"Kak? Kenapa Kakak ada di depan pintu kamar Ayah dan Ibu?"
Saking fokusnya Raden dalam mencari jalan mendapatkan kunci, dia tersentak dengan kehadiran Ariel yang sudah berada di situ selama satu menit untuk memperhatikan sang Kakak. "Apa Kakak ada keperluan sama kamar Ayah dan Ibu?"
Alih-alih menjawab, justru Raden melihat dari ujung kepala Ariel sampai ke bawah. Apakah dia bisa benar-benar mempercayai saudara-saudaranya Anna? Hm, mengingat bahwa gadis itu pernah berkata kapanpun Anna butuh bantuan, mereka akan membantu, mungkin Raden tak perlu meningkatkan kewaspadaannya. "Iya. Aku mau mencari sesuatu. Tapi sepertinya aku tidak bisa membukanya."
"Kenapa? Kuncinya pasti dipegang Bibi An. Kalau Kakak meminta, akan dikasih, kok." Ariel merasa itu sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan.
"Tapi Bibi An pasti melapor kepada mereka." Sangat jelas raut wajah khawatir pada tampang Anna. Hal itu membuat Ariel memiringkan kepala dan bertanya-tanya. Tentu akan se
Memang benar bahwa mencari dan merekrut orang-orang profesional adalah hal yang mudah untuk Raden lakukan. Laila akan melakukan perintahnya dengan cepat dan hanya perlu satu malam saja. Tapi, ada hal lain yang harus diperhatikan juga. Tidak mungkin mereka akan mendobrak masuk ke ruangan kerja Malik secara terang-terangan. Dibutuhkannya strategi dan perhitungan yang tepat agar semua berjalan secara lancar, tak diketahui. Jadi, butuh dua hari penuh untuk Raden merancangkan semua. "Dengarkan aku baik-baik," ucap Raden serius setelah menyuruh Ariel dan Erik berkumpul di kamar Anna. "Di rumah ini ada enam pembantu, dua petugas taman, dua cctv yang menghadap ke teras dan ruang keluarga, dan dua belas penjaga." "Apa?" sela Ariel tak percaya. "Dua belas penjaga? Apa Kakak yakin? Bukankah hanya ada tiga penjaga di pagar utama?" Ah, tentu saja kedua remaja itu tidak tahu apa-apa. "Lebih tepatnya hanya tiga penjaga saja yang tampak di mata kalian. Sisanya bersembunyi me
"Sekarang." Hanya butuh satu kata saja, orang yang berhasil menyadap CCTV langsung bekerja dan hanya butuh waktu semenit saja untuk membuat kamera pengintai itu mati. Sedangkan beberapa orang dengan stamina dan kekuatan yang bagus telah disebar di mana-mana. Saat itu juga mereka langsung melumpuhkan para penjaga. Adik-adik Anna masih terjaga di pinggir jendela. Dengan harap-harap takut, sesekali melirik ke arah Anna, mereka menyaksikan sendiri bagaimana para pekerja di rumah ini menyeret kopernya keluar dan melewati pagar. Erik buru-buru pergi ke pagar untuk membantu orang terakhir keluar dari sini tanpa perlu repot-repot mengunci pagar sendiri. "Biar aku saja yang menguncinya. Lagian tidak mungkin Pak Ji yang bawa kuncinya, kan?" Butuh lima belas menit untuk mereka memastikan bahwa semua orang tak lagi bisa melihat rumah ini sebab jarak transportasi mereka dengan rumah terus melebar. "Semua sudah diatasi, Kak?" tanya Ariel penasaran. Raden mengangguk. "Kita
Di hari terakhir orang tua Anna mengurus keperluan di luar negeri, Raden membeli laptop khusus untuk menyalin semua isi disk tersebut. Karena dia tidak ingin mengundang perhatian atau pertanyaan apapun yang tidak penting, laptop itu dia sembunyikan dengan baik di dalam koper Anna dan jika dibutuhkan, tak perlu repot mengambilnya. Memori laptop itu khusus hanya akan dipenuhi salinan komputer Malik yang berhasil dia ambil. Dengan duduk di depan laptop yang tengah menampilkan laju lambat dari kemajuan bar hijau, Raden menunggu setia juga harap-harap cemas. Di tengah-tengah proses, dirinya terdistraksi akibat suara Ariel yang tidak sengaja menembus celah kecil di pintu kamar Anna. "Oh, jadi Ayah dan Ibu baru bisa pulang besok lusa? Memangnya ada apa di sana?" Bibir Ariel terus mendengungkan suara gumaman, sesekali kepalanya mengangguk bertanda mengerti maksud dari lawan bicara, lalu mengakhiri telepon dengan kalimat, "Oke, akan kutunggu kepulangan kalian.Love y
