Nyeseknya Fathan kerasa ke kalian nggak? Qey nulisnya ikutan nyesek sebenernya. Kira2 waktu Papa Mama cerai belasan tahun lalu, rasanya juga sedespresi Fathan. Nggak bisa dilukiskan pake kata-kata. Cuman bisa nangis sambil ngomong Ya Allah berkali2. But, itu sudah berlalu dan semuanya berjalan dengan baik sekarang. Qey akak pastiin Fathan kita juga akan move on dengan keluarga barunya.
[Resmi Bercerai, Aktris Sesilia Memutuskan Meninggalkan Indonesia untuk Berkarir di Amerika][Sesilia Gunawan Menyatakan Mundur dari Dunia Peran Tanah Air][Akan Menetap di Amerika, Sesilia Menyerahkan Hak Asuh Kedua Putranya kepada Mantan Suami dan Madunya][Melalui Manajer dan Kuasa Hukumnya, Sesilia Memohon untuk Dukungan dari Para Penggemarnya]“Mommy!!”Keyla melambaikan tangan, menanggapi seruan Nakula yang memanggil dirinya. Ditengah aktivitasnya, Keyla diam-diam mencuri waktu, memantau situasi terkini pada kanal berita online, mencari tahu perkembangan dari perceraian Fathan dan Sesilia yang belum juga dikirimkan oleh pria itu kepada dirinya dan keluarga.“Cepet banget. Kita keluarganya aja belom tau kalau udah ketok palu.” Gumam Keyla, terperangah.Dari berita-berita yang diunggah, pihak Sesilia tampaknya sedang mengamankan posisi. Dari unggahan itu, Keyla tak menemukan satupun artikel tentang alasan mengapa perceraian keduanya bisa terjadi. Sepertinya, pihak Sesilia sengaja m
Bercerai dari orang yang dicintai itu efeknya dahsyat sekali ya. Keyla sungguh tak menyangka jika karena perceraiannya, Fathan yang selama ini selalu terlihat menawan di mata para kaum hawa, kecuali Keyla tentunya, bisa berubah 180 derajat, bahkan sampai menyerupai tuna wisma yang tak terkena air seribu abad lamanya.Oh, Dewa! Padahal pria itu tampak siap dengan perceraiannya. Namun siapa yang akan menyangka jika kesiapan yang Fathan pertontonkan, nyatanya hanyalah kamuflase untuk menipu diri sendiri dan orang lain di sekitarnya.Mengenaskan!Berapa lama tepatnya pria itu menangis sembari mengacak-ngacak rambut hitamnya? Penampilan tak segar dengan mata membengkak yang membuat kelopaknya menyipit itu adalah pertanda bahwasannya Fathan benar-benar tak siap dalam menghadapi perceraiannya.“Abis mulung dimana, Mas?” Alih-alih bertanya, ‘are you okay?’ Keyla justru menyambut kepulangan Fathan dengan sarkasme yang mewakili penampilan ayah dua anak itu.Hanya dengan melihat penampilan Fath
Keyla melipat kedua lengan di dada. Ditengah ramainya aktivitas bandara, wanita yang memisahkan diri dari Fathan dan kedua anak tirinya itu mengembuskan napas.‘Sebenernya lo lagi ngapain sih, Mas?’ Monolog Keyla, lengkap dengan ekspresi jengah yang tak dapat ia sembunyikan.Sungguh, jika ada penyelenggaraan lomba pemilihan pria paling bodoh sedunia, meski tak mengikutinya, para malaikat pasti tak akan segan untuk menggerakkan hati juri agar memenangkan Fathan. Bodoh! Pria itu bahkan masih menangis diam-diam saat kedua anaknya terlelap, tapi anehnya, ketika Sesilia meminta dirinya datang untuk mengantarkan kepergiannya, Fathan menyanggupinya seolah perceraian kemarin tak berdampak apapun padanya. “Ck!”Menyaksikan suami dan anak-anaknya dieksploitasi, Keyla membuang muka, menghindar dari sajian yang dapat menggerakkan anggota tubuhnya, yang siap sedia untuk menerjang Sesilia.Demi Tuhan, mereka hanya dijadikan konten. Konten untuk semakin mengharumkan nama Sesilia yang sejatinya seb
