Share

Bab 5. Nasihat Tante Ambar

Author: Nuri Art
last update Last Updated: 2022-11-11 14:21:12

“Lantas. Setelah mengetahui perselingkuhan suamimu. Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya, Ras?” tanya Tante Ambar membuatku seketika kelu. Aku merasa bingung dan bimbang harus memutuskan seperti apa. Lanjut, atau berpisah. Namun, jikalau pisah, apa itu hal terbaik untuk kami semua terutama Laras?

“Entahlah, Tan. Saat ini aku sama sekali tidak bisa berpikir jernih. Jujur, sebagai seorang wanita, aku ingin egois dengan meminta Mas Ezran memilih. Jika, dia bersikeras dengan keputusannya menikahi wanita itu. Aku lebih memilih berpisah. Tapi, ini tidak sesederhana itu. Tante kan tahu, seberapa dekat Laras dengan ayahnya. Aku takut, hal ini akan membuat putriku terluka. Bagaimana aku harus menjelaskan kepadanya kalau kami harus berpisah. Aku tidak akan sanggup melihatnya bersedih, Tan. Enggak akan sanggup!”

Tumpah sudah air mata yang sedari tadi kutahan. Bagaimanapun, seorang ibu akan lebih sensitif bila itu mengenai kebahagiaan anak-anaknya. Begitu pun aku. Diri ini tidak boleh hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri dan lebih memprioritaskan Laras putriku.

Tante Ambar merengkuhku dalam pelukannya. Aku yakin, ia pun merasa terluka sama sepertiku. Beliau memang sudah menganggap diri ini seperti putrinya sendiri. Apalagi, setelah meninggalnya Ibu. Dan dengan adanya masalah yang menimpaku, akan membuat dirinya kepikiran.

“Kamu benar, Ras. Ini ujian pernikahanmu dari Allah. Kamu harus kuat. Mengeluhkan kepada-Nya. Curhat sama Allah. Mintalah jalan agar kamu bisa melewati masalah ini dengan lapang dada. Terus, bicarakan semuanya dengan Ezran empat mata secara baik-baik tanpa emosi. Setelah itu, kamu bisa memutuskan untuk tetap bertahan atau memilih berpisah,”

“Perceraian itu hukumnya dilarang dalam Islam, karena itu semua salah satu tipu daya iblis untuk menggoda manusia. Tujuan utama iblis ialah membuat pasangan suami istri bercerai. Sebagaimana kata HR Muslim IV/2167 no 2813 berkata:

“Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatu pun”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku tidak meninggalkannya (untuk digoda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat (setan) seperti engkau,” papar Tante Ambar.

“Meski beberapa kasus memperbolehkan perceraian. Bahkan, menjadi wajib bila pasangan musyrik dan murtad. Namun, apabila istri bersabar terhadap akhlak buruk suaminya, maka kesudahan yang baik baginya,” Lanjutnya kembali, membuatku seakan mendapatkan oase di tengah gersangnya hati.

Aku mengangguk. Teramat bersyukur, ketika mendapatkan masalah seperti ini, masih ada keluarga yang menguatkan dan memberikan wejangannya. Diri ini tidak membayangkan bagaimana para wanita yang sudah tidak memiliki keluarga menghadapi hal sama sepertiku saat ini.

Berjam-jam mengobrol dengan Tante Ambar sedikit membuat hati ini merasa tenang kembali. Mungkin dengan membicarakan semuanya baik-baik bersama Mas Ezran akan membuat masalah kami bisa teratasi. Kekuatanku satu-satunya di sini adalah Laras. Aku harus kuat apa pun kemungkinan kedepannya. Baik atau buruk, aku harus siap menghadapinya.