Malik dan Masya telah kembali. Sama sekali tak ada sorot kecurigaan di mata mereka sebab semua tampak bersih. Meski para pengawal rahasia itu sempat dilumpuhkan beberapa jam, Raden yakin mereka tidak akan curiga pada dirinya. Memang sudah menjadi rahasia umum juga bahwa musuh Setiawan tidak hanya Kusuma saja. Jadi, mereka akan sulit menduga-duga para penyerang itu dari pihak mana. Setelah semua tampak berjalan mulus sesuai dugaan, sekarang Raden melakukan pertemuan secara sembunyi-sembunyi dengan Anna. Bahkan wanita itu membuat semua orang di kantornya tidak tahu menahu kalau mereka akan bertemu. Agar tak diketahui siapapun, tempat pertemuan kali ini ada di kafe luar kota yang cukup sepi pengunjung dan jarang diketahui namanya--dengan kata lain, itu adalah kafe yang akan segera bangkrut. Anna memasuki pintu kaca kafe sedikit tergesa-gesa dan sudah mendapati seseorang menempati salah satu meja di ujung ruangan. Hanya dilihat dari punggung, Anna yakin itu adala
Selama ini Malik hanya menjadi sosok Ayah yang sekedar tak pernah mempedulikan anaknya. Meski sama-sama terdengar buruk, tetapi tak pernah sekalipun Anna membayangkan Malik akan pergi begitu jauh hanya untuk mencapai ambisinya. Bahkan ... membunuh? Karakter Malik memang cukup terkenal tenang. Tapi masa sampai semenghanyutkan ini? Bukankah ini keterlaluan. Tanpa disadari, dia sudah bernafas secara tidak karuan. Jantungnya berdetak cepat dan semakin cepat, bisa ia rasakan darahnya ikut berdesir dalam kepanikan. "Bagaimana ini? Seandainya aku berbuat kesalahan yang fatal, pasti Ayah akan dengan mudahnya membunuhmu...." Kepanikan itu bukan sesuatu yang dibuat. Setelah terkejut dengan informasi terbaru. sekarang Anna sedang mengkhawatirkan Raden alih-alih dirinya sendiri. Raden melembutkan suaranya, dengan hati-hati dia memegang tangan kanan sang istri dan mengelus berharap ini bisa membantu sedikit. "Tenang, kamu tidak perlu khawatir. Sekarang aku t
Tidak ada banyak hal yang terjadi di kantor. Selama Raden yang sebenarnya masih sibuk melakukan sesuatu di dalam rumah Anna, maka Anna terus berusaha yang terbaik dalam bekerja. Pengalaman dan kemampuannya tentu sangat jauh, tidak bisa dibandingkan, dengan Raden. Bahkan mungkin kemampuannya masih setara pegawai biasa perusahaan ini. Namun, karena Raden selalu memberikanbriefingtiap pagi, evaluasi tiap malam, dan kelas khusus untuk memperdalam ilmu setiap akhir pekan, Anna bisa menjalani semuanya tanpa banyak masalah. Seperti sekarang ini, barusan saja dia keluar dari ruangan sehabis rapat dengan luwes. Padahal sebelum pertengkaran hebat, setiap kali bertukar tubuh pasti Anna merasa bergetar harus berhadapan dengan kursi besar yang akan menjadi pusat di rapat. Dulu, dia akan grogi dan lebih banyak diam, tak tahu harus merespon seperti apa kecuali hal-hal umum atau yang sudah dipelajari saja. Laila dan pegawai lain juga sesekali akan khawatir dan memastika
