ingin berbisnis dengan saya! Saya sangat mengagumi kepribadian kamu!" Nyonya Rukmi memberikan kartu identitas kepada Aisyah. Beliau senang bekerja sama denga. Aisyah yang bertalenta besar. "Mah, jangan berikan kartu identitas Mama kepada Aisyah. Saya tidak mau melihatnya lagi! Saya kecewa dengan dia!" Jiho melarang mamanya memberikan kartu identitas. Pria itu menghalangi mamanya untuk memberikan kartu itu kepada Aisyah. Yang tadinya Jiho ramah dan baik kepada Aisyah kini berubah menjadi ben

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   84. Krincing!

    Tiga hari kemudian, rencananya Aisyah akan ke kampung halamannya bersama Devan. Barang pribadi dan persiapan lainnya sudah mereka siapkan. Waktu itu menunjukkan pukul enam pagi. Mereka sudah siap-siap untuk berangkat. Mereka sudah berada dalam mobil dan dalam perjalanan menuju kampung. "Syah, ngomong-ngomong yang mengurus sawah warisan nenekmu siapa ya? Sepertinya kamu dah lama nggak nengok kampung. Apa sawah masih dikelola dengan baik?" tanya Devan untuk memastikan."Aku aktif WA-nan sama Bude Menik Mas. Bu Menik adalah tetangga baik hati yang sudah menganggap aku sebagai anaknya," jawab Aisyah dengan wajah berbinar. "Serius dia baik secara tulus?" tanya Devan memastikan. "Beneran tulus kok. Setiap waktu ia kirim foto hasil panen padi. Dan uangnya selalu di transfer ke rekeningku, tapi aku juga memberi dana untuk menanam padi juga. Kita bagi hasil pokoknya," jawab Aisyah yang meyakinkan Devan. "Bagus, kalau begitu. Semoga kita bisa cepat sampai di sana!" Akhirnya Devan menambah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   85. "Boleh Aku Ikut?"

    "Yasudah, terima kasih jamuan makan dari Bu Menik dan keluarga. Aisyah dan Mas Devan pamit ke rumah sana dulu mau bersih-bersih. Sehabis perjalanan capek ini?" Setelah makan jamuan yang diberikan oleh Nilam dan keluarganya, Aisyah tidak mau berlama-lama. Ia penasaran ingin segera masuk ke dalam rumah warisan leluhurnya tersebut apakah di dalamnya masih utuh. "Kak, Nilam boleh ikut? Nanti Nilam bantu memasak dan bersih-bersih. Kak Aisyah lelah 'kan?"Nilam menatap Aisyah dengan tatapan berbinar dan ingin ikut bersama Aisyah. Sesekali ia melirik Devan yang sedang sibuk dengan ponselnya.Aisyah sedikit ragu. Karena ia tidak enak dengan Bu Menik, ia mengiyakan perkataan Nilam. "Boleh. Ayo ke sana sekarang!" tegas Aisyah. Ia berdiri untuk menuju rumah tua milik mendiang neneknya. Devan pun berdiri dan juga mengikuti Aisyah. Nilam tampak ceria dan berjalan kemayu ketika mengikuti Aisyah. Ia berusaha berjalan di samping Devan dan sok akrab dengannya. Hingga mereka sampai di dalam ruangan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03

Bab terbaru

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   104. Gara-gara Kue

    "Ada apa dengan Dokter Virginia? Apa ini erat kaitannya dengan racun kue itu? Oke, nanti aku akan ke sana lagi, tapi aku harus izin Aisyah dulu. Kalau perlu Aisyah ikut! Aisyah harus tahu kelicikan Rina!" batin Devan sambil melihat Aisyah yang sudah membayar totalan beberapa buah yang ia beli. "Mas, yuk kita pulang?" Ketika Aisyah sudah membayar seluruh buah yang ia beli, ia berbalik dan menatap Devan dengan wajah yang berbinar. "Sayang, kita jangan pulang dulu! Kita langsung ke Klinik milik Dokter Virginia. Lihat chat ini!" Devan langsung memberikan chat dari Bu Dokter Virginia yang baru saja muncul. Ia tidak mau ada yang ditutupi. Ia ingin selalu terbuka dengan Aisyah. Dengan terbuka, Aisyah akan semakin percaya pada dirinya. Devan tidak mau ia dianggap sebagai pria yang memiliki watak seperti Denis. "Maksud dari beliau apa ya? Yasudah, ayo kita ke Klinik. Mas, coba telepon Mbok Ginah bahwa kita tidak bisa sarapan dengan menu beliau soalnya ada keperluan penting. Kamu punya no

