Home / Fantasi / Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis / Nineteenth Story: Kediaman Duke Oestiarl

Share

Nineteenth Story: Kediaman Duke Oestiarl

Author: _yukimA15
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

'Jangan bilang kamu ingin aku menjadi tumbal untuk membuat pelakunya keluar!?'

'Segitu bencinya kamu terhadap diriku! Bahkan di cerita itu, tidak ada peristiwa seperti ini! Jangan bilang kamu ingin aku mati lebih cepat!?' pikirku dengan tersenyum kaku.

Aku segera mengatakan, "Jadi... Kapan kita akan mulai?"

"Tentu saja malam ini," ucap pangeran Agnreandel dengan seringai khasnya.

Aku pun hanya pasrah menerima permintaan dari Neanraken Oestiarl dan pangeran kejam ini.

***

Di ruangan dewan siswa yang sangat luas ini, terdapat tiga buah meja berbentuk persegi panjang besar yang dikelilingi sepuluh kursi, sebuah meja yang ditempati ketua dewan dan dilengkapi beberapa sofa.

Dikarenakan bagian tugas ku telah selesai, aku segera membaca sebuah buku cerita misteri di sofa. Di ruangan ini, semua orang sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing dengan serius.

"Lady Viyuranessa Roseary! Sebisanya anda duduk santai seperti itu!" Lagi-lagi Genisya Verk ingin mengusikku.

"Saya lagi ingin fokus b
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Twetieth Story: Tidak Mengerti

    Pria tersebut segera melontarkan semua bebatuan di tangannya ke arah maid tersebut.Aku berpikir, 'Dikarenakan jarak ku yang sangat jauh dari dua orang itu, sihirku akan terlambat menghentikan semua bebatuan itu! Terlambat untuk bisa menyelamatkan gadis itu dengan membangun dinding dengan sihirku! Aku harus Bagaimana?!'Tanpa pikir panjang, tubuhku bergerak di hadapan maid itu. Kerikil-kerikil itu sulit dilihat oleh mataku karena kecepatannya yang tinggi.Iris Blue Diamond ku tertampak sempurna saat aku memperhatikan semua kerikil-kerikil yang melaju cepat di hadapanku.'Sulit melihatnya! Aku tidak dapat segera mengurai partikel semua kerikil! Kerikik-kerikil itu pastinya akan menembus tubuhku. Aku sudah mengalirkan sihir ku di seluruh tubuhku. Aku tidak tahu apakah berhasil menghentikannya...''Aku belum pernah mencobanya. Ini pertaruhan... bahkan keberuntunganku sangat kecil untuk memenangkan pertaruhan ini. 'Apakah aku akan mati?'Saat kerikil-kerikil itu hampir mengenaiku, aku se

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    21st Story: Kerja Sama

    Keesokan harinya, pelajaran sihir Mr. Xenanbert kembali dimulai. Aku dengan tim ku melawan Tim Leitte Verk. Di tengah lapangan luas jauh di Padang rumput dekat hutan dan berada di belakang akademi, aku dan tim Leitte bersiap menunggu aba-aba dimulai."Saya akan mensuport, jadi saya rasa, Lady Yarne yang bisa memimpin," ucapku."Saya tidak merasa pantas untuk memimpin tim ini, Lady Roseary!""Pokoknya aku nggak mau jadi pemimpin! Mengerti!?""Baiklah, Lady Roseary! Saya yang akan memimpin!"Tim Alfrelina Yarne dan Tim Leitte Verk sudah berada di tengah medan pertempuran yang disiapkan Mr. Xenanbert."Hee... Bukan Lady Viyura yang memimpin?" Ucap Leitte.Aku menyilangkan tanganku di depan dadaku dan membuang muka, "Aku tidak mau! Apalagi harus banyak bicara!""Haha, memang Lady Viyura!" Derald tersenyum canggung."Mari kita bertarung dengan sportif, Lady Roseary dan lainnya!" Ucap Jesshiena dengan senyuman. Karena ia populer akan kebaikannya yang akrab dengan siapapun, banyak lelaki di

