"Apa ada hal yang ku lupa...?""Maaf, Viyuranessa! Lupakan saja yang telah aku ucapkan!" Ia memberikan secangkir teh mawar padaku yang telah disiapkan Derald Felixis sebelumnya.Aku mulai meminum teh mawar itu dan kecemasan pada diriku pun mulai reda. Saat itu suasana menjadi canggung. Tidak lama setelahnya, aku pun mulai tersadar dan kembali normal.Aku bertanya, "... Apa yang terakhir kita bicarakan tadi?" Neanraken pun menghela nafas lega. Lalu, ia kembali melanjutkan pekerjaannya. Lalu, ia mengatakan, "Itu... Apa yang terjadi setelah kamu pergi dari mansion?""Aku melarikan diri, lalu pangeran mengejarku. Aku bersembunyi, tidak lama aku menelusuri hutan dan menemukan sungai. Setelah itu aku segera melepaskan pakaianku dan berendam di sungai. Airnya hangat! Aku berenang disana! Setelah puas, aku kembali ke akademi.""Lalu, saat aku tiba akademi dan ke kamarku...!" Suara ku semakin merendah. Dan wajahku merona saat mengingat malam itu. "Sepertinya... sudah usai ceritanya!"Aku terse
Aku dan adikku pergi ke restoran Roseary saat jam makan malam. Sebelum itu, kami pergi berbelanja. Kami bahkan mampir ke beberapa stand makanan di pinggir jalan. Di sebuah toko perhiasan, aku dan adikku melihat-lihat setiap perhiasan yang dipajangkan. Beragam jenis kalung, gelang, anting-anting, kerabu, bros dan sebagainya."Kak Yu tidak masalah membiarkannya berdua bersama Croinel?""Aku yang merasa bersalah memisahkannya dari Croinel. Bukankah seharusnya Croinel ada di sisinya?" ucapku pada Celzuru."Kak Yu masih saja lebih memikirkan pria itu dibandingkan kak Yu sendiri! Sudahlah, terserah kakak!"Celzuru mengambil salah satu kalung hati dengan batu berlian pink di tegahnya. Iris Pink Diamond itu terus melototi batu permata itu sangat dekat dengan matanya."Tapi bukankah berlian disini dijual jauh lebih murah dari harga yang biasa ku dengar. Yang pastinya harganya yang biasa ku dengar itu sudah pasti membuat orang bungkam saat mendengarnya." Celzuru menoleh padaku, "Ini asli tidak,
Beberapa hari kemudian, kami pergi ke suatu desa dan menginap di sebuah vila besar yang memiliki sekitar tiga puluh kamar. Di aula utama vila tersebut, kami semua berkumpul.Ketua dewan siswa mengatakan, "Disini tidak ada kamar pelayan maupun penjaga, berarti tidak ada pelayan maupun penjaga di vila ini. Kegiatan diselenggarakan selama tiga hari dua malam! ... Cobalah bertahan hidup! Jadwal kegiatan sudah ditentukan bersama! Tidak ada pertanyaan lagi!" Pangeran Agnreandel segera menghampiriku yang sedang mengangkat sebuah tas besar. Ia segera menggunakan sihirnya untuk mengangkut semua peralatan kelompok kami. 'Dari akademi, aku membawa beberapa pakaian ganti, beberapa bumbu masak, peralatan masak, alat makan minum, bahan makanan, bahkan selimut, handuk, sabun cuci, sikat gigi, sabun mandi dan peralatan mandi lainnya.''Kelompok ditentukan sendiri dalam pengurusan kebutuhan makan dan kebutuhan lain di luar kegiatan utama. Aku sekelompok dengan pangeran Agnrean
Setelah Finne memakan suapan terakhirnya, ia mengatakan, "Terima kasih sudah membiarkan ku ikut bergabung dengan kelompok anda, Lady Viyuranessa! Padahal aku sendiri hanyalah rakyat jelata! Bahkan hidangan yang anda buat sangat enak! Aku bersyukur dengan ini!"Saat aku menoleh ke dirinya, Finne tersentak dan segera menundukkan kepalanya.Setelah meletakkan sendok makan ke mangkuk yang sudah kosong, aku mengatakan pada Finne, "Aku juga berterima kasih atas sayuran-sayuran itu! Sayuran yang kamu bawa sangat segar! Sayuran itu juga yang membuat hidangan ini sangat lezat! Apa kamu menanamnya sendiri?"Finne mengangguk, "Aku berlatih mengendalikan sihir air ku dengan rutin menyirami semua tanaman yang ku tanam!""Cara yang menarik! Aku juga jadi ingin melihat semua tanaman yang kamu tanam!" Finne tersentak saat ia mendengar perkataanku yang tertarik dengan tanaman yang ia tanam. Ia berpikir, 'Lady Viyuranessa tertarik dengan itu!? Apa ia tidak masalah melihat tanaman yang ditanam rakyat j