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   Sesuatu

    "Neli, kamu ngikutin kita? Kenapa tatapan kamu benci seperti itu kepada kita?" tanya Devan kepada Neli yang sudah ada tepat di belakangnya."Eng—nggak benci, saya hanya kepedasan ini Kak. Ingin beli es jeruk di taman ini," jawab Neli secara berbohong. Padahal Neli ingin mengintai pergerakan Devan dan Aisyah. Diam-diam, Neli menyembunyikan sesuatu dalam hatinya. "Jangan berbohong kamu Neli. Aku tahu kamu itu berbohong. Kamu pulang saja temani Mbok Ginah. Jangan ganggu acara kami!" jawab Devan dengan muka sinis ke arah Neli yang memang berbohong. Devan sudah pengalaman dengan wanita berwatak seperti Neli. Ia mungkin tidak akan terjebak dengan tipu muslihatnya. "Sudah, kalian jangan bertengkar. Neli, kalau kamu mau beli es jeruk lanjutkan. Jangan lupa nanti bayar sendiri, kamu masih pinjam uang aku loh. Hutang harus dibayar!" tegas Aiayah yang masih mengingat jika Neli pinjam uang kepadanya. "Eh, iya Kak, tenang saja. Nanti kalau aku sudah kerja dan gajian, hutang Kak Aisyah akan saya

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   102. Saat di Taman

    Malam itu Devan dan Aisyah sedang mengalami puncak kebahagiaan meski salah satu pihak sedang dilanda hamil muda. Devan melakukan hubungan dengan istrinya secara lembut hingga mereka sama-sama merasakan puncak kejayaan yanh memuaskan. Hingga mereka terlelap dalam mimpi. ***Pagi pun tiba. Devan sebelum subuh bangun dan mulai mandi besar. Sementara Aisyah masih saja tertidur pulas mungkin karena kelelahan. "Aisyah, bangun. Mandi besar sana. Nanti kita sholat subuh bareng."Ketika Devan sudah mandi, ia membangunkan sang istri dengan menepuk pundak. Tidak lama, Aisyah mulai terbangun. "Ada apa Mas? Haduh, kok aku belum pakai pakaian sih? Aku belum mandi ya? Ini sudah jam berapa?" Asiyah tidak sadar jika waktu itu sudah subuh karena saking lelapnya dan lelah setelah tadi malam bertempur dengan sang suami. "Sudah mandi besar sana. Nanti sholat bareng sama aku. Kamu lupa dengan pertempuran tadi malam?" Devan tersenyum kecil dan gemas melihat Aiayah yang lupa dan cemas. Seperti boneka B

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   101.

    Dia pinjam tiga ratus ribu, Mas? Tapi aku hanya beri dia dua ratus. Aku bilang, uang yang di dompet hanya sisa segitu," jawab Aisyah yang masih menelepon Devan."Oh, yasudah nanti kita bicarakan lagi empat mata di kamar. Ini mungkin udah satu jam, aku mau lihat uji coba yang dilakukan Dokter Virginia. Kamu tetap waspada dengan Neli!'Tidak lama, sambungan telepon diputus oleh Devan. Devan mulai menemui Dokter Virginia untuk memastikan apakah hasil labnya sudah jadi. Sebelum Devan sempat berdiri dari sofa, Dokter yang dimaksud Devan ternyata mendekatinya. "Mas Devan, ayo ikut saya ke ruangan lab. Ada yang perlu saya bicarakan kepada Mas Devan!" Dengan raut wajah serius, wanita tinggi berseragam khas dokter itu mengajak Devan untuk ke ruangan lab."Bagaimana hasilnya, Dokter?" tanya Devan ketika sudah sampai di ruangan lab. Ia berharap-harap cemas dengan hasil yang akan dijelaskan oleh dokter tersebut."Hasilnya positif mengandung zat beracun. Padahal awalnya roti ini aman dan saya b

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   100. Menunggu Hasil

    Sore itu Pak Ujang sudah membawa Mbok Ginah dan wanita muda yang berpakaian sederhana. Namun, tidak berjilbab. Dari cara berpakaiannya wanita tersebut seperti orang desa. "Mbok Ginah? Pak Ujang? Mari silakan duduk ke sana!"Karena Devan sangat menghormati tamu yang datang, tamunya dipersilakan duduk di ruang tamu. Tidak lama, Aisyah datang menghampiri siapa tamunya tersebut dan sudah membawakan air teh dan beberapa jamuan makanan. Beberapa teko dan gelas, beserta jamuan, ia letakkan di meja tamu. "Ini Neng Aisyah? Istrinya Mas Devan ya? Manis sekali. Kenalin Neng, ini Mbok Ginah dan Ini Neli anak saya yang baru pulang kerja dari Arab. Kebetulan, dia sudah berhenti bekerja. Boleh kah dia sama Mbok bekerja di sini? Sekalian jagain Enang jika Nak Devan pergi. Nak Devan itu sudah saya anggap anak sendiri," tutur Mbok Ginah sambil duduk di samping anaknya berumur sekitar 22 tahun. Aisyah mengamati Neli dan Mbok Ginah. Kemudian ia menoleh kepada Devan. "Bagaimana Mas Devan? Apa mereka b

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   99. Kopi Susu

    Sore itu, Devan ingin membawa kue pemberian wanita asing ke Klinik milik Dokter Virginia. Namun, pria itu bingung karena Aisyah tidak mau diajak. Padahal Devan hanya ingin mengungkap keganjilan pada kue tersebut. "Syah, sebelum kue ini basi, ayo kita ke Klinik. Aku nggak mau kamu di rumah sendirian karena nggak ada yang jaga. Plis, ikut yuk? Kita harus tahu siapa wanita asing yang memberi kue pada kita itu!" Devan masih mendesak Aisyah untuk pergi ke Klinik. Baginya, keselamatan Aisyah lebih penting dari segalanya. Sedikit pun Devan nggak mau jika istri tercintanya celaka atau dijahatin orang. Apalagi Aisyah sedang mengandung benihnya. Suatu keluarga kecil yang harus diperjuangkan. "Tapi Mas, aku masih sedikit mual. Aku di rumah sendiri nggak papa. Yang jelas, kamu jangan lama-lama di sana. Aku 'kan bawa ponsel, jadi kamu jangan khawatir. Kita Bisa teleponan." Aisyah masih kelelahan sehingga ia hanya ingin di rumah untuk istirahat. Devan mendengus pelan. "Apa aku panggilkan Mbok

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   98. Icip-icip

    Rina sedang mengintai di balik celah jendela yang terbuka yang ada di samping kamar yang mengarah ke jalanan luar. Karena waktu itu Aisyah ada di kamar dan beristirahat dengan Devan. Wanita itu sedang memastikan apakah kita yang ia bawa benar-benar dimakan oleh Aisyah. "Kalau kamu suka dengan roti ini, saya ambilkan pisau pemotong kue dulu ya? Agar makanannya enak!" Devan mengambil pisau roti yang ada di atas piring kecil dekat dengan nakas. Kebetulan pisau tersebut ada di situ. Devan kemudian memotong-motong kue tersebut menjadi beberapa bagian. "Mas, kalau kamu suka, diicipin dulu ya rotinya. Kelihatannya enak banget! Porsinya juga jumbo. Pasti aku nek, jika makan kue sebanya itu!" Aisyah menyuruh Devan mencicipi kue yang dibawa oleh wanita yang katanya adalah suruhan dari Dokter Virginia. Yang sebenarnya wanita tersebut adalah Rina. "Oke deh, aku makan sepotong dulu!" Lalu Devan memakan sepotong kue berwarna coklat dan putih tersebut sepotong. Ia tergoda dengan ben

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   97. Tamu Tak Diundang

    "Awas saja, aku tidak akan membiarkan janin yang dikandung Aisyah hidup. Kau telah mengambil Devan dariku. Aku juga bisa mengambil janinmu dan akan melenyapkannya." Siang itu, seorang wanita bergaun pink berdiri di balik pintu sambil menatap sinis ke arah Aisyah. "Ehm. Dek Rina, kenapa kamu di situ? Katanya ingin cepat pulang? Atau masih ingin mampir di sini. Nanti aku nitip uang ini untuk Mama ya?" Dokter Virginia ternyata adalah sepupunya Rina. Kebetulan Rina menjadi asisten baru Virginia saat ini. Jadi kesempatan untuk mencelakai Aisyah lebih besar. *** Pada siang itu, Aisyah sudah berada di rumahnya bersama Devan. Aisyah berbaring di ranjang tidurnya setelah meminum vitamin dari Dokter. "Sayang, kamu istirahat dulu ya? Kamu maunya dipesankan masakan apa agar nggak mual? Aku punya makanan rekomen yang sehat di restoran langgananku. Jadi, selama hamil, kamu nggak perlu repot," kata Devan sambil melihat-lihat layar ponselnya. Karena ia ingin memesan makanan online sehat

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   96. Gara-gara Es Krim

    "Nggak papa. Terima kasih suamiku, aku menangis hari ini karena bahagia sekali," kata Aisyah yang masih dipeluk oleh Devan. Mereka menikmati pemandangan dari atas kemidi putar. "Udahlah jangan menangis lagi. Nanti kita turun beli es krim ya? Atau kita naik wahana lain?" tanya Devan yang masih di atas kemidi putar. Mereka berbincang saling tertawa dalam kesenangan sampai kemidi putar berhenti. Mereka turun dari kemidi putar menuju kantin yang menyediakan berbagai makanan dan minuman termasuk es krim. Dua wadah es krim coklat vanila sudah ia pesan. Devan dan Aisyah menikmati es krim sambil duduk di taman yang di depannya penuh dengan bunga. "Es krimnya nambah nggak? Kalau nambah, saya pesankan?" Devan menikmati es krim sambil menoleh ke Aisyah yang juka menikmati es krim dengan lahap. Dalam hati ia tertawa sendiri karena istrinya sangat menggemaskan. "Udah. Tapi Mas, perutku mual banget. Aku seperti ingin muntah! Di sini nggak ada kamar mandi ya?" Ketika Aisyah suda

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status