Bab 79. Perintah Alina Tundukkan Deva Malam Ini“Itu urusanku! Kau dulu berjanji apa padaku, ha? Apa janjimu saat aku menyerahkan Alisya padamu!” cecar Raja tetap menahan pintu mobil buat Deva.“Apa? Kau bilang apa barusan? Kau bertanya apa janjiku padamu saat kau menyerahkan Alisya padaku?” tanya Deva menyipitkan mata, mengulang kalimat adiknya. “Kapan kau menyerahkan Alisya padaku? Memangnya kau siapanya Alisya?” sambung Deva seraya mendorong bahu Raja dengan kasar.“Kau lupa, Mas, kalau kita berdua sama sama mencintai Alisya! Tapi aku mengalah padamu dengan catatan kau akan membahagiakan dia! Tapi nyatanya apa? Apa yang sudha keau perbuat dengan Alisya, ha?”“Tak tau malu! Kau yang lupa Raja! Kau lupa kalau Alisya tak pernah mencintaimu! Alisya yang memilihku, bukan kau yang menyerahkannya padaku! Pikir pakai otakmu! Awas!” sentak Deva mendorong tubuh Raja dengan lebih kencang. Pria itu lalu masuk ke dalam mobil, lalu melajukan dengan kencang. Raja menatapnya dengan nanar.“Om
Bab 80. Sonya Di Kamar Deva“Capek, banget. Tapi aku harus ke rumah Mas Deva,” gerutu Sonya memiringkan tubuhnya menghadap Alex. “Hemmm, demi saham perusahaan itu, Sayang! Kamu turuti perintah tantemu itu, ya!” hibur Alex juga membalikan badan, kini mereka berbaring miring sambil berhadapan. Kepala Sonya ada di lengan Alex.“Tapi aku capek banget. Tulang-tulangku serasa lepas semua. Kamu, sih, aku udah bilang jangan!” rajuk Sonya seraya menyusupkan kepalanya di dada pria itu.“Maaf, kamu sangat menggiurkan, Sonya. Aku bisa uring-uringan tak karuan kalau tak menuntaskannya dulu. Sudah, kamu mandi, biar tenaganya kembali, ya” bujuk Alex seraya membelai punggung wanitanya.“Gendong!” sergah Sonya dengan nada manja.“Hem, tapi di kamar mandi minta lagi, ya!”“Iiih, enggak mau!”Wanita itu langsung bangkit, dan berjalan dengan langkah oleng menuju kamar mandi. Alex tersenyum penuh kepuasan. Akhirnya, Sonya kembali bisa dia tundukkan. Dengan servis yang dia lakukan kali ini, pria itu yak
Bab 81. Sonya Diusir di Tengah Malam ButaSonya membaringkan tubuh di atas kasur empuk, persis di sebelah Deva. Pelan, pelan sekali. Berusaha jangan sampai Deva terjaga. Wanita itu sengaja berbaring miring agar bisa menatap punggung Deva dengan leluasa. Punggung kekar yang berbalut piyama berwarna abu-abu itu terlihat bergerak naik turun, seirama dengan dengkuran halusnya.Sonya mengangkat tangannya dengan hati-hati, lalu meletakkannya di pinggang Deva. Memeluk pria itu perlahan dari belakang. Persis seperti dulu, saat dia masih sah menjadi istri Deva. Benar hampir setiap malam Deva tidur membelakangi dirinya. Namun, bila Sonya sudah memeluk dari belakang seperti ini, Deva akan paham kalau itu adalah isyarat. Deva akan segera berbalik dan memenuhi keinginan Sonya. Meski tak cinta, Deva memenuhi kewajiban, memberi nafkah batin yang dituntut oleh Wanita itu.Malam ini, Sonya melakukan hal yang sama, apakah Deva akan paham meskipun saat ini mereka bukan suami istri lagi? Semoga Deva
Bab 82. Menalak Lalu SekaratAlisya langsung mengecilkan volume suara ponsel, saat terdengar teriakan Deva di dalam rekaman yang dikirim oleh Ayu. Kedua kelopak mata wanita itu menyipit, hanya untuk memastikan. Deva benar-benar menyeret Sonya keluar dari kamar, bahkan dengan begitu kasar mencampakkan mantan istri pertamanya ke teras.Adegan yang cukup menegangkan. Namun, hati Alisya tak bergetar. Sedikitpun dia tak terkejut, apalagi terenyuh. Tak ada rasa kagum dan bangga pada sang suami. Baginya sikap Deva adalah hal yang sangat biasa. Dia bisa pastikan apa sebenarnya penyebab Sonya diusir seperti itu. Pasti si wanita murahan sempat berusaha merayu. Deva menolak dan mengusirnya. Haruskah Alisya bangga akan kesetiaan suaminya? Haruskah hatinya mencair lalu kembali ke rumah itu, memohon maaf dan ampun agar dirinya kembali diterima?Tidak! Hati Alisya sudah terlanjur sangat sakit. Dia percaya bahwa Deva sangat mencintainya. Alisya tak ragu akan hal itu. Namun, buat apa rasa cinta j
