Share

Ketika Istriku Tak Lagi Kerja
Ketika Istriku Tak Lagi Kerja
Penulis: Ucu Nurhami Putri

Part 1

Penulis: Ucu Nurhami Putri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Masuk saja, Pak. Di sini saja." suara Rania mulai terdengar ketika aku sedang istirahat di kamar, karena hari libur.

 

"Nah yang itu bawa aja ke sana." lagi, suara Rania terdengar seperti memberikan komando.

 

Bahkan suara benda yang saling beradu pun terdengar keras.

 

Karena cukup penasaran, aku beranjak dari tempat tidur dan keluar menghampirinya.

 

"Kamu lagi apa, Ma?"

 

"Oh, ini, Mas...."

 

"Barang-barang siapa ini?"

 

"Akulah, Mas. Masa barang orang aku bawa ke dalam? Enggak mungkin," jawabnya tanpa melihatku sekilas pun. Dia kembali sibuk menata barang yang barusan di turunkan.

 

"Darimana ini? Kenapa seperti perlengkapan kantor?" mataku terbelalak ketika melihat benda apa saja yang baru saja dibawa Rani.

 

"Memang, ini semua dari ruanganku," jawabnya enteng.

 

"Kok dibawa ke sini semua? Kayak kamu dipecat aja, Ma." aku mengelus dada.

 

Semoga saja Rania tidak dipecat. Meskipun gajiku besar, tapi kebutuhan rumah ini tidak kalah besar. Apalagi kalau Mama dan dan Ica, adikku sudah minta uang. Habislah sudah.

 

Aku hanya bisa mengandalkan uang gajian Rania untuk makan dan kebutuhan sehari-hari lainnnya.

 

"Aku enggak dipecat, Mas." syukurlah, lagi-lagi aku mengelus dada. Ada rasa lega yang menyeruak. "Tapi aku memundurkan diri!"

 

Dadaku sangat terasa sakit ketika empat kata itu meluncur dari bibirnya, "Jangan becanda kamu, Ma? Enggak mungkin juga kan kamu ngundurin diri."

 

Kian menit, dada ini terasa kian sesak. Semoga saja dua hanya becanda. Ya, pasti dia hanya pura-pura.

 

"Siapa yang becanda, sih. Aku serius!" ucapnya pelan tapi penuh penekanan, apalagi senyuman mautnya yang membuatku yakin kalau dia tidak bekerja.

 

Bagaikan petir yang menyambar di siang hari, aku terpaku melihat Rania yang sibuk menata barang-barangnya.

 

"Aku mau beres-beres dulu!"

 

 

***

 

 

Setelah tahu Rania sudah mengundurkan diri, aku jadi malas untuk berbicara apalagi bermesraan dengannya. Pikiranku kalut dengan masalah kebutuhan Mama dan Ica.

 

"Mama minta uang sepuluh juta ya, Rik, buat pergi berobat," pinta Mama kala itu. Aku sangat kaget ketika mendengar nominalnya, emang berobat sebesar itu?

 

"Kenapa? Kebesaran?" aku hanya mengangguk dengan senyuman.

 

"Ya sudah, sembilan juta sembilan ratus, saja."

 

"Emang berobat semahal itu ya, Ma?"

 

"Iyalah. Ditambah Mama mau arisan dan belanja baju, jadi harus bawa banyak."

 

"Kok baju terus, sih, Ma?"

 

"Mas jangan menyalahkan Mama, karena Mbak Rania di sini yang salah," sahut Ica.

 

"Kok malah Mbak?"

 

"Mbak Rania itu enggak pernah beliin kita baju, semua uangnya dipake untuk keperluannya sendiri. Padahal kita lihatin dia pakai baju baru dan beberapa perhiasan." Ica mulai terisak.

 

Dari sejak itu aku tidak pernah memberikan uang gajianku kepada Rania, hanya sama Mama dan Ica.

 

"Kamu kenapa?" tanya Bara, dia adalah sahabatku satu-satunya.

 

"Pusing."

 

"Bukannya tiap hati?" ledeknya tersenyum.

 

"Kali ini meningkat ribuan kali."

 

"Kenapa lagi, sih?" Bara menarik kursi di sampingku dan duduk. Dia memang paling mengerti.

 

"Rania mengundurkan diri dari kantornya."

 

"Ya bagus dong. Berarti dia punya banyak waktu untuk di rumah dan mengurusmu."

 

"Bukan itu masakan, tapi bagaimana nanti aku memenuhi kebutuhan keluarga?" 

 

"Maksudnya?" Bara menautkan kedua alisnya.

 

"Gajiku tidak cukup jika harus memenuhi kebutuhan keluarga," ucapku pelan.

 

"Terus kau gunakan untuk apa uangmu?" Bara terlihat marah.

 

"Untuk Mamaku dan Ica."

 

"Astagfirullah, Riko. Kamu sudah melakukan tidak adil sama istri kamu." Bara menghela napas panjang.

 

"Jika uang yang kita punya hanya sedikit, maka cukupkan dulu kebutuhanmu dan istri. Kalau ada lebih, baru mama dan adikmu. Karena istri adalah tanggung jawab kamu yang paling utama." Bara terlihat kecewa.

 

Jadi maksudnya uangku lebih baik dihabiskan oleh istriku? Tapi bagaimana dengan mama dan adikku nanti? Tidak bisa!

 

 

 

 

Lanjut? Jangan lupa subscribe ya😘😘

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dyah Astri Andriyani
heleh...baru ngintip bab awal aja udah buanyak typo...dahlah
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
biarpun sgudang gajimu tdk akan pernah cukup memenuhi kebutuhan dan gaya hidup mama dan adikmu...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 2

    Seluruh gajiku untuk mamakuPerkataan Bara beberapa hari lalu masih terngiang, aku masih bingung dan serba salah. Untung saja kebutuhan untuk beberapa hari ke depan masih ada, cukup sampai aku gajian nanti. Hubunganku dengan Rania juga sedikit merenggang.Pokoknya semenjak dia mengatakan sudah mengundurkan diri, aku menjadi enggan untuk bercakap-cakap sebelum tidur ataupun melihat senyumannya.Semua itu terasa hampa."Kamu kenapa lagi?" Bara menatapku tajam membuat nyaliku sedikit ciut.Bara adalah orang yang menguasai bela diri, larinya pun sangat cepat. Bahkan ada teman istrinya yang dia bawa lari seperti angin, sampai orang itu tidak sadar kalau dirinya sudah dipindahkan Bara."Sudah baikan belum sama Rania?" tanyanya. Kali ini dia tidak duduk, tapi membungkukkan badann

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 3

    "Baiklah, kalau begitu ceraikan aku sekarang!" ucapnya penuh penekanan. "Jadi kau bisa hidup dengan mamamu."Plakkk....Refleks, aku menampar wajah cantiknya di sebelah kiri."Maafkan Mas, Rania," lirihku menyesal."Aku tidak butuh maafmu, Mas. Aku hanya butuh kata talak!" Rania menatapku tajam, rasa hormat yang selalu dia tunjukan seketika hilang."Kau sendiri yang buat aku begini, Rania! Jadi, jangan salahkan aku," tanpa bisa menguasai emosi, aku malah membuat suasana Rania semakin jelek."Terserah!"Hanya sepatah kata yang keluar dari mulutnya, lalu melenggang pergi. Mau kemana dia?Malam sudah semakin larut, tapi masih belum ada tanda-tanda kalau Rania akan pulang. Ya sud

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 4

    Jangan lupa subscribe, ya agar selalu mendapatkan notifikasi update jika ada part baru🤗#Saat istriku tak lagi kerjaSetelah perkataan Rania yang mengejekku agar mencari istri yang baru dengan sifat sabar dalam mengurus Mama dan Ica, aku mulai mendekati beberapa wanita. Baik di sosial media, ataupun teman-teman kerja."Kamu ngapain tadi pake gombalin Nita?" dengan tubuhnya yang kurus dengan sorot mata tajamnya, Bara menghampiriku."Aku enggak gombal.""Kau!" Bara semakin melebarkan matanya ketika mendengar perbuatanku."Kenapa kaget gitu? Bukankah lebih banyak lebih baik?" Daripada melihatnya emosi seperti ini, aku memilih mencari aman dengan memintanya duduk dan membuatkan segelas kopi kesukaannya."Sekeras apapun usahamu untuk meredakan amarahku,

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 5 (Malu, gak?)

    ”Sepertinya di sini ada hantu, Ma," rengek Ica, wajahnya tampak ketakutan."Ngaco, kamu!" Mama menepis tangan Ica yang akan memegang tangannya."Kalau bu-bukan, mana mungkin Mbak Rania gak ada di sini?" ucapnya sambil melihat seisi kamar dengan tatapan takut."Dia pasti ada di sini, mana ada suara tanpa ada wujudnya," suara Mama juga terdengar gemetaran.Aku hanya diam. Ada rasa aneh, antara percaya dan tidak."Nah, itu maksudku," jawab Ica membenarkan.Mama dan Ica mulai gemetar, berbeda dengan aku yang justru semakin curiga kalau Raya sedang menyembunyikan sesuatu yang tidak aku ketahui."Ayo kita keluar, Ma?" Ica terus menempel pada Mama."Bentar dulu, kita harus mencari perhiasan Rania dulu."Mendenga

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 6

    tika kepercayaan sudah hancur, maka sudah tidak ada lagi yang perlu dipertahankan." Rania***"Seluruh gajiku bukan untukmu, tapi mama dan adikku!" ucapnya kala itu. Aku yang baru pertama kali dibentak olehnya yang berstatus suami, membuatku kalut dan tidak bisa berbuat apapun.Bagaimana bisa seorang suami mengatakan itu."Puas kamu, Rani. Akhirnya kamu menuai apa yang ditanam," cibir Ibu mertua, mamanya suamiku.Kenapa aku bilang mencibir, karena aku tahu kalau wanita itu bermuka dua."Ma, kurang apa aku selama ini? Katakan!" teriakku kehilangan kendali. Tepat pada saat itu, Mas Riko pulang. Dia mendengar dan melihatku membentak."Rania, hentikan perkataanmu!" wajahnya merah padam dan teriakannya membuatku takut. Bisa-bisanya aku m

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 7

    “Aku sendiri juga masih bingung, tidak bisa membedakan yang tulus dan modus. Apalagi apa itu air mata buaya." Riko.***"Kenapa matamu tadi? Kelilipan?" tanyaku pada Rania, ada rasa gengsi jika aku harus mengatakan 'nangis,' jadi aku memilih jalur aman."Enggak, aku hanya sedikit keberatan dengan cara Mama melarangku untuk tidak memasang pintu," ucapnya lemah.Memang aku tidak terbiasa melihatnya seperti ini. Biasanya juga berani dan tidak jarang dia berbicara dengan cara membentak. Baik itu sama Mama, apalagi Ica. Jadi aku malah heran kalau Rania banyak diam atau mengalah."Ya, sudah, Mas mohon kamu bisa ngalah sama Mama. Walau bagaimanapun umurnya sudah tua, dan ibu dari suamimu. Jadi kamu harus bisa menghargainya," jelasku

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 8 - Makan Tuh Cinta

    "Setia, ya?" Pak Dirga menatapku lekat, seolah dia sedang memikirkan sesuatu yang menyenangkan. "Tentu saja, Pak. Dia adalah wanita yang langka,” jawabku bangga. Tentu saja kebenarannya memang seperti itu, buktinya dia tetap mau menempel padaku. Padahal kan dia juga sudah tahu kalau mamaku dan Ica hanya sering merajuk padaku. "Oh, ya sudah, kalau seperti itu. Aku juga berharap kau juga bisa setia dan menjadi orang yang langka," ucapnya berpesan. ”Tentu saja", jawabku dalam hati. "Karena kalau tidak, mungkin saja akan ada laki-laki yang datang dan membuat istrimu berpaling darimu," lanjutnya membuatku bingung. "Kau ini!" Bara menginjak kakiku, untunglah aku sudah menjauhkan kaki indahku ini sebelum dia menginjaknya. "Kenapa? Kalau mau tanya, tanya

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 9 -

    "Preman? Aku tidak yakin kalau ibu itu jujur?" ucapku pada Rania yang sedang menatapku dengan tatapan mengejek."Apa kau masih tidak percaya, Mas?" tanya Rania dengan tatapan semakin mengejekku."Apa kau juga masih belum puas mengejekku seperti itu?" gerutuku kesal.Kini, Rania malah tertawa terbahak-bahak. Apa ini sikap istri shalihah? Perasaan dalam film-film, istri shalihah tidak akan tertawa di atas penderitaan suaminya.Rania kini sudah berhenti tertawa, matanya menatapku lekat, "Mas, jika kamu meragukan ibu itu, sama seperti kamu meragukan ibumu sendiri.""Cukup! Jangan samakan Mamaku dengan ibu-ibu yang tidak jelas itu," bentakku keras."Kau boleh melarangku untuk menyamakan, tapi di sini, aku hanya menilai mereka sama-sama seorang