Terdengar suara salam dari luar rumah Tante Ambar. Rupanya, Laras sudah pulang dari sekolah. Aku memang sudah menghubungi putriku itu agar menyusul ke sini sepulang sekolah, mengingat di rumah tidak ada siapa-siapa. Mbak Siti pasti sudah kembali ke rumahnya karena ini sudah mulai sore. Untuk Mas Ezran, aku sama sekali belum memberitahukan keberadaanku kepadanya. Biarlah, diri ini hanya ingin memiliki waktu untuk menenangkan pikiran saja.

Laras mencium takjub tanganku dan Tante Ambar secara bergantian. Senyum cerah tercetak dari wajah ayunya. Sekelebat pikiran ini membayangkan bagaimana jadinya jika putriku tahu pengkhianatan sang Ayah. Apa ia masih bisa tertawa seperti ini?

Tidak! Takkan kubiarkan Laras menangis walau setetes pun. Mungkin benar, aku harus mempertimbangkan segalanya dengan benar.

“Sudah beres kerja kelompoknya?” tanyaku berusaha sebaik mungkin menyembunyikan kesedihan.

“Iya, Ma.”

Tante Ambar menyambut hangat kedatangan Laras dan memeluk putriku. Sudah agak lama kami memang tidak pernah bertemu. Semenjak kesibukanku bertambah, kami jarang meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumah ini.

Kudengar pula suara mobil masuk ke garasi. Siapa yang datang selain Laras?

Related chapters

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 6. Nasihat Tante Ambar 2

    Suara pria yang khas dan terdengar berat mengucapkan salam. Mendengar suara itu Fiandra yang tengah duduk anteng di pangkuanku langsung turun dan berhambur ke pelukannya. Kulirik jam di pergelangan tanganku, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 05:00 sore. Mungkin saja Mas Ezran pun sudah pulang ke rumah. Namun, sedari tadi ponselku sama sekali tak diaktifkan. Diri ini sedang tidak ingin diganggu siapa pun, termasuk suamiku itu.“Abi. Di cini lagi ada Mama main cama Fian,” celoteh Fiandra, masih terdengar oleh kami.“Mama siapa, Sayang?” tanya seseorang yang bisa kutebak itu Mas Egi. “Mama Fian.” Fiandra kembali menjawab pertanyaan Abinya. Terdengar suara sepatu seseorang menghampiri kami yang berada di ruang tamu.“Bun, siapa yang Fiandra panggil Mama,” tanya Mas Egi sesaat setelah menyapaku serta Laras dan mencium tangan Tante Ambar.“Oh itu. Fiandra dari tadi manggil Rasti dengan sebutan Mama. Mungkin saja kangen Mamanya. Makanya, Gi. Kapan kamu menikah lagi dan mencari ibu bua

    Last Updated : 2022-11-11
  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 7. Hati yang Hampa

    “Kenapa enggak minta izin dulu sama aku kalau mau ke rumah Tante Ambar? Untung saja aku ingat untuk mencari kalian ke sana,” hardik Mas Ezran ketika baru saja masuk ke dalam kamar.Kami baru saja sampai ke rumah. Setelah tadi berpamitan untuk pulang karena Mas Ezran menyusulku ke sana. Aku tidak ingin terjadi keributan di rumah orang. Apalagi, ini masalahku dengan suamiku. Aku tidak ingin ada yang melihat perdebatan kami, terutama Laras.“Ingat kata Tante, Ras. Bicaralah dengan suamimu baik-baik. Carilah solusi untuk kalian berdua. Lebih mendekatkan diri lagi kepada Allah dan berdoalah agar kamu bisa melewati ujian ini dengan ikhlas. Satu lagi, banyak-banyak beristigfar,” sarannya ketika aku berpamitan sebelum pulang di saat kami saling berpelukan. Aku berusaha meredam kegetiran di dalam hati dan jiwa ini. Kata-kata Tante Ambar masih terngiang di benakku. Kali ini, aku harus tenang menghadapi semuanya. Aku hanya melewati tubuh Mas Ezran, lalu mengambil handuk dan berjalan ke arah ka

    Last Updated : 2022-11-11
  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 8. Hati yang Hampa

    Adzan magrib telah berkumandang, segera kubersihkan diri di bawah kucuran air shower yang hangat. Setelah mandi, rasa penat di pikiranku mulai berkurang. Pun sudah terasa tenang, meskipun amarah di dada ini masih belum sepenuhnya reda dan masih berkobar untuk Mas Ezran.Kuambil juga wudu sebelum keluar kamar mandi dan langsung kukenakan baju di ruangan khusus kamar ini. Tempat pakaian serta aksesoris milikku dan Mas Ezran berada. Barulah aku keluar dan meminta Mas Ezran untuk mengambil wudu.“Kamu ambil wudu dulu, Mas. Kita salat berjamaah seperti biasa,” ujarku dengan nada dingin melintasi tubuhnya begitu saja. Lalu, keluar dari kamar dan berjalan ke arah Musala di rumah kami. Kulihat Laras sudah duduk di sana dan tersenyum saat aku datang.Dulu, kebersamaan inilah yang sering membuatku terharu. Merasa telah dilimpahkan keluarga sempurna yang bahagia dan harmonis. Namun, tidak untuk sekarang. Entah mengapa ketika melihat suamiku menjadi imam, tak ada perasaan membuncah seperti bia

    Last Updated : 2022-11-11
  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 9. Pengakuan

    “Semenjak Mas ketemu sama dia di restoran jepang langganan kita tiga bulan yang lalu, itu pertama kali kami makan bersama.”Aku terbelalak, bukankah itu hari di mana aku tak datang makan malam romantis dengan Mas Ezran karena Laras tiba-tiba demam tinggi? Tega-teganya suamiku malah memilih makan dengan Sinta saat putrinya dibawa ke Rumah Sakit. Waktu itu ponsel Mas Ezran katanya mati makanya tidak bisa kuhubungi saat ingin membatalkan janji dan memintanya untuk menyusulku menemani Laras.Tiba-tiba saja terbayang bagaimana Mas Ezran dan Sinta makan dengan bahagia, sedangkan saat itu aku sedang panik menemani Laras. Bahkan, diri ini sampai putus asa untuk menghubungi Mas Ezran.“Tega kamu, Mas ... apa salahku sama kamu? Di mana letak kekuranganku? Tak cukupkah mencintai satu wanita yang setiap waktu selalu ada menemanimu di rumah? Menjadi tempat pulang saat kamu lelah? Bahkan, tetap menemaimu di kondisimu yang hampir terpuruk beberapa tahun yang lalu? Itu aku, Mas. Aku ...,” gumamku de

    Last Updated : 2022-11-11
  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 10. Perang Batin

    Selepas pertengkaran kami malam itu, Mas Ezran terlihat dingin setiap kami berhadapan. Perhatiannya terhadap putri kami pun semakin hari semakin berkurang. Apalagi, suamiku itu tak jarang pulang malam. Entahlah, ke mana saja dia sampai selalu pulang larut. Kutebak dirinya pasti menghabiskan waktu bersama Sinta, kekasih yang baru beberapa bulan ini mengisi hatinya. Tak ingatkah Mas Ezran dengan kebersamaan kami yang sudah belasan tahun?Tak sedikitkah perasaan bersalah mengingat dosa yang telah ia perbuat atas nama pengkhianatan? Kesetiaanku menemaninya sekian lama ternyata tak juga menyadarkan Mas Ezran yang terbelenggu nafsu. Sebesar itukah cintanya untuk Sinta. Sampai, menjadi seorang Ayah yang abai terhadap putri kandungnya sendiri?Jangan ditanya hatiku yang telah remuk redam bagai sebuah gelas kaca yang dilemparkan sampai hancur tak berbentuk. Dalam keremangan malam, setiap hari diri ini selalu tersedu di atas sajadah, bersimpuh memohon Yang Maha Kuasa memberikan jalan keluar y

    Last Updated : 2022-12-26
  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 11. Izin