Fathan menyerngit tatkala melihat tampang kecut bertahan awet pada wajah istri ke dua-nya. “Kenapa sih, Key? Perasaan dari tadi manyun mulu bibirnya.” Keyla memutar kepala. Satu detik. Setelah itu ia kembali membuang wajah, kernyitan pada kening Fathan kian mendalam. “Habis ngapain sih kamu sama temen-temen kamu itu? Aneh deh. Nggak ada angin, nggak ada ujan kok saya diketusin gini.” “Mereka bukan temen aku ya!” Nyalak Keyla. Kembali kepalanya berputar untuk bersitatap dengan Fathan. “Daddy, Mami.. Don't fight please.” Di kursi penumpang, Nakula yang takut melihat pertengkaran kedua orang tuanya, bersuara. Mata anak itu berkaca-kaca seolah sebentar lagi ia akan menumpahkan tangisnya jika Keyla dan Fathan terus bersitegang.“Mami sama Daddy nggak berantem kok. Suwer.” Ucap Keyla, kini menatap si kecil yang duduk tepat disamping sulung Fathan. “Beneran? Tapi kok Mami ngomongnya bentak-bentak Daddy?” Pertanyaan cerdas Nakula tak ayal menerbitkan ringisan. ‘Dimakanin apa sih sama
“Guys, kalian ke rumah Mami dulu ya. Mami sama Daddy mau ngobrol bentar.”“Nggak berantem kan?” “Nggak.” Balas Keyla, menjawab pertanyaan Nakula. “Janji ya, Mami?”Nakula mengulurkan jari kelingkingnya dan Keyla menyambutnya sekalipun ia akan mengingkari janji jari kelingking mereka.Sudah jelas kan?! Ya kali mereka tidak ribut. Mana bisa sih perang dunia tidak pecah ketika Fathan kembali menyalahi aturan yang telah mereka sepakati di awal pernikahan. Memangnya Keyla sebaik hati itu ya? Jawabannya sih enggak dong. “Yon, jagain adeknya ya.” Pinta Keyla. Si sulung pasti mengerti maksudnya. Anak itu hanya perlu memastikan jika adiknya tidak berlari keluar dan mengganggu war keduanya.“Siap, Mi.”“Wait. Daddy bantuin turunnya.” Ujar Fathan lalu secepat kilat membuka pintu mobilnya. Dari dalam kabin Keyla memperhatikan aksi Fathan. Pria itu memang ayah yang baik untuk anak-anaknya. Sayang saja dunia tidak memihaknya dalam urusan percintaan. ‘Lah?! Kan gue juga!’ Pekik Keyla, membatin.
“Eng, aku pikir-pikir dulu deh. Nggak harus sekarang juga kan ngasih jawabannya?” Fathan pun tersentak. Ternyata jalannya masih panjang. Kecewa? Sudah pasti. Namun Fathan yakin benar Keyla akan memikirkan seluruh kata-katanya karena itu menyangkut kesejahteraan orang tuanya.“Iya, Key. Kamu pikirin baik-baik ya. Mas berharap kamu bisa ngertiin Mas yang nggak pengen ngerepotin ayah kamu.”“Oke, Oke. Udah kan? Capek banget aku, Mas. Pengen reb..”Brak-Brak-Brak! Kalimat yang seharusnya menjadi rebahan ketika terpenuhi itu terhenti tatkala seseorang menggebrak kaca mobil tepat dimana Keyla duduk.“Buka!” Sosok dibalik anarkis penggebrak kaca mobil adalah ayah Keyla. Sejak ia tiba, ia sudah mencurigai kendaraan menantunya karena melihat mesin yang masih menyala. Ia berdiam diri didalam mobil, memantau dua orang yang tampaknya tak menyadari kepulangannya.Bak tengah tertangkap basah selingkuh dengan suami wanita lain, Keyla pun dilanda kegugupan. Jari-jarinya bergetar. Terasa kelu hingg
Keyla masih dalam keadaan shock hebat setelah tanpa sengaja melihat aset berharga berupa burung perkutut seorang pria. Penampakan perkutut serupa belalai gajah itu membayang-bayangi ingatannya hingga ia hanya bisa diam melongo dengan tatapan lurus ke depan. Tak ada yang Keyla perhatikan. Pandangannya kosong, sekosong isi otaknya yang terisekai ke dunia lain. Tepatnya dunia permanukkan. Sekilas ingatan pun menyapa, membuat tubuh Keyla bergidik. “Key, maaf. Saya nggak tau kalau kamu nyariin saya.”Bukan salah Fathan memang. Ia bertelanjang di area pribadinya. Pun tidak akan ada orang yang berani menerobos masuk sebelum ia persilakan. Kecuali, Keyla.Ah, harusnya ada satu pengecualian tetap, yaitu Dion. Namun mengingat putra sulungnya itu tengah berada di kediaman ayah mertuanya, seharusnya kamarnya aman tak terjamah oleh siapapun. “Key..” Tak ada sahutan. Keyla masih dengan wajah kosongnya seakan tak menganggap eksistensi Fathan dan Nakula. ‘Se-shock itu ya dia?’ batin Fathan, mu