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    22nd Story: Sikapnya yang Membingungkanku

    Saat jam istirahat siang dimulai, pangeran Agnreandel menungguku di depan kelasku. Ia bersandar pada pilar dan menunggu kedatanganku. Tidak lama setelahnya, beberapa siswa keluar dari kelas dan beberapa dari mereka tersentak atas sosok Sang Pangeran masuk di pandangan mereka.Jesshiena Frossel melihat sekilas ke sosok pangeran, lalu ia segera menghampiri Finne yang ada disekitar dan mengajak Finne berbicara hingga mengundangnya untuk makan siang bersama.Pangeran Agnreandel melirik ke Jesshiena Frossel dan Finne. Ia berpikir, 'Wanita itu... Ia sengaja menonjolkan dirinya agar aku memperhatikannya. Lalu...'Pangeran Agnreandel melihat gadis bersurai toska itu sedang menghampirinya. "Yang Mulia! Jiwa sekeras berlian akan berkilau!" Jesshiena Frossel memberi hormat pada pangeran Agnreandel. Saat itu, aku keluar dari kelas dan sedang berbicara dengan Leitte Verk karena ia tidak henti bertanya hal bermacam-macam padaku. Saat itu, aku memperhatikan sekelilingku, aku tersentak saat melihat

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    23rd Story: Hal yang Ku Lupakan?

    "Apa ada hal yang ku lupa...?""Maaf, Viyuranessa! Lupakan saja yang telah aku ucapkan!" Ia memberikan secangkir teh mawar padaku yang telah disiapkan Derald Felixis sebelumnya.Aku mulai meminum teh mawar itu dan kecemasan pada diriku pun mulai reda. Saat itu suasana menjadi canggung. Tidak lama setelahnya, aku pun mulai tersadar dan kembali normal.Aku bertanya, "... Apa yang terakhir kita bicarakan tadi?" Neanraken pun menghela nafas lega. Lalu, ia kembali melanjutkan pekerjaannya. Lalu, ia mengatakan, "Itu... Apa yang terjadi setelah kamu pergi dari mansion?""Aku melarikan diri, lalu pangeran mengejarku. Aku bersembunyi, tidak lama aku menelusuri hutan dan menemukan sungai. Setelah itu aku segera melepaskan pakaianku dan berendam di sungai. Airnya hangat! Aku berenang disana! Setelah puas, aku kembali ke akademi.""Lalu, saat aku tiba akademi dan ke kamarku...!" Suara ku semakin merendah. Dan wajahku merona saat mengingat malam itu. "Sepertinya... sudah usai ceritanya!"Aku terse

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    24th Story: Toko Perhiasan

    Aku dan adikku pergi ke restoran Roseary saat jam makan malam. Sebelum itu, kami pergi berbelanja. Kami bahkan mampir ke beberapa stand makanan di pinggir jalan. Di sebuah toko perhiasan, aku dan adikku melihat-lihat setiap perhiasan yang dipajangkan. Beragam jenis kalung, gelang, anting-anting, kerabu, bros dan sebagainya."Kak Yu tidak masalah membiarkannya berdua bersama Croinel?""Aku yang merasa bersalah memisahkannya dari Croinel. Bukankah seharusnya Croinel ada di sisinya?" ucapku pada Celzuru."Kak Yu masih saja lebih memikirkan pria itu dibandingkan kak Yu sendiri! Sudahlah, terserah kakak!"Celzuru mengambil salah satu kalung hati dengan batu berlian pink di tegahnya. Iris Pink Diamond itu terus melototi batu permata itu sangat dekat dengan matanya."Tapi bukankah berlian disini dijual jauh lebih murah dari harga yang biasa ku dengar. Yang pastinya harganya yang biasa ku dengar itu sudah pasti membuat orang bungkam saat mendengarnya." Celzuru menoleh padaku, "Ini asli tidak,