    “Kenapa Mama tiba-tiba ngomong kek gitu? Oh iya, Ma. Tadi Mama mau jelasin apa sama Laras?” Pertanyaan dari Laras membuyarkan lamunanku, membuat diri ini tersentak saat Laras menepuk tangan ini. Membawaku dari khayalan ke dunia nyata.“Ah enggak, Sayang. Mama hanya pengen ngobrolin masalah ulang tahunmu. Bulan depan kan hari jadi putri kamu. Ayah kemarin usul biar ulang tahun kamu dirayakan. Terus kamu mau kado apa dari kami?” tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan. Terpaksa kubatalkan niat untuk menjelaskan tentang niatku meminta cerai kepada Mas Ezran. Padahal, Mas Ezran sama sekali tak pernah berkata seperti itu, bahkan aku sangsi dirinya mengingat hari bahagia putriku. Yang ada di otak Mas Ezran hanya mengenai selingkuhannya saja.Senyum cerah putriku terbit. Ia langsung menepuk dahinya dan tertawa semangat.“Ya ampun, Ma. Laras lupa kalau bulan depan ulang tahunku. Beneran Ayah minta Laras merayakan ulang tahun dengan meriah, Ma? Laras mau dong ngundang teman-teman sekolah, Lar

    Last Updated : 2022-12-26
  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 12. Awal Rasa Bersemi

    POV Ezran“Mas kamu masih ingat Sinta, kan? Dia sahabatku sejak SD. Bahkan, sudah kuanggap sebagai saudara sendiri. Kemarin kami ketemu lagi lho. Dia udah pulang dari luar negeri. Sekarang, temanku itu buka usaha baru di Jakarta. Makin sukses aja dia,” puji Rasti mengenai sahabatnya itu.Aku teringat dengan seorang wanita cantik dan berpenampilan modis serta bertubuh sintal yang pernah istriku perkenalkan beberapa tahun silam. Katanya, dia sahabat Rasti sejak kecil. Cukup menarik, dengan keindahan fisiknya dan penampilannya yang modis pasti dapat membuat suaminya bangga serta merasa mendapatkan wanita yang sempurna. Apalagi, kata Rasti dia pandai sekali berbisnis dan sudah kaya raya dari kecil. Hampir setiap hari setelah kepulangan Sinta dari luar negeri, Rasti terus saja memuji kelebihan Sinta di depanku. Katanya sahabatnya itu cantik, pintar, piawai berbisnis, punya suami yang bucin yang selalu bersikap romantis setiap saat. Dan yang paling membuatku sedikit penasaran terhadap

    Last Updated : 2022-12-27
  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 13. Awal Rasa Bersemi 2

    Benar saja, ketika wanita itu datang, aku sampai tak bisa berkedip saat melihatnya setelah sekian lama. Ternyata, Sinta semakin hari semakin cantik dari terakhir dulu melihatnya. Aura inner beauty semakin terpancar dari wajahnya yang memesona.“Suami Rasti, ya. Eh ... Mas Ezran, kan?” tanyanya sambil menyodorkan tangan saat kami tak sengaja bertemu di teras rumah ketika Sinta baru saja datang dan hendak mengetuk pintu rumah. Sedangkan aku, baru saja habis bersepeda mengelilingi kompleks rumahku.“Eh ... iya. Pasti kamu Sinta, ya? Aku masih ingat wajah kamu. Makin cantik saja dari terakhir kita ketemu dulu,” pujiku tak sadar. “Ah Mas Ezran bisa aja,” jawabnya dengan pipi yang bersemu merah. Mataku tertegun menyaksikan wajah tersipu malu dari wajah sahabat istriku itu. Ah, kenapa jantung ini jadi bergetar begini. Ingat! Dia istri orang lain. Lagi pula, istrimu tak kalah menarik darinya.Aku berkali-kali mengela napas demi menormalkan detak jantungku yang tak berirama setiap mata ka

    Last Updated : 2022-12-27

Latest chapter

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 82. Kebahagiaan yang Akhirnya Singgah (Tamat)

    7 tahun kemudian.“Sayang. Gimana anak-anak? Sudah ngasih tahu kalau mereka sebentar lagi punya adik?” kecup Mas Egi di puncak kepalaku dengan hangat.“Sudah, Mas. Tapi aku cemas. Aku kan sudah enggak muda lagi. Usiaku saja sudah lebih dari kepala empat. Gimana kalau aku tak bisa melahirkan normal?” ujarku sedikit khawatir. Pasalnya, kehamilanku sekarang sungguh tak biasa.Aku malah kebobolan dan hamil di usia pernikahanku yang menginjak tahun ketujuh. Apalagi, sekarang kami berdua sama-sama sudah tak muda lagi. Aku takut ini malah beresiko untuk janin di dalam kandunganku.Bahkan, Laras sekarang sudah berumur 24 tahun. Apa kata orang, bukannya dapat cucu malah memberikan adik lagi buat putra putri kami.“Tenang saja sih. Kan sekarang zamannya sudah canggih. Alat-alat penunjang kesehatan pun sudah lengkap. Jadi, kamu tak perlu khawatir. Semuanya pasti lancar. Tenang, ya,” ucap Mas Egi menenangkan.Awalnya, Laras memang terkejut dan syok akan mendapatkan adik di usia yang sudah sebesar

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 81. Kewajiban yang Akhirnya Tertunaikan

    Semenjak semalam, memang tak ada yang berubah dari sikap Mas Egi. Dia tetap menjadi suami dan ayah yang hangat untuk anak-anak. Bahkan, karena kebiasaan Fian yang memanggil suami baruku ini dengan sebutan Abi, anak-anak lain mengikutinya. Sampai dengan, kepergian kami ke Singapura pun berjalan dengan lancar. Di sana, aku, Mas Egi serta anak-anak menginap di hotel yang hanya berjarak 15,66 km dari Bandar Udara Internasional Changi Singapura.Aku sengaja menyewa dua kamar, satu untukku dan Mas Egi, lalu kamar lainnya untuk anak-anak dan Kiki. Untunglah, di hotel ini tersedia kamar yang terdapat dua kasur dalam satu ruangan, sehingga cukup untuk tidur anak-anak. Bagaimana tidak, kami berangkat satu keluarga ditemani Kiki juga. Total semuanya sekitar tujuh orang. “Sayang. Kita istirahat dulu, yuk. Mama dan Abi juga sudah lelah,” ajak Kiki kepada anak-anak sesaat setelah kami tiba di hotel. Asisten rumah tangga yang sudah kuanggap keluarga sendiri itu pun seolah mengerti situasiku sekar

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 80. Pasca Menikah

    “Mama. Yeeey akhilnya Fian bisa ketemu Mama. Fian kangen, pengen peluk,” pekik Fiandra dengan aksen cadelnya. Putra semata wayang Mas Egi dan sekarang juga sudah menjadi anakku pun menghambur ke dalam pelukan. Dia melingkarkan tangannya ke leher sambil sesekali mencium pipi, mau tak mau aku juga mencium gemas pipi putra sambungku ini.“Mama cantik banget, kaya peri yang ada di buku,” celetuk Fiandra membuatku tersenyum. “Makasih. Fian juga hari ini ganteng,” jawabku.“Fahri ganteng enggak?” tanya Fahri yang masih memandang ke arahku dan Fian. “Ganteng dong. Fian sama Fadil sama-sama anak Mama yang ganteng. Kalau gitu, peluk dong.”Fadil kembali memelukku bersamaan dengan Fiandra. Aku bersyukur, Mas Egi tak keberatan kalau aku tetap mengasuh Fadil dan Ana serta mengadopsi mereka, menjadikan keduanya bagian dari keluarga kami sekarang. Mas Egi sama sekali tak keberatan, bahkan dia cukup senang kalau keluarga kami akan banyak anak-anak. Menurutnya, Ana dan Fadil, mereka sama-sama anak

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 79. Pernikahan Kedua

    “Bukannya Ezran mau minta rujuk sama kamu?” cetus Mas Egi dengan nada suara yang seperti kesal.Hah? Dari mana Mas Egi tahu niat sebenarnya mantan suamiku tadi datang? Atau ini hanya kebetulan saja?“Dari mana Mas Egi tahu?”Aku terhenyak mendengarkan ucapan dari Mas Egi. Penasaran bagaimana dia bisa tahu maksud Mas Ezran databg ke sini? Padahal, jelas-jelas tak ada dia saat mantan suamiku itu meminta rujuk tadi.“Tebakan saja. Lagi pula, kami ini sama-sama laki-laki, jadi bisa tahu apa yang ada di pikirannya,” ujarnya sambil menyalakan mobil dan fokus ke depan.“Hmmm ... tapi ... aku tak mungkin kembali lagi padanya.” Mas Egi menoleh, alisnya menukik tajam.“Kenapa? Bukannya kamu masih mencintainya? Aku takkan menghalangimu, kamu masih bisa memikirkan segalanya sebelum pernikahan kita terjadi dan semuanya terlambat,” ketusnya.“Maksud Mas Egi ini apa? Aku memang sudah memaafkannya, tetapi untuk kembali kepada Mas Ezran itu mustahil. Aku sama sekali sudah tak merasakan apa pun untuk

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 78. Permintaan Rujuk

    “Diminum dulu, Mas, tehnya,” ucapku demi mengurai ketegangan yang ada.Mas Ezran mengangguk, kemudian meneguk teh hangat yang dihidangkan Kiki tadi. Menyesap kemudian meminumnya beberapa tegukan.“Jadi, berita rencana pernikahan kalian yang kudengar beberapa hari yang lalu di kantor polisi itu benar? Maaf, aku tak sengaja mendengar obrolan bawahan Mas Egi di sana saat menanyakan kasus Sinta.”“Iya, Mas. Aku dan Mas Egi memang memutuskan untuk menikah. Kami berdua sudah mendaftarkan surat-surat izin sebagai persyaratan. Hari ini, Mas Egi dan aku akan menghadiri sidang BP4R untuk mendapatkan pemberian izin nikah dari atasan Mas Egi,” jelasku.“Apa kamu yakin untuk menikah dengannya?” tanya Mas Ezran tiba-tiba. Membuatku sontak memandang heran.“Maksud Mas Ezran apa?” “Apa tak ada kesempatan kita ... untuk kembali lagi, Ras?” Akhirnya, aku tahu maksud pertanyaan Mas Ezran. Dia ingin memintaku untuk rujuk dan kembali berumah tangga kembali dengannya.Jujur, setelah semua yang telah terj

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 77. Kedatangan Ezran

    “Nyonya. Ada Pak Ezran datang,” panggil Kiki ketika aku tengah merias diri karena habis mandi.“Suruh masuk, Ki. Sebentar lagi aku ke sana. Oh iya, Bi. Laras masih belum berangkat, kan?”“Belum nyonya. Non Laras masih nunggu temannya di teras,” jelas Kiki. Pasalnya, putriku itu akan pergi bersama Alisa untuk kerja kelompok. Untuk Mas Ezran, aku tak tahu ada perlu apa dia datang ke rumah ini hendak menemuiku. Mungkin saja, ada kepentingan tentang Laras yang mendesak sehingga harus mengobrol denganku. Biasanya, mantan suamiku itu hanya mampir ke rumah untuk menemui Laras saja. Itu pun tak lama, mampir sebentar lalu Mas Ezran dan putriku akan pergi keluar bersama-sama. Mungkin saja menghabiskan waktu berdua yang jarang dilakukan karena kesibukan mantan suamiku itu.Tak seperti biasanya, seminggu bisa meluangkan waktu dua kali untuk bertemu dengan Laras, sekarang dia hanya datang dua minggu sekali. Lalu, sekarang Mas Ezran berniat menemuiku? Sebenarnya ada apa?“Ya sudah, Ki. Sebentar