Sudah jatuh, tertimpa menara Eiffel pula, begitulah perumpamaan yang saat ini menggambarkan kondisi Keyla. Mengapa tidak— Dikarenakan guyonan papi mertuanya, baby sepolos Nakula justru menginginkan adik. Tak tanggung-tanggung, langsung lima sekaligus seolah dirinya ini seekor kucing yang dapat melahirkan dalam jumlah banyak.“Hahaha, maaf ya Key. Papi tadi cuman asal ngucap loh. Nggak maksud buat ngomporin. Sumpah.”Hah! Mau marah pun percuma. Waktu tidak bisa diputar kembali dan Nakula sudah terlanjur excited menantikan adik-adiknya. Padahal perihal adik sudah sempat ia amankan ketika mereka berada di Bandung. Siapa sangka tema itu diangkat lagi ke permukaan.“Ehem.. Kalau dipikir-pikir, Ayah sama Bunda juga nggak masalah kalau punya cucu cepet. Daripada makin tua. Nanti malah nggak kuat gendongnya.”Jedduar!Soundtrack sinema azab tiba-tiba saja terdengar di indera pendengaran Keyla. Apa ini? Kenapa ayahnya justru ikut-ikutan begini? “Kamu nggak masalah kan Than kalau nambah tanggu
“Oh, gini toh rasanya nepotisme? Sedep bener ya. Tahu langsung dapet room VVIP, lo keluarnya lebih cepet dong.”Pantas negara Wahkanda ini pejabatnya terlenakan oleh KKN. Orang baru nepotismenya saja, kesulitan hidup seketika menjadi begitu mudah berkat bantuan si donatur gelap.Kacau! Tak heran rakyat sampai lebih percaya dengan pihak keamanan Bank Central. Dibayar UMR-pun, para satpam itu tetap melayani sepenuh hati tanpa menerima amplop selipan di dalam kantong saku seragam kerjanya.“Pasti kalau pejabat yang kesini, nggak bakalan lo suruh nunggu kayak kita-kita kan?”Hans tersedak.Kampret sekali memang Keyla.Mulutnya itu loh, seperti tidak pernah makan bangku sekolahan. Tahu sih kalau sebuah kursi tidak bisa dimakan. Minimal sewaktu berangkat, otaknya ikut lah. Jangan ditinggal di rumah.Hans mendelik. Sahabat yang dulunya berada di dalam satu ruang kerja dengan Keyla itu mengucapkan terima kasih kala Dion mengulurkan selembar tisu ke arahnya. Ia lalu mengembalikkan atensinya pa
“Why?”“Gila ya, Mas. Mas mau jadi bahan gosip Kang Sate sama warga komplek?” Keyla menyipitkan matanya, memandang tajam Fathan yang bisa-bisanya masih bertanya kenapa ia tidak menyetujui usulan pria itu.“Astaga, Key. Siapa yang mau gosipin kita, heum? yang artis kan udah ke Amerika.”“Nggak, nggak! yang lain aja.” Keukeuh, Keyla.Ia malas kalau harus menjadi topik perbincangan orang. Apalagi kalau sampai bertemu dengan si kembar yang salah satunya tukang nyinyir. Jiwa dan raganya terlalu lemah sekarang. Ia saja masih belum bisa menerima kenyataan kalau dirinya terusir dari rumah ayahnya.“Ya udah. Kamu maunya apa?” “Mau balik ke rumah Ayah, huwaaaa.” Alamak! Ternyata drama si anak terusir masih berlanjut. “Minta makan ke rumah Ayah nih jadinya?” “Nah, iya! Ayo-ayo. Masakan Bunda jauh lebih enak daripada beli.” Sayangnya ketika Keyla hendak membuka gerbang rumahnya, gerbang itu terkunci dengan gembok besar yang belum pernah Keyla lihat sebelumnya.“A-AYAAAAAAH!!!”“Dad..” Dion me