Aku mengepangkan rambutku ke samping lalu segera turun dari pohon secepat kilat dan menghampiri Neanraken. Aku meraih ikat kepala dari rambut pirangnya, "Aku ambil ini, tuan Neanraken!" Neanraken tersentak saat aku tiba-tiba berada di belakangnya dan mengambil ikat kepalanya. Saat ia menoleh ke belakang, ia hanya melihat sebuah aliran listrik yang tertinggal.'Aku kalah!' pikirnya.Selanjutnya, aku berlari secepat mungkin hingga aku menemukan seorang lady dengan ikat kepala berwarna hijau. Karena kecepatan kilat ini, saat aku mencuri ikat kepalanya, lady itu tidak menyadarinya hingga ia merasa heran kemana ikat kepalanya hilang.Satu jam kemudian, saat ini aku sudah mendapatkan tujuh ikat kepala yang menggantung di leherku. Banyak dari mereka yang tersentak disaat aku tiba-tiba berada di belakang mereka dan beberapa dari mereka tidak menyadari ikat kepala mereka sudah tidak melekat di rambut mereka. Aku mengumpulkannya dari mereka yang ku temui diperjalanan ku menuju ke tempat ini,
Saat fajar hampir tiba, aku masih mencoba meraih benda kuning yang melekat dengan rambut hitam pangeran Agnreandel. Di sisi lapang yang kami gunakan untuk bertanding, teman sekelas ku dan Neanraken Oestiarl bersembunyi dibalik semak-semak memperhatikan kami."Lady Viyuranessa... Apa ia baik-baik saja!?" Ucap Finne."Tapi, ia masih bersemangat!" Ucap Alfrelina Yarne. "Ia sangat memukau dan tidak gentar sedikitpun melawan putra mahkota!"Leitte Verk menggesek-gesek dagunya sambil memperhatikan pertandingan itu, "Ouwh! Pertarungan tanpa sihir. Sepertinya... lady Viyura mengerahkan seluruh kemampuan demi melawannya! ... Aku penasaran apa yang membuatnya berkeinginan memenangkannya! Apakah kemungkinan ada taruhan!?"Leitte Verk menoleh ke sosok Neanraken Oestiarl. Neanraken Oestiarl hanya mengangguk.Tubuhku sudah dipenuhi dan dibanjiri oleh keringat karena energi yang sudah terkuras hampir tidak bersisa. Nafasku bahkan sudah ngos-ngosan. Pertandingan ini sangat mempertaruhkan stamina untu
"Kamu..." Pangeran Agnreandel mendorong bahuku dan menyingkirkan bantal yang menutupi tubuhku. Tangannya menumpu di bahuku. Ia menatap tajam sepasang mataku. "... kamu berani memerintah ku?!"Karena dorongannya, aku berbaring. Dari bentuk ekspresi wajahku, aku terlihat heran hingga dahiku semakin mengkerut. "Memerintah apaan sih!? Aku mau berganti pakaian, jangan dilihat! Ini memalukan, bodoh!" Aku menyentuh tubuhnya untuk mendorongnya agar segera menjauhi dariku namun kekuatannya lebih besar dariku. "Apa salahnya menunjukkan tubuhmu itu kepadaku!?""..."'Tubuh ini sudah berumur tiga belas tahun, tentunya aku sudah pubertas! Dan pastinya memalukan dilirik oleh orang sepertimu! Ini memalukan pangeran bodoh!' umpat ku dalam hati.Bukannya malah menyingkir, ia malah terus memperhatikan setiap inci tubuhku. Ia bahkan menyentuh bagian perut ku dan memperhatikannya, "Pinggang mu terlihat lebih ramping jika dilihat langsung!"Tubuhku sentak terkejut merasa rangsangan tiba-tiba itu. Dahiku
"Kalau begitu... Ku rasa Lady Viyura yang menentukannya!" Ucap Leitte Verk dengan penuh percaya diri."Huh!?" Aku tersentak."Aku juga setuju kalau Lady Roseary yang menentukannya!" Ucap Alfrelina Yarne."A, aku juga!" Ucap Finne.Dengan tatapan datar, aku mengatakan, "Bukankah kalian yang menginginkan kemenangan ini!?""Kami hanya menginginkan kemenangan, dan tidak peduli dengan hukuman itu. Pesonaku akan semakin tenar karena rumor kemenangan ini," ucap Derald Felixis sambil unjuk gigi."Aku hanya ingin menang," ucap Leitte Verk.'Ya mereka adalah tipe orang yang menginginkan kemenangan,' pikirku sambil menghela nafas. "Baiklah! Kalau begitu... Hukuman untuk yang kalah itu..."Aku berpikir sejenak dan setelah menentukan hukuman mereka, aku mengatakan, "... Menghibur semua penduduk pada desa itu! Misalnya pertunjukkan bernyanyi, menari, drama monolog, dialog atau apalah itu! Atau unjuk kemampuan kalian seperti pertunjukan sihir! Atau bahkan mempertunjukkan pertarungan sihir! Pokoknya
"Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku
Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m
"Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me
"Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s
Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel
"Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men
Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur
'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak
Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke