Secara khusus Anna mencari restoran yang bisa menyewa satu ruang sendiri untuk memberi privasi pada perbincangan mereka. Beruntung, ada banyak restoran di sekitar gedung yang seperti itu. Mereka putuskan untuk berhenti di salah satu restoran mewah Tionghoa.
Ketika masuk, suasana Tionghoa langsung terasa. Tempat untuk makan dibagi menjadi dua bagian. Di sebelah kanan diperuntukkan orang yang tidak bisa duduk di lantai sehingga disediakan kursi setiap meja. Sedangkan di sisi lain dipersiapkan meja dan bantalan kursi khas untuk langsung duduk di lantai. Untuk tanpa kursi, lantai dibuat lebih tinggi daripada lantai dasar.
Khusus ruangan pribadi, ada waitress yang memandu untuk naik ke lantai dua dan memperlihatkan ruangan mana yang akan dipakai. Namun, sebelum diarahkan, waitress akan bertanya terlebih dahulu. "Ingin menggunakan kursi atau duduk dengan bantalan kursi saja?"
Anna menoleh ke orang tua di sampingnya, dia ingin memastikan
Tanpa terasa, meja sudah dipenuhi piring kosong saja. Sebenarnya Anna sudah kekenyangan di pertengahan karena menunya cukup banyak. Namun Adit dengan tegas menyuruh Anna untuk tetap makan dan menghabiskan semuanya. Katanya, tidak baik jika menyia-nyiakan makanan. Ya sudahlah, salah Anna juga yang memilih satu set menu tanpa melihat ulang seberapa banyak porsinya."Ayo kita keluar," ajak Adit.Saat Anna hendak berdiri, tiba-tiba layar ponselnya berkedip-kedip dan mengeluarkan getaran. Cepat-cepat Anna memeriksa siapa si penelepon, rupanya Raden. Merasa tidak mungkin dia menjawab telepon Raden saat bersama Adit, Anna menolak.Di lain sisi, ada Raden yang heran. Seharusnya jika Anna bergerak sesuai jadwalnya, jam segini dia sudah bersantai di rumahnya. Tetapi kenapa Anna malah menolak panggilannya? Sekali lagi Raden menekan nomor telepon ponselnya dan mendapatkan suara membosankan yang sama.Tidak menyerah, Raden membuat ponsel Anna tidak berhenti menyala da
Seperti yang lelaki itu katakan di pesan, dia datang dini hari. Bahkan Anna masih terlelap dalam mimpi saat pintu kamarnya diketuk. Saat mengetahui Raden sudah tiba, dia bergegas mencuci muka dan menggosok gigi. Jantungnya berdetak cepat saat melihat pria yang duduk di sofa dan tengah menggulir layar ipadnya. Ketika mata mereka bertemu, bulu kuduk Anna merinding, jantungnya berdetak cukup kencang. Tatapan mata itu, meski tidak lagi menampakkan sorot kebencian, tapi terasa sangat dingin dibanding akhir-akhir ini. Rasa penasaran berlebihan memang memunculkan petaka, padahal Anna sudah berniat untuk menjadi istri yang lebih baik ke depannya. "Duduk," perintah Raden dengan tegas. Anna duduk di hadapannya sedikit tergesa-gesa dan kemudian menarik nafas panjang. Persidangan singkat langsung dimulai oleh Raden. "Aku menemukan botol racun di tempat pembuangan sampah. Sudah kuduga, kamu sengaja mencelakai diri hanya untuk bertukar tubuh." Malam hari itu, saat
Sebenarnya kehidupan Anna tidak seratus persen tidak mendapat kasih sayang. Beberapa tahun sejak ia lahir, ada orang tua yang sangat memanjakannya. Kakeknya pun memberikan perlakuan terspesial ke dirinya dibanding Elsa. Samar-samar, dia masih ingat beberapa kenangan yang penuh tawa. Ketika Anna membalikkan kepalanya, dia akan mendapati tatapan mata penuh kasih sayang dari dua orang tuanya. Begitu juga saat dirinya menghampiri rengkuhan tangan sang Kakek. Apapun yang dia ceritakan akan didengarkan penuh perhatian. Sebelum kehidupannya berputar 180 derajat, setiap hari hanya dipenuhi canda tawa. Namun, semesta suka mempermainkan seseorang yang bahkan belum menginjak bumi lima tahun secara penuh. Kehidupan yang jahat segera ia dapati di depan mata. Kakeknya sempat menjadi sumber kebahagiaan terakhir setelah orang tua kandung Anna meninggal. Setidaknya Malik dan Masya akan membiarkan dia bermain sesukanya dengan sang Kakek. Selain itu, perlakuan mereka ke Anna ma
"Apa yang ingin kamu katakan sampai-sampai berani untuk pergi ke sini?" Terbalik dengan pertanyaan yang terkesan menyindir, justru Raden memberikan senyuman kecil yang nyaris tak terlihat. Tentu saja Anna melewatkan itu karena sudah jatuh dalam bayang-bayangnya sendiri. Seakan kalimat yang sudah ia rencanakan sebaik mungkin sebelum ke sini tidak pernah ada, wanita itu kelimpungan sendiri. "Aku ... aku ... ingin minta maaf. Setelah aku bercermin seharian, aku sangat menyadari betapa besar kesalahan yang kulakukan kemarin lusa. Maafkan aku, dengan tulus aku berkata." Fyuh, untunglah dia tetap berhasil mengatakannya. Sayang sekali, perkataannya tidak berhasil mengundang respon Raden. Justru pria itu lebih sibuk mengamati tingkah sang istri daripada mendengar ucapannya. Anna menyalahpahami maksud dari tatapan mata Raden, cepat-cepat ia melanjutkan kalimatnya, "Tapi aku sudah terlanjur tahu. Jadi mau bagaimana lagi?" Alis kanan Raden terangkat bing
Menjadi orang yang ditunjuk mendadak sebagai direktur sebuah perusahaan adalah sesuatu yang tidak mungkin bagi siapapun. Apalagi untuk Raden yang saat itu baru berumur tujuh belas tahun. Ini bukan cerita fiksi ala dongeng di mana seseorang bisa meraih kesuksesan di umur yang terlalu muda. Namun, Adit terus berkata, "Tidak apa-apa, Paman akan ada di sisimu. Selain itu, kamu juga tidak langsung menjadi direktur utama. Kamu harus masuk kuliah, kampus terbaik, ke luar negeri, menduduki jabatan sederhana sebelum sungguhan menjadi pemimpin perusahaan itu." Karena Adit merupakan teman akrab Ayahnya yang sangat perhatian, Raden pun percaya. Dia melakukan yang terbaik karena ada beban dari tanggung jawab besar yang kelak diletakkan di punggungnya. Selangkah demi selangkah, tangga demi tangga, hari-hari terus bergulir menjadi baru dalam, matahari terus menerus terbit dan tenggelam. Tiba hari di mana Adit kembali memanggilnya."Ini sudah waktunya. Usiamu saat
Sejak hari meminta maaf, semua terasa lebih melegakan dan menyenangkan. Mungkin hanya Anna yang bisa merasakan hal itu. Biasanya dia tidak hobi menyalakan televisi untuk benar-benar ditonton, tapi karenamood-nya cukup baik, remot yang dipegang sudah menyalakan televisi berukuran 120 inch. Kebetulan saat dia buka, program yang tengah ditayangkan adalah segmen untuk membicarakan para artis. Anna hanya sekedar mengetahui siapa nama artis tersebut dan menilai apakah mereka cukup cantik atau tidak tanpa fokus mendengarkan isi beritanya. Hingga tibalah di salah satu foto artis. Kebetulan, berita mengenai artis itu lebih panjang dibanding artis lain. "Wah, cantik banget! Siapa namanya?" "Melalui penampilan menariknya dalam film berjudul 'Anak Darah', Cathleen Arania berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia. Artis berdarah campuran...." "Oh, pantes aja cantik. Ternyata blasteran," celetuk Anna. Padahal sedaritadi dia tidak memperhatikan