Setelah dua hari lalu Raden mengirim pesan dengan emotikon yang sama sekali tidak cocok dengannya, tiba juga hari di mana mereka akan bertemu. Anehnya, Raden tidak mnegatakan apa pun mengenai pertemuan mereka seakan tak pernah menjanjikan hal tersebut. Entah jam berapa dan di mana mereka akan bertemu. "Apa dia benar-benar tak ingat?" gumam Anna sendirian. Gara-gara itu juga sedari tadi dia tidak bisa fokus dan terus mencuri-curi pandang pada ponsel berlogo apel di samping komputer. Merasa penasaran ini tak lagi terbendung, dia putuskan untuk mengambil ponsel dan bertanya secara langsung melalui telepon. Nyaris saja Anna menekan kontak Raden seandainya seseorang tidak mengetuk pintunya untuk diperbolehkan masuk. Kembali ia geletakkan ponsel itu dan menyuruh sang pengetuk masuk. Rupanya itu adalah Laila. "Kenapa kamu ke sini? Apakah ada masalah?" "Tidak, Pak. Hanya saja saya ingin memberi laporan kepada Anda," beritahu Laila sesudah kembali menutup pintu dengan
Di tengan sejuknya udara malam, suara kapal yang melewati air berdesir, bintang-bintang di langit yang remang-remang tertutup cahaya kota, saat itulah Anna mendengar seseorang membisikkan sesuatu di ujung telinga. "I love you to the moon and back." Barusan saja pernyataan cinta itu membuat jantung Anna terasa seperti berhenti berdetak selama satu detik. Padahal dia sudah menduga hal seperti ini bisa saja terjai, tapi ternyata tetap terkejut seakan sejak awal tidak tahu apa-apa. Lidahnya terasa kaku padahal ingin berkata-kata, tapi digantikan dengan gerakan tubuh yang ingin memutar ke belakang agar bisa langsung berhadapan pada sang suami. Menyadari gerakan kecil itu, justru Raden mengeratkan pelukannya dan menahan Anna untuk diam secara penuh. "Jangan bergerak. Kita nikmati malam ini dengan seperti ini." Baiklah, Anna menuruti permintaan tersebut. Tak lagi dia bergerak dan kembali menatap langit. Seiring keheningan berlalu, suara alunan musik
Setelah yang terjadi selama beberapa bulan, waktu terus berjalan. Perlahan namun pasti, semua orang telah beradaptasi pada lingkungan baru dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Salah satunya adalah tokoh utama kisah ini, Raden dan Anna. Sebagai CFO, Raden terus membuat pencapaian baru dan bersama-sama keluarganya di Kusumagroup, perusahaan terus berkembang besar. Sedangkan di rumah, ada Anna yang mencari kegiatan lain untuk mengisi waktunya. Karena itu, akhir-akhir ini dia lebih sering menghabiskan waktu di dapur, gym untuk berolahraga, dan tempat manapun yang nyaman untuk menulis. Sekaligus untuk mendapatkan penghasilan sendiri, Anna membuka usaha katering bersama saudara-saudara perempuannya. Tidak sulit untuk mencari kostumer baru berkat koneksi yang dimiliki Elisa dan Ariel. Selain itu, perihal Masya sesudah Malik mendekam di penjara, dia tinggal sendiri di sebuah satu unit apartemen atas nama Anna di luar kota. Untuk menghindari keributan
Tibalah Elisa, Ariel, dan Erik yang berlebam-lebam di depan rumah Anna. Setelah menunggu konfirmasi, para satpam membukakan pagar untuk mobil mereka masuk ke dalam. Para pembantu yang menyapa mereka terkejut saat melihat Erik keluar. Kenapa ada anak laki-laki yang sedang terluka di antara mereka? Ketika Anna turun dari kamar untuk menyapa sang saudara, dia sama terkejutnya ketika melihat Erik. Cepat-cepat dia mendekati si bungsu dan menyuruh seseorang menelepon dokter. Untuk kali pertamanya dia melihat Erik ada di kondisi selusuh ini. "Apa apa ini? Kok kamu bisa terluka seperti ini?" "Dia bertengkar sama beberapa anak kelas sebelas." "Astaga, pantas saja memar seperti ini." Anna masih fokus pada luka-luka Erik dan mengomel tak seharusnya Erik mengalami luka separah ini. Tetapi dia lebih kaget saat mendengar Elisa berkata, "Lukanya tidak seberapa. Malah Erik sudah membuat tiga murid kelas sebelas dirawat di rumah sakit." "Serius?" Erik yang sel
Seusai memberitahu apa yang pernah terjadi di masa lalu, Masya berhasil dibawa pulang oleh Ariel dan Erik. Mereka berjanji akan mengawasi sang Ibu lebi ketat sehingga Anna tidak perlu takut kejadian tadi akan terulang. Sampai mobil adik-adiknya tak terlihat, Anna masih melamun. Raden berusaha mengajak Anna masuk dengan sangat hati-hati. "Ayo kita kembali masuk." Baru saja mereka melangkah dua kali, badan Anna sudah terhuyung dan nyaris jatuh jika Raden tidak sergap dalam menahan tubuh sang istri. Kemudian setetes air mata berhasil lolos dari mata wanita itu. Tidak mungkin bisa berjalan dengan kedua kaki ketika pikiran sedang di antah berantah, Raden memutuskan untuk menggendong Anna alabridal style. Para pembantu yang melihat kondisi Anna bisa berubah drastis jadi kebingungan sendiri. Apa yang telah terjadi? Raden hanya menyuruh mereka untuk mengantarkan minuman untuk jaga-jaga jika Anna sudah tidak sesyok ini. "Saya tunggu di kamar," kat
"Dasar anak haram tidak tahu diri!" seru Masya keras. Nafasnya sampai terengah-engah saking semangatnya untuk mengutuk Anna. Sedangkan Anna semakin tertegun. Anak haram? Apakah itu hanya umpatan asal atau ... memang seperti itu? Seandainya Masya tidak melanjutkan ucapannya, sudah pasti Anna hanya mengganggap sebagai angin lalu. "Tentu saja kamu tidak tahu kalau sebenarnya kamu ini anak di luar nikah, kan? Ibumu mengkhianati cinta suamiku saat itu dengan melakukan persetubuhan bersama Ayahmu dan berakhir memiliki dirimu. Seandainya kamu tak pernah ada, maka mungkin Malik tidak akan pernah tahu kalau Ibumu telah mengkhianatinya.” Kembali teringat ulang masa lalu, tanpa sengaja Masya kembali mengumpat yang bukan ditujukan pada Anna. "Dasar wanita jalang." Anna terkejut berat. Ibu kandungnya mengkhianati cinta Malik? Apakah dalam kata lain, Ibunya pernah melakukan perselingkuhan? “Bukankah wajar jika Malik sakit hati setiap kali melihat wajahmu?" Ma
Di pinggir teras ada seorang wanita yang berdiri dan memandangi langit biru. Mata cokelat gelapnya tak mampu beralih dari keindahan langit padahal masih ada hal yang harus dia lakukan. "Hari ini langitnya cantik." Ia pejamkan mata untuk beberapa detik, berusaha menfokuskan telinga untuk mendengarkan suara angin yang menerpa wajahnya serta kesejukan udara hari ini. Barulah ketika dia puas, dia turun ke dapur untuk membuat kopi instan dengan cepat. "Bu Anna mau makan apa?" tanya pembantu yang bertugas mengurus makanan di rumah itu. Anna hanya menjawab seadanya saja, "Terserah kamu. Yang penting bisa dimakan. Raden juga tidak akan pilih-pilih makanan." Kopi instan sudah siap jadi dan segera Anna bawa ke meja dekat sofa. Sekarang di pagi hari ini dia ingin bersantai dengan menonton sesuatu di televisi. Perasaannya berkata, ada sesuatu yang bagus jika dia membuka televisi. Remot hitam diambil dan salah satu tombol ditekan oleh ibu jari Anna. Layar hitam it
Noah sudah menerima kabar bahwa saat ini Malik sedang berurusan dengan polisi akibat kebocoran informasi yang menyebabkan seseorang bisa melapor. Sedikit dia merasa khawatir, tapi tidak benar-benar khawatir. Mungkin kekhawatirannya hanya sekitar sepuluh persen sebagai bentuk simpati. Selain dari itu, bukan urusannya sebab dia tidak pernah berurusan dengan harta benda Setiawan. Toh, meski sudah dua puluh tahun lewat dia dirawat suami istri tersebut, tetap Noah pernah menjadi seorang korban dari kejahatan mereka. Di sela-sela istirahatnya, sang sekretaris mengetuk pintu dan masuk untuk melaporkan bahwa Raden menyampaikan permintaannya untuk makan malam bersama Noah. Tentu saja alasan di baliknya tidak dijelaskan. "Jika Bapak mengiyakan, Bapak bisa menghubungi Pak Raden," beritahunya sebelum keluar lagi dari ruangan. Noah dibuat menerka-nerka dan lebih berhati-hati untuk mengambil langkah selanjutnya. "Apakah dia mengajakku bertemu untuk menyombongkan diri? Kare
"Kak, maafkan aku." Belum apa-apa, tiba-tiba Anna menerima telepon Ariel yang kemudian diisi dengan isakan tangis. Kebingungan, Anna berusaha bertanya selembut mungkin. "Ada apa, Ariel? Kenapa kamu nangis?" Sang adik terus mengatakan hal yang sama. "Maafkan aku." "Oke, oke. Aku akan memaafkan kamu asal kamu kasih tahu dulu, apa yang membuatmu menangis seperti ini?" Jelas pasti ada hal buruk yang menimpa adik keduanya. "Ayah dan Ibu ... Mereka tahu perbuatanku yang menipu para pekerja rumah. Terus mereka bertanya kenapa aku melakukan itu. Ayah sangat menyeramkan. Jadi ... mau tidak mau aku menyebutkan nama Kakak. Maafkan aku." Menipu pekerja rumah? Apakah ini berkaitan dengan hari di mana Raden berusaha memasuki ruang kerja pribadi Malik saat berada di tubuhnya? Kalau memang benar yang dimaksud adalah hari itu, artinya mereka sudah mendapatkan surat panggilan polisi dan sedang mencari tahu apa yang sudah mereka lewatkan. "Kurasa sehabis i
Siapa orang brengsek yang sudah menerobos masuk ruang kerja pribadi miliknya? Malik menghubungi pemimpin dari pengawal yang diam-diam dia sebarkan di sekitar rumah untuk menjaga keamanan. "Apakah ada seseorang yang masuk ke dalam rumah ini ketika tidak ada aku dan Masya?" Mustahil rasanya seseorang berhasil menerobos ruang kerja jika ada Masya. Sang istrinya tidak kalahstrictuntuk melarang siapapun masuk. Reaksi orang yang kali ini ditelepon cukup berbeda dengan orang-orang sebelumnya. Malik sudah berkali-kali mendapat jawaban tidak ada kebocoran apapun, sedangkan pemimpin pengawal kali ini memberitahu, "Saya tidak tahu--" Belum apa-apa Malik sudah mulai dibuat geram. "Tapi, memang ada sesuatu yang terjadi saat Bapak dan Ibu pergi ke luar negeri selama lima hari." "Maksudmu perjalanan bisnis yang terakhir ini?" "Iya. Saat itu, secara tiba-tiba semua pengawal diserang dan untuk beberapa jam kami tidak sadarkan diri. Lalu, s
Air sudah mendidih dan segera dituangkan di teko teh. Selama beberapa menit teh diseduhkan dan kemudian dituang kembali di cangkir keramik. Dengan hati-hati agar tidak tumpah, Masya berjalan menghampiri sang suami dan meletakkan teh di meja samping. Cuaca hari ini cukup bagus. Tidak terlalu panas ataupun hujan, bisa dibilang cukup sejuk bagi ibu kota. Hari ini terlalu damai. "Aku mendengar sesuatu dari Noah," celetuk Malik mendadak sambil menutup koran yang sudah dibaca selama lima belas menit. Setelah koran langganannya kembali terlipat rapi, ia lanjutkan pembicaraan barusan, "Raden hendak melakukan sesuatu padaku. Sudah beberapa minggu ini ada orang-orang di luar pegawai kantornya yang datang ke kantornya. Huh ... Tapi ini aneh. Raden terlihat seperti sengaja membuat kita dan Noah curiga." "Haish, Raden. Kenapa kita harus menikahkan Anna dengan dia, sih? Benar-benar menantu yang merepotkan. Kira-kira apa yang sedang dia rencanakan? Apakah Noah memberi