Bab 65. Perintah Sonya Kepada Alex“Eh, Bapak enggak usah ikut campur kalau enggak ngerti masalahnya!” Mawar mendelik kepada Ardho.“Justru karena kita belum tau masalahnyalah, maka kita harus bicarakan, Bu Mawar! Saya kenal siapa Alisya. Dia bukan perempuan liar, barbar, dan entah apalagi yang kalian tuduhkan tadi!” sergah Ardho membela Alisya.Deva makin merasa tak nyaman.“Sayang, coba ceritakan apa sebenarnya yang terjadi?” tanyanya menatap Alisya.“Udah aku jelasin, kan. Dia mau membunuhku! Dia marah dan menuduh mamaku merebut jabatannya! Mas Deva. Dia menerjang perutku, aku terjermbab jatuh ke sudut meja ini. Kepalaku kan pusing, kaget juga iya karena diserang tiba-tiba, nah dia datang lagi, dia hantukkan kepalaku ke sudut meja ini, aku berdarah, huhuhuhu ...!” Sonya yang langsung menjawab diiringi tangis yang kian tergugu.Alisya tersenyum miring. Betapa pintar Sonya mengarang cerita.“Ini tidak bisa ditolerir, aku telpon polisi sekarang,” Mawar mengeluarkan ponsel miliknya s
Bab 66. Status Facebook Istri Adik Ipar“Lex, aku kirim foto Alisya, selesaikan dia! Aku sudah tak sabar!” sahut Sonya dingin dan datar.“Oho … akhirnya. Sudah lama aku menunggu perintah ini, Sayang! Rasanya aku tak sabar lagi menunggu kau resmi menjadi Nyonya Direktur Utama Perusahaan terkenal itu, hahahaha ….”“Kalau memang kau tak sabar, selesaikan dia! Buat seperti kecelakaan yang sangat wajar. Aku tak mau kau meninggalkan jejak, paham?”“Manis sekali. Jadi kau ingin dia benar-benar berakhir?”“Ya. Mas Deva semakin menggilainya. Kecil kemungkinan dia mau menceraikannya.”“Begitu? Aku jadi penasaran, seperti apa sosok Alisya itu.”“Aku akan kirim fotonya, tapi buat apa kamu penasaran?”“Pasti dia punya keistimewaan, Sayang. Kenapa kamu kalah di mata Deva, ayo? Itu yang ingin kugali.”“Enggak usah! Aku mau kau habisi dia! Paham ..!!”“Ops, kamu cemburu? Menarik sekali. Makin penasaran, aku.”“Alex …!”“Iya, Sayang, iya! Hahaha …. Aku hanya bercanda. Kirim fotonya, ya! Aku akan s
Bab 67. Alisya Diculik “Hallo, Aisyah? Maaf, aku enggak menggangu, kan?” sapa Alisya ramah.“Wah, Mbak Alisya tanggap juga, ya, sibuk banget langsung nelpon-nelpon? Maaf, Mbak, aku sedang sangat sibuk! Lain kali aja ya, ngobrolnya!” Terdengar sahutan dari ujung telpon. Itu suara Aisyah.“Maaf, Ai? Enggak akan lama. Kamu apa kabar, Dek?” tanya Alisya berusaha tetap wajar meski kalimat Aisyah terdengar ketus.“Aku baik. Kenapa? Atau, sebenarnya Mbak mau tau kabar mas Raja? Kenapa enggak langsung nelpon dia saja?”“Ya, bagaimana kabar kalian berdua? Sehat, kan? Mbak lihat di status Fb kamu, kalian makin keren aja, Mbak ikut senang.”“Makasih, kayaknya kami akan semakin bahagia, jika tak ada orang ketiga. Mbak setuju, kan?”“Setuju banget, makanya Mbak ngasih love tadi, hehehe ….”“Pantes.”“Kok, pantes?”“Ternyata dugaanku benar. Mbak Alisya itu enggak pelit memberikan cintanya kepada siapa saja. Enggak peduli meskipun itu suami orang!”“Maksud kamu, apa?” Alisya terperanjat kaget
Bab 68. Dilema (Antara Cemburu dan Hati Burani)“Mbak! Mbak Alisya! Mbak! Hallo! Hallo … Mbak! Ada apa, Mbak!” Aisyah kebingungan, telepon Alisya masih aktif, tetapi tak ada lagi sahutan.“Hallo … hallo … Mbak Alisya! Ada apa?” teriaknya lagi mulai panik. Terakhir yang dia dengar adalah suara Alisya minta tolong. Minta tolong kenapa?“Hallo, ini siapa? Bu Alisya ke mana? Kok, enggak di dalam mobil?” terdengar suara seorang laki-laki paruh baya.“Hallo, saya Aisyah, adik iparnya Mbak Alisya. Mbak Alisyanya ke mana? Terakhir dia minta tolong saya dengar. Bapak siapa? Bapak yang jahatin kakak saya, ya? Ke mana Kakak saya?” teriak Aisyah.“Sa-saya Dadang. Saya supir keluarga Pak Deva Wibawa. Lho, Bu Alisya ke mana? Ya, Tuhan … apa yang terjadi? Tadi saya tinggal beliau di dalam mobil, saya masuk ke dalam pos jaga satpam di depan sekolahan. Saat saya tinggal Bu Alisya sedang main hape.”“Iya, dia nelpon saya. Kami sedang ngobrol, tiba-tiba saya dengar Mbal Alisya bilang ‘Mau apa kalian!
