Memang benar bahwa ego di dalam hati Raden telah memutuskan untuk tidak menemui Anna meski dengan alasan untuk kembali ke tubuh masing-masing. Akan tetapi ada hal yang lebih penting dari hal tersebut, yakni semua pekerjaan yang berakitan dengan perusahaan. Beruntung selama seminggu lebih saat tubuh Anna masih dirawat di rumah sakit, wanita itu bisa mengerjakan segalanya dengan baik. Hanya saja tidak ada yang tahu sampai kapan kualitas performa kerja Anna bisa bertahan tanpa ada pengarah.
Maka dari itu, setiap pagi Raden selalu menghubungi Anna untuk mendikte apa saja yang wanita itu harus lakukan selama seharian. Lalu, saat malam mereka akan melakukan rapat pribadi secara daring melalui aplikasi biru putih. Mungkin bagi Raden yang sekarang punya terlalu banyak waktu luang tidak akan merasa itu membebani dirinya, sama sekali tak bisa dibandingkan dengan pekerjaan sehari-harinya. Berbeda dengan Anna yang merasa tidak ada satu detik pun untuknya beristirahat.
Bangu
Semakin dipikirkan justru dibuat semakin pusing. Kini Raden terjebak dalam pikiran dan penyesalannya tersendiri. Setelah berbicara dengan Malik melalui telepon sebagai Anna, Raden merasa dia telah berbuat keputusan yang salah. Di dalam telepon, Malik tanpa yakin dan gigih untuk menyakinkan Raden, yang ia kira adalah Anna, untuk mau menemui Noah untuk kali pertama secara resmi sebagai putri sulung Setiawan, tidak peduli apakah dia sudah menikah dan akan menjadi janda tak lama lagi. Kembali pada percapan telepon, Raden berubah hening untuk beberapa detik sebab butuh waktu untuk berpikir. Sedangkan Malik sudah tak sabaran dari sana hingga mengulang pemanggilan nama sang putri. "Anna? Apakah kamu masih ada di sana?" "Sebentar," pinta Raden berbisik. Beruntung Malik mendengar dan mau menuruti permintaannya. Sadar bahwa dia tak punya waktu banyak untuk merenung, Raden memutuskan untuk mencari cara lain untuk memastikan kenyataan tersebut. "Apakah aku boleh bertanya
"Kamu pantas untuk melampiaskan amarahmu. Justru ... akulah yang tidak pantas untuk berada di dekatmu." "Kumohon jangan berkata seperti itu," gumam Anna berbisik. Padahal bukan dia yang harus meminta maaf, tapi wanita itu tetap menundukkan kepala. Mungkinkah dia tidak ingin melihat wajah Raden? Begitu pikir laki-laki tersebut. Tapi kenyataan tak seperti itu. Justru Anna menundukkan kepala agar tak menunjukkan matanya yang perlahan diselaputi air mata. "Sekali lagi aku minta maaf. Aku juga akan melakukan apa pun yang kamu inginkan jika itu bisa menebus kesalahanku ini," ucapnya dengan putus asa. Apakah sebentar lagi Anna akan mau bertemu dengannya lagi? Pasti perempuan itu akan meminta untuk menjauh karena muak melihat mukanya. Betul, tidak? Kedua tangan yang terlipat dan sedaritadi memeluk kedua sikunya sendiri perlahan mencengkram lebih keras. Tanpa sadar bahwa tindakan itu dapat membuat bekas kemerahan di kulit nanti. Kembali Anna mengumpulkan kekuatan untu
Apa? Kakaknya pulang? Ariel dan Erik merasakan hal yang sama ketika mendengar pernyataan itu. Mengapa Kakak mereka pulang? Bukankah Anna sudah bertekad untuk tidak lagi kembali dan memulai hidup baru di tempat lain? Terlebih si sulung bukannya kembali ke rumah sang suami, justru kembali ke rumah orang tuanya. Bukannya Ariel dan Erik tidak menyukai itu, justru mereka merasa lebih baik Anna tinggal di hotel saja daripada bersama dua orang tua yang selama ini membawa mimpi buruk kepadanya. Akan tetapi karena mereka baru diberitahu saat Anna sudah tiba di bandara, tidak banyak waktu yang ditawarkan untuk mereka berpikir. Mereka berdua buru-buru pergi ke bandara untuk menjemput Anna. Ketika mereka tiba, mereka sudah melihat bagaimana Anna bersikukuh untuk diam di satu tempat dan terus menerus menolak tawaran taksi yang datang. "Kak!" teriak Erik. Anna menoleh dan kedua sudut bibirnya terangkat ke atas. Ia biarkan kedua adiknya berlari terengah-engah ke ara
"Bagaimana?" tanya Raden langsung setelah panggilan telepon diterima. "Apa kata mereka?" Wajah Anna berubah datar sesudah ia menyadari bahwa Raden menelepon bukan karena merindukan dirinya, melainkan karena penasaran akan hal lain. "Orang yang kamu diam-diam masukkan ke Setiawan berkata bahwa dia sudah mengecek semua tempat yang kemungkinan akan menjadi ruangan penyimpanan dokumen. Tapi sama sekali dia tidak mendapatkan apa pun." Raut muka Raden seketika menjadi lesu. Bagaimana ini? Apakah hal yang dia lakukan ini akan menjadi kesia-siaan? Padahal sudah seminggu lewat sejak dia menginap di rumah orang tua Anna. Tanpa melihat, Anna seakan tahu apa yang dirasakan suaminya saat ini. Jadi, dengan sedikit aura keceriaan, Anna berusaha menenangkan Raden, "Tidak apa-apa. Mungkin memang Ayah punya tempat lain untuk menyembunyikan dokumen itu. Masih ada tempat lain yang bisa kamu telusuri." "Tapi di mana? Semua orangku yang tersebar di semua kantor Setiawan sa
"Kak? Kenapa Kakak ada di depan pintu kamar Ayah dan Ibu?" Saking fokusnya Raden dalam mencari jalan mendapatkan kunci, dia tersentak dengan kehadiran Ariel yang sudah berada di situ selama satu menit untuk memperhatikan sang Kakak. "Apa Kakak ada keperluan sama kamar Ayah dan Ibu?" Alih-alih menjawab, justru Raden melihat dari ujung kepala Ariel sampai ke bawah. Apakah dia bisa benar-benar mempercayai saudara-saudaranya Anna? Hm, mengingat bahwa gadis itu pernah berkata kapanpun Anna butuh bantuan, mereka akan membantu, mungkin Raden tak perlu meningkatkan kewaspadaannya. "Iya. Aku mau mencari sesuatu. Tapi sepertinya aku tidak bisa membukanya." "Kenapa? Kuncinya pasti dipegang Bibi An. Kalau Kakak meminta, akan dikasih, kok." Ariel merasa itu sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan. "Tapi Bibi An pasti melapor kepada mereka." Sangat jelas raut wajah khawatir pada tampang Anna. Hal itu membuat Ariel memiringkan kepala dan bertanya-tanya. Tentu akan se
Memang benar bahwa mencari dan merekrut orang-orang profesional adalah hal yang mudah untuk Raden lakukan. Laila akan melakukan perintahnya dengan cepat dan hanya perlu satu malam saja. Tapi, ada hal lain yang harus diperhatikan juga. Tidak mungkin mereka akan mendobrak masuk ke ruangan kerja Malik secara terang-terangan. Dibutuhkannya strategi dan perhitungan yang tepat agar semua berjalan secara lancar, tak diketahui. Jadi, butuh dua hari penuh untuk Raden merancangkan semua. "Dengarkan aku baik-baik," ucap Raden serius setelah menyuruh Ariel dan Erik berkumpul di kamar Anna. "Di rumah ini ada enam pembantu, dua petugas taman, dua cctv yang menghadap ke teras dan ruang keluarga, dan dua belas penjaga." "Apa?" sela Ariel tak percaya. "Dua belas penjaga? Apa Kakak yakin? Bukankah hanya ada tiga penjaga di pagar utama?" Ah, tentu saja kedua remaja itu tidak tahu apa-apa. "Lebih tepatnya hanya tiga penjaga saja yang tampak di mata kalian. Sisanya bersembunyi me
"Sekarang." Hanya butuh satu kata saja, orang yang berhasil menyadap CCTV langsung bekerja dan hanya butuh waktu semenit saja untuk membuat kamera pengintai itu mati. Sedangkan beberapa orang dengan stamina dan kekuatan yang bagus telah disebar di mana-mana. Saat itu juga mereka langsung melumpuhkan para penjaga. Adik-adik Anna masih terjaga di pinggir jendela. Dengan harap-harap takut, sesekali melirik ke arah Anna, mereka menyaksikan sendiri bagaimana para pekerja di rumah ini menyeret kopernya keluar dan melewati pagar. Erik buru-buru pergi ke pagar untuk membantu orang terakhir keluar dari sini tanpa perlu repot-repot mengunci pagar sendiri. "Biar aku saja yang menguncinya. Lagian tidak mungkin Pak Ji yang bawa kuncinya, kan?" Butuh lima belas menit untuk mereka memastikan bahwa semua orang tak lagi bisa melihat rumah ini sebab jarak transportasi mereka dengan rumah terus melebar. "Semua sudah diatasi, Kak?" tanya Ariel penasaran. Raden mengangguk. "Kita
Di hari terakhir orang tua Anna mengurus keperluan di luar negeri, Raden membeli laptop khusus untuk menyalin semua isi disk tersebut. Karena dia tidak ingin mengundang perhatian atau pertanyaan apapun yang tidak penting, laptop itu dia sembunyikan dengan baik di dalam koper Anna dan jika dibutuhkan, tak perlu repot mengambilnya. Memori laptop itu khusus hanya akan dipenuhi salinan komputer Malik yang berhasil dia ambil. Dengan duduk di depan laptop yang tengah menampilkan laju lambat dari kemajuan bar hijau, Raden menunggu setia juga harap-harap cemas. Di tengah-tengah proses, dirinya terdistraksi akibat suara Ariel yang tidak sengaja menembus celah kecil di pintu kamar Anna. "Oh, jadi Ayah dan Ibu baru bisa pulang besok lusa? Memangnya ada apa di sana?" Bibir Ariel terus mendengungkan suara gumaman, sesekali kepalanya mengangguk bertanda mengerti maksud dari lawan bicara, lalu mengakhiri telepon dengan kalimat, "Oke, akan kutunggu kepulangan kalian.Love y
Setelah yang terjadi selama beberapa bulan, waktu terus berjalan. Perlahan namun pasti, semua orang telah beradaptasi pada lingkungan baru dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Salah satunya adalah tokoh utama kisah ini, Raden dan Anna. Sebagai CFO, Raden terus membuat pencapaian baru dan bersama-sama keluarganya di Kusumagroup, perusahaan terus berkembang besar. Sedangkan di rumah, ada Anna yang mencari kegiatan lain untuk mengisi waktunya. Karena itu, akhir-akhir ini dia lebih sering menghabiskan waktu di dapur, gym untuk berolahraga, dan tempat manapun yang nyaman untuk menulis. Sekaligus untuk mendapatkan penghasilan sendiri, Anna membuka usaha katering bersama saudara-saudara perempuannya. Tidak sulit untuk mencari kostumer baru berkat koneksi yang dimiliki Elisa dan Ariel. Selain itu, perihal Masya sesudah Malik mendekam di penjara, dia tinggal sendiri di sebuah satu unit apartemen atas nama Anna di luar kota. Untuk menghindari keributan
Tibalah Elisa, Ariel, dan Erik yang berlebam-lebam di depan rumah Anna. Setelah menunggu konfirmasi, para satpam membukakan pagar untuk mobil mereka masuk ke dalam. Para pembantu yang menyapa mereka terkejut saat melihat Erik keluar. Kenapa ada anak laki-laki yang sedang terluka di antara mereka? Ketika Anna turun dari kamar untuk menyapa sang saudara, dia sama terkejutnya ketika melihat Erik. Cepat-cepat dia mendekati si bungsu dan menyuruh seseorang menelepon dokter. Untuk kali pertamanya dia melihat Erik ada di kondisi selusuh ini. "Apa apa ini? Kok kamu bisa terluka seperti ini?" "Dia bertengkar sama beberapa anak kelas sebelas." "Astaga, pantas saja memar seperti ini." Anna masih fokus pada luka-luka Erik dan mengomel tak seharusnya Erik mengalami luka separah ini. Tetapi dia lebih kaget saat mendengar Elisa berkata, "Lukanya tidak seberapa. Malah Erik sudah membuat tiga murid kelas sebelas dirawat di rumah sakit." "Serius?" Erik yang sel
Seusai memberitahu apa yang pernah terjadi di masa lalu, Masya berhasil dibawa pulang oleh Ariel dan Erik. Mereka berjanji akan mengawasi sang Ibu lebi ketat sehingga Anna tidak perlu takut kejadian tadi akan terulang. Sampai mobil adik-adiknya tak terlihat, Anna masih melamun. Raden berusaha mengajak Anna masuk dengan sangat hati-hati. "Ayo kita kembali masuk." Baru saja mereka melangkah dua kali, badan Anna sudah terhuyung dan nyaris jatuh jika Raden tidak sergap dalam menahan tubuh sang istri. Kemudian setetes air mata berhasil lolos dari mata wanita itu. Tidak mungkin bisa berjalan dengan kedua kaki ketika pikiran sedang di antah berantah, Raden memutuskan untuk menggendong Anna alabridal style. Para pembantu yang melihat kondisi Anna bisa berubah drastis jadi kebingungan sendiri. Apa yang telah terjadi? Raden hanya menyuruh mereka untuk mengantarkan minuman untuk jaga-jaga jika Anna sudah tidak sesyok ini. "Saya tunggu di kamar," kat
"Dasar anak haram tidak tahu diri!" seru Masya keras. Nafasnya sampai terengah-engah saking semangatnya untuk mengutuk Anna. Sedangkan Anna semakin tertegun. Anak haram? Apakah itu hanya umpatan asal atau ... memang seperti itu? Seandainya Masya tidak melanjutkan ucapannya, sudah pasti Anna hanya mengganggap sebagai angin lalu. "Tentu saja kamu tidak tahu kalau sebenarnya kamu ini anak di luar nikah, kan? Ibumu mengkhianati cinta suamiku saat itu dengan melakukan persetubuhan bersama Ayahmu dan berakhir memiliki dirimu. Seandainya kamu tak pernah ada, maka mungkin Malik tidak akan pernah tahu kalau Ibumu telah mengkhianatinya.” Kembali teringat ulang masa lalu, tanpa sengaja Masya kembali mengumpat yang bukan ditujukan pada Anna. "Dasar wanita jalang." Anna terkejut berat. Ibu kandungnya mengkhianati cinta Malik? Apakah dalam kata lain, Ibunya pernah melakukan perselingkuhan? “Bukankah wajar jika Malik sakit hati setiap kali melihat wajahmu?" Ma
Di pinggir teras ada seorang wanita yang berdiri dan memandangi langit biru. Mata cokelat gelapnya tak mampu beralih dari keindahan langit padahal masih ada hal yang harus dia lakukan. "Hari ini langitnya cantik." Ia pejamkan mata untuk beberapa detik, berusaha menfokuskan telinga untuk mendengarkan suara angin yang menerpa wajahnya serta kesejukan udara hari ini. Barulah ketika dia puas, dia turun ke dapur untuk membuat kopi instan dengan cepat. "Bu Anna mau makan apa?" tanya pembantu yang bertugas mengurus makanan di rumah itu. Anna hanya menjawab seadanya saja, "Terserah kamu. Yang penting bisa dimakan. Raden juga tidak akan pilih-pilih makanan." Kopi instan sudah siap jadi dan segera Anna bawa ke meja dekat sofa. Sekarang di pagi hari ini dia ingin bersantai dengan menonton sesuatu di televisi. Perasaannya berkata, ada sesuatu yang bagus jika dia membuka televisi. Remot hitam diambil dan salah satu tombol ditekan oleh ibu jari Anna. Layar hitam it
Noah sudah menerima kabar bahwa saat ini Malik sedang berurusan dengan polisi akibat kebocoran informasi yang menyebabkan seseorang bisa melapor. Sedikit dia merasa khawatir, tapi tidak benar-benar khawatir. Mungkin kekhawatirannya hanya sekitar sepuluh persen sebagai bentuk simpati. Selain dari itu, bukan urusannya sebab dia tidak pernah berurusan dengan harta benda Setiawan. Toh, meski sudah dua puluh tahun lewat dia dirawat suami istri tersebut, tetap Noah pernah menjadi seorang korban dari kejahatan mereka. Di sela-sela istirahatnya, sang sekretaris mengetuk pintu dan masuk untuk melaporkan bahwa Raden menyampaikan permintaannya untuk makan malam bersama Noah. Tentu saja alasan di baliknya tidak dijelaskan. "Jika Bapak mengiyakan, Bapak bisa menghubungi Pak Raden," beritahunya sebelum keluar lagi dari ruangan. Noah dibuat menerka-nerka dan lebih berhati-hati untuk mengambil langkah selanjutnya. "Apakah dia mengajakku bertemu untuk menyombongkan diri? Kare
"Kak, maafkan aku." Belum apa-apa, tiba-tiba Anna menerima telepon Ariel yang kemudian diisi dengan isakan tangis. Kebingungan, Anna berusaha bertanya selembut mungkin. "Ada apa, Ariel? Kenapa kamu nangis?" Sang adik terus mengatakan hal yang sama. "Maafkan aku." "Oke, oke. Aku akan memaafkan kamu asal kamu kasih tahu dulu, apa yang membuatmu menangis seperti ini?" Jelas pasti ada hal buruk yang menimpa adik keduanya. "Ayah dan Ibu ... Mereka tahu perbuatanku yang menipu para pekerja rumah. Terus mereka bertanya kenapa aku melakukan itu. Ayah sangat menyeramkan. Jadi ... mau tidak mau aku menyebutkan nama Kakak. Maafkan aku." Menipu pekerja rumah? Apakah ini berkaitan dengan hari di mana Raden berusaha memasuki ruang kerja pribadi Malik saat berada di tubuhnya? Kalau memang benar yang dimaksud adalah hari itu, artinya mereka sudah mendapatkan surat panggilan polisi dan sedang mencari tahu apa yang sudah mereka lewatkan. "Kurasa sehabis i
Siapa orang brengsek yang sudah menerobos masuk ruang kerja pribadi miliknya? Malik menghubungi pemimpin dari pengawal yang diam-diam dia sebarkan di sekitar rumah untuk menjaga keamanan. "Apakah ada seseorang yang masuk ke dalam rumah ini ketika tidak ada aku dan Masya?" Mustahil rasanya seseorang berhasil menerobos ruang kerja jika ada Masya. Sang istrinya tidak kalahstrictuntuk melarang siapapun masuk. Reaksi orang yang kali ini ditelepon cukup berbeda dengan orang-orang sebelumnya. Malik sudah berkali-kali mendapat jawaban tidak ada kebocoran apapun, sedangkan pemimpin pengawal kali ini memberitahu, "Saya tidak tahu--" Belum apa-apa Malik sudah mulai dibuat geram. "Tapi, memang ada sesuatu yang terjadi saat Bapak dan Ibu pergi ke luar negeri selama lima hari." "Maksudmu perjalanan bisnis yang terakhir ini?" "Iya. Saat itu, secara tiba-tiba semua pengawal diserang dan untuk beberapa jam kami tidak sadarkan diri. Lalu, s
Air sudah mendidih dan segera dituangkan di teko teh. Selama beberapa menit teh diseduhkan dan kemudian dituang kembali di cangkir keramik. Dengan hati-hati agar tidak tumpah, Masya berjalan menghampiri sang suami dan meletakkan teh di meja samping. Cuaca hari ini cukup bagus. Tidak terlalu panas ataupun hujan, bisa dibilang cukup sejuk bagi ibu kota. Hari ini terlalu damai. "Aku mendengar sesuatu dari Noah," celetuk Malik mendadak sambil menutup koran yang sudah dibaca selama lima belas menit. Setelah koran langganannya kembali terlipat rapi, ia lanjutkan pembicaraan barusan, "Raden hendak melakukan sesuatu padaku. Sudah beberapa minggu ini ada orang-orang di luar pegawai kantornya yang datang ke kantornya. Huh ... Tapi ini aneh. Raden terlihat seperti sengaja membuat kita dan Noah curiga." "Haish, Raden. Kenapa kita harus menikahkan Anna dengan dia, sih? Benar-benar menantu yang merepotkan. Kira-kira apa yang sedang dia rencanakan? Apakah Noah memberi