“Bye-bye rumah. Mianhae..” Keyla meletakkan ujung tisu pada sudut mata kanannya. Wanita itu berkata tidak sanggup, lalu terisak setelah melirihkan kata ‘no,’ sembari mengulurkan tangan untuk menggenggam rumahnya.Keyla kalah berperang melawan sang ayah. Usai tak dapat mempertahankan kedudukannya, kini Keyla pun harus meninggalkan rumah yang dalam proses pembuatannya, Keyla kalah dalam peperangan. Usai tak dapat mempertahankan posisinya, kini ia harus berpisah dari rumah yang dalam proses pembangunannya, tak menguras satu angka di rekeningnya.Ya, Pemirsa yang Budiman. Keyla tidak menyumbang apapun, baik itu batu bata begitu pula dengan pasir dan tumpukan semen pengikat bangunan. Ia hanya bermodalkan udara yang keluar masuk dari paru-parunya, kemudian bisa tinggal sampai beberapa detik lalu, tepatnya sebelum dirinya benar-benar terusir.“Hiks, rumahku. Jangan lupain aku ya.”Ayah Keyla berdecak menyaksikan betapa berlebihannya tingkah putrinya. Ngidam apa dulu istrinya sampai anak tung
Sudah jatuh, tertimpa menara Eiffel pula, begitulah perumpamaan yang saat ini menggambarkan kondisi Keyla. Mengapa tidak— Dikarenakan guyonan papi mertuanya, baby sepolos Nakula justru menginginkan adik. Tak tanggung-tanggung, langsung lima sekaligus seolah dirinya ini seekor kucing yang dapat melahirkan dalam jumlah banyak.“Hahaha, maaf ya Key. Papi tadi cuman asal ngucap loh. Nggak maksud buat ngomporin. Sumpah.”Hah! Mau marah pun percuma. Waktu tidak bisa diputar kembali dan Nakula sudah terlanjur excited menantikan adik-adiknya. Padahal perihal adik sudah sempat ia amankan ketika mereka berada di Bandung. Siapa sangka tema itu diangkat lagi ke permukaan.“Ehem.. Kalau dipikir-pikir, Ayah sama Bunda juga nggak masalah kalau punya cucu cepet. Daripada makin tua. Nanti malah nggak kuat gendongnya.”Jedduar!Soundtrack sinema azab tiba-tiba saja terdengar di indera pendengaran Keyla. Apa ini? Kenapa ayahnya justru ikut-ikutan begini? “Kamu nggak masalah kan Than kalau nambah tanggu
Keyla masih dalam keadaan shock hebat setelah tanpa sengaja melihat aset berharga berupa burung perkutut seorang pria. Penampakan perkutut serupa belalai gajah itu membayang-bayangi ingatannya hingga ia hanya bisa diam melongo dengan tatapan lurus ke depan. Tak ada yang Keyla perhatikan. Pandangannya kosong, sekosong isi otaknya yang terisekai ke dunia lain. Tepatnya dunia permanukkan. Sekilas ingatan pun menyapa, membuat tubuh Keyla bergidik. “Key, maaf. Saya nggak tau kalau kamu nyariin saya.”Bukan salah Fathan memang. Ia bertelanjang di area pribadinya. Pun tidak akan ada orang yang berani menerobos masuk sebelum ia persilakan. Kecuali, Keyla.Ah, harusnya ada satu pengecualian tetap, yaitu Dion. Namun mengingat putra sulungnya itu tengah berada di kediaman ayah mertuanya, seharusnya kamarnya aman tak terjamah oleh siapapun. “Key..” Tak ada sahutan. Keyla masih dengan wajah kosongnya seakan tak menganggap eksistensi Fathan dan Nakula. ‘Se-shock itu ya dia?’ batin Fathan, mu
“Eng, aku pikir-pikir dulu deh. Nggak harus sekarang juga kan ngasih jawabannya?” Fathan pun tersentak. Ternyata jalannya masih panjang. Kecewa? Sudah pasti. Namun Fathan yakin benar Keyla akan memikirkan seluruh kata-katanya karena itu menyangkut kesejahteraan orang tuanya.“Iya, Key. Kamu pikirin baik-baik ya. Mas berharap kamu bisa ngertiin Mas yang nggak pengen ngerepotin ayah kamu.”“Oke, Oke. Udah kan? Capek banget aku, Mas. Pengen reb..”Brak-Brak-Brak! Kalimat yang seharusnya menjadi rebahan ketika terpenuhi itu terhenti tatkala seseorang menggebrak kaca mobil tepat dimana Keyla duduk.“Buka!” Sosok dibalik anarkis penggebrak kaca mobil adalah ayah Keyla. Sejak ia tiba, ia sudah mencurigai kendaraan menantunya karena melihat mesin yang masih menyala. Ia berdiam diri didalam mobil, memantau dua orang yang tampaknya tak menyadari kepulangannya.Bak tengah tertangkap basah selingkuh dengan suami wanita lain, Keyla pun dilanda kegugupan. Jari-jarinya bergetar. Terasa kelu hingg
“Guys, kalian ke rumah Mami dulu ya. Mami sama Daddy mau ngobrol bentar.”“Nggak berantem kan?” “Nggak.” Balas Keyla, menjawab pertanyaan Nakula. “Janji ya, Mami?”Nakula mengulurkan jari kelingkingnya dan Keyla menyambutnya sekalipun ia akan mengingkari janji jari kelingking mereka.Sudah jelas kan?! Ya kali mereka tidak ribut. Mana bisa sih perang dunia tidak pecah ketika Fathan kembali menyalahi aturan yang telah mereka sepakati di awal pernikahan. Memangnya Keyla sebaik hati itu ya? Jawabannya sih enggak dong. “Yon, jagain adeknya ya.” Pinta Keyla. Si sulung pasti mengerti maksudnya. Anak itu hanya perlu memastikan jika adiknya tidak berlari keluar dan mengganggu war keduanya.“Siap, Mi.”“Wait. Daddy bantuin turunnya.” Ujar Fathan lalu secepat kilat membuka pintu mobilnya. Dari dalam kabin Keyla memperhatikan aksi Fathan. Pria itu memang ayah yang baik untuk anak-anaknya. Sayang saja dunia tidak memihaknya dalam urusan percintaan. ‘Lah?! Kan gue juga!’ Pekik Keyla, membatin.
Fathan menyerngit tatkala melihat tampang kecut bertahan awet pada wajah istri ke dua-nya. “Kenapa sih, Key? Perasaan dari tadi manyun mulu bibirnya.” Keyla memutar kepala. Satu detik. Setelah itu ia kembali membuang wajah, kernyitan pada kening Fathan kian mendalam. “Habis ngapain sih kamu sama temen-temen kamu itu? Aneh deh. Nggak ada angin, nggak ada ujan kok saya diketusin gini.” “Mereka bukan temen aku ya!” Nyalak Keyla. Kembali kepalanya berputar untuk bersitatap dengan Fathan. “Daddy, Mami.. Don't fight please.” Di kursi penumpang, Nakula yang takut melihat pertengkaran kedua orang tuanya, bersuara. Mata anak itu berkaca-kaca seolah sebentar lagi ia akan menumpahkan tangisnya jika Keyla dan Fathan terus bersitegang.“Mami sama Daddy nggak berantem kok. Suwer.” Ucap Keyla, kini menatap si kecil yang duduk tepat disamping sulung Fathan. “Beneran? Tapi kok Mami ngomongnya bentak-bentak Daddy?” Pertanyaan cerdas Nakula tak ayal menerbitkan ringisan. ‘Dimakanin apa sih sama
Keyla melipat kedua lengan di dada. Ditengah ramainya aktivitas bandara, wanita yang memisahkan diri dari Fathan dan kedua anak tirinya itu mengembuskan napas.‘Sebenernya lo lagi ngapain sih, Mas?’ Monolog Keyla, lengkap dengan ekspresi jengah yang tak dapat ia sembunyikan.Sungguh, jika ada penyelenggaraan lomba pemilihan pria paling bodoh sedunia, meski tak mengikutinya, para malaikat pasti tak akan segan untuk menggerakkan hati juri agar memenangkan Fathan. Bodoh! Pria itu bahkan masih menangis diam-diam saat kedua anaknya terlelap, tapi anehnya, ketika Sesilia meminta dirinya datang untuk mengantarkan kepergiannya, Fathan menyanggupinya seolah perceraian kemarin tak berdampak apapun padanya. “Ck!”Menyaksikan suami dan anak-anaknya dieksploitasi, Keyla membuang muka, menghindar dari sajian yang dapat menggerakkan anggota tubuhnya, yang siap sedia untuk menerjang Sesilia.Demi Tuhan, mereka hanya dijadikan konten. Konten untuk semakin mengharumkan nama Sesilia yang sejatinya seb