"Sepertinya saya harus segera kembali karena harus mengikuti rapat. Tidak apa-apa jika saya membiarkan anda di sini, kan?" tanya Raden dengan sopan sesudah memeriksa jam tangannya. Tangan Cathleen menyalakan layar ponsel dengan cepat untuk melakukan hal yang sama. Ternyata laki-laki itu sungguhan hanya punya waktu 45 menit saja. Sedangkan sekarang empat puluh menit sudah berlalu sangat cepat dan dia sudah hendak pamit pulang. "Tidak apa-apa," jawab wanita tersebut dengan garis senyuman yang lebar. Saat Raden sudah akan berjalan satu langkah lebih jauh, Cathleen buru-buru menahan tangannya. Raden melihat ke tangan artis dengan tatapan curiga, dengan begitu sang artis langsung menarik tangannya. "Maafkan ketidaksopanan saya." Pria tersebut tidak mengatakan apapun selain membuat garis senyum dan menganggukkan kepala. "Apakah masih ada yang ingin Anda bicarakan?" "Kira-kira ... eum, apa kita bisa bertemu seperti ini lagi?" Anggukan kepala dari pria itu setelah pe
Sebenarnya Raden sudah yakin bahwa dia akan terlalu sibuk untuk bertemu dengan Cathleen lagi. Namun entah kenapa, seperti ada sesuatu yang membuat mereka terus bertemu. Bahkan setelah sebulan berlalu sejak penandatanganan kontrak kerja sama, Raden cenderung lebih sering bertemu dengan Cathleen dibanding istrinya sendiri. Di luar kantor, mereka bisa bertemu secara kebetulan di restoran yang sama. Biasanya Cathleen yang akan menyapa duluan. Jika Raden sedang tidak bertemu siapapun di restoran tersebut, pasti wanita itu menawarkan diri untuk menemani makan. Raden yang sendirian pun akan merasa sedikit tidak enak hati untuk menolak hal tersebut. Mungkin Raden akan merasa kebetulan ini sesuatu yang wajar jika mereka hanya bertemu di luar kantor secara informal. Tapi, ketidakwajaran mulai dirasakan saat Cathleen datang ketika seseorang baru saja membatalkan janji temu dengannya. Setiap kali ditanya kenapa dia ke kantor, ada saja bahasan-bahasan yang menarik mengena
Setelah yang terjadi selama beberapa bulan, waktu terus berjalan. Perlahan namun pasti, semua orang telah beradaptasi pada lingkungan baru dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Salah satunya adalah tokoh utama kisah ini, Raden dan Anna. Sebagai CFO, Raden terus membuat pencapaian baru dan bersama-sama keluarganya di Kusumagroup, perusahaan terus berkembang besar. Sedangkan di rumah, ada Anna yang mencari kegiatan lain untuk mengisi waktunya. Karena itu, akhir-akhir ini dia lebih sering menghabiskan waktu di dapur, gym untuk berolahraga, dan tempat manapun yang nyaman untuk menulis. Sekaligus untuk mendapatkan penghasilan sendiri, Anna membuka usaha katering bersama saudara-saudara perempuannya. Tidak sulit untuk mencari kostumer baru berkat koneksi yang dimiliki Elisa dan Ariel. Selain itu, perihal Masya sesudah Malik mendekam di penjara, dia tinggal sendiri di sebuah satu unit apartemen atas nama Anna di luar kota. Untuk menghindari keributan
Tibalah Elisa, Ariel, dan Erik yang berlebam-lebam di depan rumah Anna. Setelah menunggu konfirmasi, para satpam membukakan pagar untuk mobil mereka masuk ke dalam. Para pembantu yang menyapa mereka terkejut saat melihat Erik keluar. Kenapa ada anak laki-laki yang sedang terluka di antara mereka? Ketika Anna turun dari kamar untuk menyapa sang saudara, dia sama terkejutnya ketika melihat Erik. Cepat-cepat dia mendekati si bungsu dan menyuruh seseorang menelepon dokter. Untuk kali pertamanya dia melihat Erik ada di kondisi selusuh ini. "Apa apa ini? Kok kamu bisa terluka seperti ini?" "Dia bertengkar sama beberapa anak kelas sebelas." "Astaga, pantas saja memar seperti ini." Anna masih fokus pada luka-luka Erik dan mengomel tak seharusnya Erik mengalami luka separah ini. Tetapi dia lebih kaget saat mendengar Elisa berkata, "Lukanya tidak seberapa. Malah Erik sudah membuat tiga murid kelas sebelas dirawat di rumah sakit." "Serius?" Erik yang sel