Bab 69. Luka Batin Seorang Istri Yang Tak Dicinta“Aku udah coba telpon Mas Deva, tapi enggak diangkat. Aku telpon Mama juga udah. Tapi langsung terputus. Sepertinya signal jelek. Aku mau bilang ke mereka kalau Mbak Alisya hilang!” Aisyah berkata dengan hati-hati. Wanita itu khawatir Raja akan panik.“Apa! Hilang? Maksud kamu, tolong yang jelas ngomongnya, Ai! Jangan buat aku bingung! Hilang gimana maksudnya?” cecar Raja terdengar begitu panik. Apa yang Aisyah khawatirkan terjadi juga.“Saat tadi kami lagi ngobrol, Mbak Alisya tiba-tiba teriak ‘Mau apa kalian! Lepaskan! Lepas! Tolong! To ….’ Seperti itu, Mas!” tutur Aisyah tetap tenang. Meski api cemburu makin nyalang membakar.“Astaga! Ada yang menculik Alisya! Sudah kau telpon Mas Deva atau Mama tapi enggak diangkat, gitu?”“Mas Deva yang enggak ngangkat, Mama ngangkat, tapi putus lagi, sepertinya signal jelek!”“Ok, aku ke Medan, ya, Sayang! Aku langsung ke Bandara. Transit ke Jakarta duu pun enggak apa-apa. Yang penting a
Bab 70. Alisya Di Sarang Penyamun“Bu Alisya? Ada apa dengan Bu Alisya?” tanya Sonya pura-pura belum tahu.“Bu Alisya tiba-tiba manghilang dari dalam mobil, ponselnya tertinggal di atas jok masih dalam keadaan menyala dan tersambung dengan Bu Aisyah. Tolong, Mbak! Beritahu di mana Pak Deva?” urai anggota Deva makin tak tenang.“Pak Dirut sedang ada tamu. Tolong jangan diganggu! Bu Alisya tak mungkin ke mana-mana!” sergah Sonya tegas.“Di mana Pak Deva bersama tamunya! Katakan di restoran mana? Atau di café mana! Tolong cepat beritahu, Mbak! Ini darurat! Tapi, kalau Pak Deva keluar dari kantor ini, tak mungkin kamu tak tahu. Kami selalu siaga di bawah. Beliau pasti masih berada di dalam kantor ini. Tolong katakan di ruangan mana!” cecar pria itu lagi.“Kami enggak tau! Yang jelas dia enggak ada di dalam ruangannya! Kalau enggak percaya liat aja sendiri!” ketus Sonya menunjuk pintu ruangan Deva yang tertutup rapat.“Baik, kami akan obrak-abrik seluruh ruangan di kantor ini!” Kedua pr
Bab 71. Pria Yang Berjuang Menyelamatkan AlisyaFlass BackPOV FajarFajar tengah termenung di dalam mobil milik majikannya, di areal parkir gedung perkantoran di mana kantor Deva berada. Bayangan wajah Alisya kembali memenuhi pikiran. Wajah cantik, lembut, dan begitu elegan. Makin ditatap makin sulit dilupakan.Seolah-olah ada magnet di sana. Siapapun yang menatap tak pernah bisa lagi berpaling. Mata yang teduh itu bak sebuah telaga. Betapa Fajar ingin tenggelam saja di dalamnya. Kulit Alisya yang eksotis, membuat pikiran melayang ke mana-mana. Ada yang berdesir di dalam dada, bisikkan ingin yang menggelora.Tubuh Fajar bergetar, aliran darah tiba-tiba tak normal. Detak jantung bertalu, menghentak tak karuan. Itu membuatnya semakin tak tenang. Angan semakin liar, hati tak mampu lagi mencegah. Pikiran tak mampu lagi dikontrol.Ada bagian tubuhnya yang tiba-tiba menegang.“Alisya, aku menginginkanmu! Aku ingin sekali, Sayang! Aku ingin kita melebur menjadi satu!”Pria itu memejamkan m
Bab 72. Benda Dingin dan Tajam Menempel di Dada Alisya“Alisya!” gumam Fajar langsung berlari ke dalam mobilnya, segera tancap gas mengejar mobil Van di depannya.Tangan kirinya meraih ponsel di dalam saku celana. Semetara tangan kanan mengendalikan stir mobil. Ponselnya sudah menyala, dia harus menelpon Deva. Meminta suami sah Alisya itu untuk mengirimkan bantuan dengan segera. Saat telunjuknya hendak menekan symbol telepon, niat itu urung seketika. Pikirannya bercabang dua. Buat apa dia melapor dan meminta bantuan Deva? Begitu anak buahnya datang, maka tak akan ada lagi kesempatan baginya untuk bersama Alisya.Bukankah ini kesempatan langka? Dia bisa meraih simpati Alisya lagi dengan cara ini. Dia juga punya kesempatan untuk berdekatan dengan wanita itu setelah dia menyelamatkannya nanti. Fajar menguatkan tekat. Dia harus bisa menyelamatkan Alisya, sendirian.Pria itu lalu mencari nomor Intan.“Tan, aku gak bisa jemput Rena, tolong kamu saja yang jemput, ya!” titahnya pada s