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    25th Story: Penginapan

    Beberapa hari kemudian, kami pergi ke suatu desa dan menginap di sebuah vila besar yang memiliki sekitar tiga puluh kamar. Di aula utama vila tersebut, kami semua berkumpul.Ketua dewan siswa mengatakan, "Disini tidak ada kamar pelayan maupun penjaga, berarti tidak ada pelayan maupun penjaga di vila ini. Kegiatan diselenggarakan selama tiga hari dua malam! ... Cobalah bertahan hidup! Jadwal kegiatan sudah ditentukan bersama! Tidak ada pertanyaan lagi!" Pangeran Agnreandel segera menghampiriku yang sedang mengangkat sebuah tas besar. Ia segera menggunakan sihirnya untuk mengangkut semua peralatan kelompok kami. 'Dari akademi, aku membawa beberapa pakaian ganti, beberapa bumbu masak, peralatan masak, alat makan minum, bahan makanan, bahkan selimut, handuk, sabun cuci, sikat gigi, sabun mandi dan peralatan mandi lainnya.''Kelompok ditentukan sendiri dalam pengurusan kebutuhan makan dan kebutuhan lain di luar kegiatan utama. Aku sekelompok dengan pangeran Agnrean

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    26th Story: Pertarungan Dimulai

    Setelah Finne memakan suapan terakhirnya, ia mengatakan, "Terima kasih sudah membiarkan ku ikut bergabung dengan kelompok anda, Lady Viyuranessa! Padahal aku sendiri hanyalah rakyat jelata! Bahkan hidangan yang anda buat sangat enak! Aku bersyukur dengan ini!"Saat aku menoleh ke dirinya, Finne tersentak dan segera menundukkan kepalanya.Setelah meletakkan sendok makan ke mangkuk yang sudah kosong, aku mengatakan pada Finne, "Aku juga berterima kasih atas sayuran-sayuran itu! Sayuran yang kamu bawa sangat segar! Sayuran itu juga yang membuat hidangan ini sangat lezat! Apa kamu menanamnya sendiri?"Finne mengangguk, "Aku berlatih mengendalikan sihir air ku dengan rutin menyirami semua tanaman yang ku tanam!""Cara yang menarik! Aku juga jadi ingin melihat semua tanaman yang kamu tanam!" Finne tersentak saat ia mendengar perkataanku yang tertarik dengan tanaman yang ia tanam. Ia berpikir, 'Lady Viyuranessa tertarik dengan itu!? Apa ia tidak masalah melihat tanaman yang ditanam rakyat j

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    27th Story: Bertanding Dengannya

    Aku mengepangkan rambutku ke samping lalu segera turun dari pohon secepat kilat dan menghampiri Neanraken. Aku meraih ikat kepala dari rambut pirangnya, "Aku ambil ini, tuan Neanraken!" Neanraken tersentak saat aku tiba-tiba berada di belakangnya dan mengambil ikat kepalanya. Saat ia menoleh ke belakang, ia hanya melihat sebuah aliran listrik yang tertinggal.'Aku kalah!' pikirnya.Selanjutnya, aku berlari secepat mungkin hingga aku menemukan seorang lady dengan ikat kepala berwarna hijau. Karena kecepatan kilat ini, saat aku mencuri ikat kepalanya, lady itu tidak menyadarinya hingga ia merasa heran kemana ikat kepalanya hilang.Satu jam kemudian, saat ini aku sudah mendapatkan tujuh ikat kepala yang menggantung di leherku. Banyak dari mereka yang tersentak disaat aku tiba-tiba berada di belakang mereka dan beberapa dari mereka tidak menyadari ikat kepala mereka sudah tidak melekat di rambut mereka. Aku mengumpulkannya dari mereka yang ku temui diperjalanan ku menuju ke tempat ini,

Latest chapter

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    159th Story: Lebih Terbuka

    "Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    158th Story: Menjadi Kejam

    Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    157th Story: Turnamen

    "Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    156th Story: Kelemahan

    "Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    155th Story: Mata-mata

    Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    154th Story: Perdebatan

    "Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    153rd Story: Pelatihan

    Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    152nd Story: Buku Diary

    'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    151st Story: Tidak Ingin Melepaskan Diriku

    Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke

DMCA.com Protection Status