Bab 83. Peluang Kerja Buat AlisyaSonya memaksa kedua netranya untuk terpejam, tetapi kantuk enggan untuk datang. Lelah di seluruh tubuh butuh istirahat, lelah pikiran dan benak butuh ketenangan. Namun, tak juga bisa dia dapatkan.Pikiran berkecamuk, sakit hati, kecewa, malu, dan berbagai perasaan tak enak lainnya mengaduk. Gundah gulana membuat jiwanya semakin lelah, ciptakan dendam yang semakin membuncah.“Bantu aku melupakan semua masalah ini sesaat! Aku mau tidur sebentar saja! Aku lelah! Aku capek!” lirihnya menelungkupkan badan. Menyembunyikan wajah di atas guling. Seketika benda itu basah akan air mata. Sonya menangis sesegukan di sana.Tangis itu terhenti saat ponselnya berdering panjang. Sonya tersentak. Siapa yang menelpon malam-malam begini? Mas Devakah? Apakah dia menyesal akan perbuatannya lalu ingin meminta maaf? Tidak akan langsung kumaafkan, Mas! Aku akan pura-pura jual mahal dulu. Agar kau tambah menyesal! Batinnya berbicara.Sonya menyeka pipi yang basah, hati
Bab 84. Rencana Para Suami Sahabat Alisya“Serius Bu Alisya sedang pisah ranjang dengan Pak Deva?” tanya Dr. Robert tak percaya. Berita itu disampaikan oleh sahabat sekaligus rekan kerjanya. Dr. Ilham.“Ya, makanya dia sedang sibuk mencari pekerjaan. Gimana perusahaan Dokter, masih butuh tenaga enggak?” Dr. Ilham balik bertanya.“Jangan sebut itu perusahaan. Itu hanya usaha kecil. Omzetnya juga baru sedikit. Lagian aku sepertinya tidak sanggup meneruskannya. Bukan bidangku ternyata, hahaha ….” Dr. Robert tergelak, seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.“Lah, iya. Seorang dokter mau jadi bisnisman, ya, beda! Lari jalurnya!” Dr. Ilham ikut terkekeh.“Sebenarnya itu dulu idenya Tiara. Pengen menerapkan ilmu yang telah dia peroleh di bangku kuliah dulu. Begitu katanya. Awalnya semangat. Eh, setelah hamil mulai kendur. Dan sekarang, sejak punya bayi, dia malah lupa kalau punya pabrik. Alhasil aku yang pegang. Amsyong, kan? Yang biasa megang jarum suntik di suruh mengang begituan
Bab 85. Talak Satu Dari Deva“Kenapa Mas Fajar masih tetap mengharapkan Kak Alisya, padahal Mas masih saja menggila dengan perempuan-perempuan murahan itu semua!” ketus Intan kecewa. “Jangan ikut campur, Intaaaan!” sergah Fajar menahan geram. Bukan urusan kamu, siniin hapeku!” sergah Fajar melotot. Intan terpaksa diam. Merogoh tas sandangnya, mengeluarkan sebuah ponsel, lalu menyerahkannya kepada Fajar.“Kenapa kamu mengizinkan Alisya membawa Rena? Punya adik kok enggak bisa diandalin!” sungut Deva lagi.“Kak Alisya sudah diusir oleh Mas Deva, Mas! Rena juga mau ikut sama Kak Alisya, karena mereka enggak tinggal di rumah Mas Deva lagi,” sergah Intan menahan kesal.“Sok tahu kamu!”Fajar menyalakan ponselnya, memanggil nomor Rena. Telepon aktif, tetapi tak diangkat.“Alisya enggak mau menerima panggilanku! Ponsel Rena pasti sama dia sekarang, kan?” gerutunya penuh kecewa “Sekarang kau telpon Alisya, minta alamat mereka!” perintahnya menoleh kepada Intan.“Buat apa, Mas?”“Aku cum
Bab 86. Deva Gundah Gulana“Tunggu surat ceraimu, akan segera kuurus!” Suara Deva menggelegar, jari tengahnya menunjuk lurus ke arah Alisya. “Tak akan ada sidang! Tak usah kau tunggu panggilan! Pengacaraku akan selesaikan semua dengan cepat! Jangan pernah kau bicara apalagi posting-posting di media sosial! Kau tau, kan aku siapa? Keluarga Wibawa adalah orang terpandang. Jangan sampai kau sebar gossip murahan! Paham!”“Maaf, Mas Deva, tolong jangan terlalu kasar! Alisya juga bukan perempuan rendah!” sergah Rika tak sabar mendengar hinaan Deva kepada sahabatnya.“Diam! Jangan ikut campur!” Deva langsung melotot tajam ke arahnya. Rika mengeditkan bahu lalu mendesah kasar. Dr. Ilham masih bergeming.Alisya gemetar. Berbagai perasaan mengaduk di dalam benak. Kaget karena talak dari Deva begitu tiba-tiba. Lega karena akhirnya Deva melepasnya, dan sakit di hati bagai diris-iris karena kalimat kasarnya. Itu membuat dadanya sesak. Namun, dia segera menguatkan hati dan jiwa. Tak akan pernah l