Seusai memberitahu apa yang pernah terjadi di masa lalu, Masya berhasil dibawa pulang oleh Ariel dan Erik. Mereka berjanji akan mengawasi sang Ibu lebi ketat sehingga Anna tidak perlu takut kejadian tadi akan terulang. Sampai mobil adik-adiknya tak terlihat, Anna masih melamun. Raden berusaha mengajak Anna masuk dengan sangat hati-hati. "Ayo kita kembali masuk." Baru saja mereka melangkah dua kali, badan Anna sudah terhuyung dan nyaris jatuh jika Raden tidak sergap dalam menahan tubuh sang istri. Kemudian setetes air mata berhasil lolos dari mata wanita itu. Tidak mungkin bisa berjalan dengan kedua kaki ketika pikiran sedang di antah berantah, Raden memutuskan untuk menggendong Anna alabridal style. Para pembantu yang melihat kondisi Anna bisa berubah drastis jadi kebingungan sendiri. Apa yang telah terjadi? Raden hanya menyuruh mereka untuk mengantarkan minuman untuk jaga-jaga jika Anna sudah tidak sesyok ini. "Saya tunggu di kamar," kat
"Dasar anak haram tidak tahu diri!" seru Masya keras. Nafasnya sampai terengah-engah saking semangatnya untuk mengutuk Anna. Sedangkan Anna semakin tertegun. Anak haram? Apakah itu hanya umpatan asal atau ... memang seperti itu? Seandainya Masya tidak melanjutkan ucapannya, sudah pasti Anna hanya mengganggap sebagai angin lalu. "Tentu saja kamu tidak tahu kalau sebenarnya kamu ini anak di luar nikah, kan? Ibumu mengkhianati cinta suamiku saat itu dengan melakukan persetubuhan bersama Ayahmu dan berakhir memiliki dirimu. Seandainya kamu tak pernah ada, maka mungkin Malik tidak akan pernah tahu kalau Ibumu telah mengkhianatinya.” Kembali teringat ulang masa lalu, tanpa sengaja Masya kembali mengumpat yang bukan ditujukan pada Anna. "Dasar wanita jalang." Anna terkejut berat. Ibu kandungnya mengkhianati cinta Malik? Apakah dalam kata lain, Ibunya pernah melakukan perselingkuhan? “Bukankah wajar jika Malik sakit hati setiap kali melihat wajahmu?" Ma
Di pinggir teras ada seorang wanita yang berdiri dan memandangi langit biru. Mata cokelat gelapnya tak mampu beralih dari keindahan langit padahal masih ada hal yang harus dia lakukan. "Hari ini langitnya cantik." Ia pejamkan mata untuk beberapa detik, berusaha menfokuskan telinga untuk mendengarkan suara angin yang menerpa wajahnya serta kesejukan udara hari ini. Barulah ketika dia puas, dia turun ke dapur untuk membuat kopi instan dengan cepat. "Bu Anna mau makan apa?" tanya pembantu yang bertugas mengurus makanan di rumah itu. Anna hanya menjawab seadanya saja, "Terserah kamu. Yang penting bisa dimakan. Raden juga tidak akan pilih-pilih makanan." Kopi instan sudah siap jadi dan segera Anna bawa ke meja dekat sofa. Sekarang di pagi hari ini dia ingin bersantai dengan menonton sesuatu di televisi. Perasaannya berkata, ada sesuatu yang bagus jika dia membuka televisi. Remot hitam diambil dan salah satu tombol ditekan oleh ibu jari Anna. Layar hitam it
Noah sudah menerima kabar bahwa saat ini Malik sedang berurusan dengan polisi akibat kebocoran informasi yang menyebabkan seseorang bisa melapor. Sedikit dia merasa khawatir, tapi tidak benar-benar khawatir. Mungkin kekhawatirannya hanya sekitar sepuluh persen sebagai bentuk simpati. Selain dari itu, bukan urusannya sebab dia tidak pernah berurusan dengan harta benda Setiawan. Toh, meski sudah dua puluh tahun lewat dia dirawat suami istri tersebut, tetap Noah pernah menjadi seorang korban dari kejahatan mereka. Di sela-sela istirahatnya, sang sekretaris mengetuk pintu dan masuk untuk melaporkan bahwa Raden menyampaikan permintaannya untuk makan malam bersama Noah. Tentu saja alasan di baliknya tidak dijelaskan. "Jika Bapak mengiyakan, Bapak bisa menghubungi Pak Raden," beritahunya sebelum keluar lagi dari ruangan. Noah dibuat menerka-nerka dan lebih berhati-hati untuk mengambil langkah selanjutnya. "Apakah dia mengajakku bertemu untuk menyombongkan diri? Kare
"Kak, maafkan aku." Belum apa-apa, tiba-tiba Anna menerima telepon Ariel yang kemudian diisi dengan isakan tangis. Kebingungan, Anna berusaha bertanya selembut mungkin. "Ada apa, Ariel? Kenapa kamu nangis?" Sang adik terus mengatakan hal yang sama. "Maafkan aku." "Oke, oke. Aku akan memaafkan kamu asal kamu kasih tahu dulu, apa yang membuatmu menangis seperti ini?" Jelas pasti ada hal buruk yang menimpa adik keduanya. "Ayah dan Ibu ... Mereka tahu perbuatanku yang menipu para pekerja rumah. Terus mereka bertanya kenapa aku melakukan itu. Ayah sangat menyeramkan. Jadi ... mau tidak mau aku menyebutkan nama Kakak. Maafkan aku." Menipu pekerja rumah? Apakah ini berkaitan dengan hari di mana Raden berusaha memasuki ruang kerja pribadi Malik saat berada di tubuhnya? Kalau memang benar yang dimaksud adalah hari itu, artinya mereka sudah mendapatkan surat panggilan polisi dan sedang mencari tahu apa yang sudah mereka lewatkan. "Kurasa sehabis i
Siapa orang brengsek yang sudah menerobos masuk ruang kerja pribadi miliknya? Malik menghubungi pemimpin dari pengawal yang diam-diam dia sebarkan di sekitar rumah untuk menjaga keamanan. "Apakah ada seseorang yang masuk ke dalam rumah ini ketika tidak ada aku dan Masya?" Mustahil rasanya seseorang berhasil menerobos ruang kerja jika ada Masya. Sang istrinya tidak kalahstrictuntuk melarang siapapun masuk. Reaksi orang yang kali ini ditelepon cukup berbeda dengan orang-orang sebelumnya. Malik sudah berkali-kali mendapat jawaban tidak ada kebocoran apapun, sedangkan pemimpin pengawal kali ini memberitahu, "Saya tidak tahu--" Belum apa-apa Malik sudah mulai dibuat geram. "Tapi, memang ada sesuatu yang terjadi saat Bapak dan Ibu pergi ke luar negeri selama lima hari." "Maksudmu perjalanan bisnis yang terakhir ini?" "Iya. Saat itu, secara tiba-tiba semua pengawal diserang dan untuk beberapa jam kami tidak sadarkan diri. Lalu, s
Air sudah mendidih dan segera dituangkan di teko teh. Selama beberapa menit teh diseduhkan dan kemudian dituang kembali di cangkir keramik. Dengan hati-hati agar tidak tumpah, Masya berjalan menghampiri sang suami dan meletakkan teh di meja samping. Cuaca hari ini cukup bagus. Tidak terlalu panas ataupun hujan, bisa dibilang cukup sejuk bagi ibu kota. Hari ini terlalu damai. "Aku mendengar sesuatu dari Noah," celetuk Malik mendadak sambil menutup koran yang sudah dibaca selama lima belas menit. Setelah koran langganannya kembali terlipat rapi, ia lanjutkan pembicaraan barusan, "Raden hendak melakukan sesuatu padaku. Sudah beberapa minggu ini ada orang-orang di luar pegawai kantornya yang datang ke kantornya. Huh ... Tapi ini aneh. Raden terlihat seperti sengaja membuat kita dan Noah curiga." "Haish, Raden. Kenapa kita harus menikahkan Anna dengan dia, sih? Benar-benar menantu yang merepotkan. Kira-kira apa yang sedang dia rencanakan? Apakah Noah memberi