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 76. Dukungan Laras

    Aku dan Mas Egi yang tengah sibuk dengan pikiran masing-masing tersentak mendengar panggilan dari Dokter yang baru saja keluar ruangan operasi. Mas Egi langsung berdiri dan menghampiri serta mencecar Dokter tersebut, menanyakan keadaan Tante Ambar sekarang. “Tenang Pak Egi. Tenangkan diri dulu,” ujar dokter tersebut dengan raut wajah lelah dan sendu. Pria yang usianya seperti tak jauh denganku itu menghela napas panjang. Tiba-tiba saja firasatku tak enak. “Ibu Ambar mengalami luka robek yang cukup parah dan telah mengeluarkan darah dengan banyak, beliau telah berusaha berjuang untuk sembuh. Kami pun pihak medis rumah sakit ini telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan beliau, tetapi Tuhan berkehendak lain. Bu Ambar tak bisa bertahan lagi dan mengembuskan napas terakhirnya sesaat setelah operasi berjalan dengan lancar,” papar Dokter tersebut .Dunia seketika mendung. Mas Egi langsung berlari dan Masuk ke dalam ruangan operasi. Aku kembali terduduk dengan lemas di kursi. I

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 75. Permintaan Tante Ambar

    “Rasti, Tante sudah menganggapmu putri kandung sendiri,” ucapnya dan langsung terjeda karena Tante Ambar terlihat meringis kesakitan.Aku dan Mas Egi bahkan meminta dokter kembali menanganinya, tetapi segera dihentikan oleh Tante Ambar. Beliau tetap kekeh memintaku untuk mendengarkan ucapannya.“Tante takut ini ucapan Tante yang terakhir buat kamu,” bisiknya dengan suara yang semakin lemah.“Bisakah Tante meminta satu hal terakhir kepadamu, Ras?”Aku tak kuasa menahan pilu melihat keadaan wanita yang sudah kuanggap pengganti orang tuaku ini, dengan air mata yang semakin merebak, aku mengangguk dan siap mendengarkan apa yang hendak Tante Ambar ucapkan. “Tante ingin kamu menjaga Fiandra. Satu lagi, Ras. Bisakah kamu menerima cinta Egi dan menikah dengannya? Dengan begitu, kamu bisa dengan leluasa menjaga Fiandra, begitu pun Laras tak perlu lagi menerima orang baru sebagai Papa sambungnya. Dia juga sudah setuju kalau kamu menikah lagi, apalagi dengan Egi. Laras sangat senang dan setuju

  • Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh   Bab 74. Kabar Tante Ambar

    Aku terduduk dengan lemas sambil memangku Fiandra. Begitu pun Mas Egi. Kami berdua tak bisa berkata-kata melihat keadaan Tante Ambar.“Mas. Apa Tante Ambar akan baik-baik saja?” tanyaku kepada Mas Egi yang saat ini tengah menutup wajah dengan telapak tangannya. Terlihat sekali kekalutan di wajah pria itu.“Semoga saja, Ras,” gumamnya lirih.Hening, kami berdua hanya diam setelahnya sambil menimbang-nimbang pertanyaan yang harus kusampaikan kepada Mas Egi.“Mas ....”Sepupuku itu bergumam dan mengangkat wajahnya memandangku. “Apa yang Tante Ambar katakan benar?”Mas Egi mengangguk, dia tersenyum masam. “Iya. Tapi ... lupakan saja, Ras. Aku tak mungkin memaksamu untuk menerimaku, bukan? Mama memang yang mengatakan perasaanku sebenarnya kepadamu. Tapi ... aku paham jika kamu memang belum siap menerima pria lain untuk menjadi suami. Tenang saja, aku akan berusaha untuk mengubur perasaan ini.” Ucapan Mas Egi terdengar menyakitkan. Benarkah dia sungguh memiliki perasaan padaku? Bukankah

DMCA.com Protection Status