Bab terbaru

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 54 Akhir Cerita

    PoV Riko"Meskipun dia Surya, perkataannya pasti tidak serius. Aku berani bertaruh kalau dia hanya becanda." Bara menepuk pundakku dengan sangat keras. Padahal jelas-jelas barusan suaranya Mas Surya terdengar sangat mengerikan."Perkataannya sangat menakutkan, mana mungkin hanya becanda." tegasku menepuk pundak Bara dengan keras. "Lagipula selama ini aku tidak pernah mendengarnya berbicara menakutkan begini." lanjutku yakin.Bara menatapku sekilas, lalu matanya terlihat mencari di mana keberadaan laki-laki yang mirip dengan Mas Surya itu. Suaranya pun kini sudah tidak terdengar. Aku akui penciumannya memang tajam, tapi bukankah anjing pengendus saja seringkali salah? Apalagi dengan Bara.Dia tiba-tiba menatapku dengan tajam. "Jangan samakan aku dengan hewan, sebelum menyamakan, sepertinya anda lebih cocok dibandingkan dengan hewan daripada aku," ucapnya sambil menyeringai."Maaf, aku hanya menyamankan penciumanmu. Bukan orangnya." Aku menjawab jujur. Bagaimana mungkin berani memprovo

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 53

    "Hai, Ran!" sapaku pada Rania sambil melambaikan tangan. Ia pun demikian, bahkan bibirnya dihiasi senyuman yang manis."Mau ke ruangan Pak Dirga?" tanyaku lirih sambil menyeimbangi langkahnya."Tentu saja, memangnya mau ketemu siapa lagi. Masa sih man-tan suami?" ucap Rania terkekeh, entah kenapa hatiku merasa tersentil ketika mendengarnya, seolah perkataan itu memang ditujukan untukku."Hehehe, mungkin aja, Ran. Kupikir juga begitu." Aku sengaja bersikap percaya diri, jangan sampai dia tahu kalau aku masih memendam perasaan yang teramat dalam padanya.Untung saja Mas Surya membawaku ke rumahnya, jadi tidak melihat bidadari ini setiap waktu."Hah? Gak mungkinlah aku begitu, Dik Riko!" jawabnya malah meledekku.Tanpa bisa dipungkiri dia benar, statusku sekarang hanyalah adik iparnya. Rasanya hatiku semakin sakit, begitu juga ada ini. Sangat sesak."Hai, Sayang!" sama Mas Dirga dari dalam, tepat di depan pintu ruangannya.Ruanganku dengannya memang berdampingan, sudah pasti hati ini aka

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 52

    Dengan langkah yang terburu-buru, kami langsung masuk ke dalam rumah Rania yang ternyata beberapa orang sudah berkumpul di ruang keluarga."Apa benar Tante Nesya ada sangkut pautnya dengan semua kasus ini?" tanya Mas Surya serius. Pasalnya kita semua memang tidak ingin lagi terjadi hal-hal yang sangat merugikan kita.Semua orang terdiam. Mereka hanya meminta kita duduk dengan pelan dan kembali menatap Tante Nesya dengan tatapan yang aku sendiri tidak tahu.Aku merasa tidak mungkin, bahkan mustahil kalau semua yang telah terjadi adalah perbuatannya. Apalagi jika mengingat kalau dia adalah bibi dari Mas Dirga."Jelaskan semuanya, Tan!" suara Mas Dirga terdengar dingin dan pelan. Tapi membuat kita semua bergetar.Selama ini dia memang tegas, tapi masih ada humornya. Namun, jika dilihat sekarang sepertinya tidak.Tante Nesya menatap kami satu persatu dengan tatapan kejam. Seolah kita yang sudah melakukan tindakan kekerasan, sepertinya orang ini memang tidak sesederhana yang terlihat."Apa

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 51

    Kami kembali terdiam ketika Zein tiba-tiba datang dan memberikan informasi yang membuat kita terkejut.Bagaimana tidak, Ica, gadis yang selama ini aku sayangi, dan selalu menjadi prioritas utama wanita yang selama ini menjadi ibu angkatku ternyata hanya seorang anak angkat.Sama seperti aku dan juga Mas Surya."Apa jangan-jangan dia adik kandungmu?" tanya Rania kepada laki-laki yang dulu adalah Bosku, ternyata kakak sepupu itu dengan nada yang terdengar seperti tuduhan.Ternyata dunia itu sempit, ya."Enggak lah. Enak aja. Mana ada aku punya adek begitu." Mas Dirga menolak dengan tegas.Tapi jawabannya malah membuat Mas Surya semakin penasaran tentang hubungan Mas Dirga dengan Ica. Semua itu terlihat dari bagaimana caranya dia menatap."Bisa aja kan ya?" Rania tetap kekeh dengan apa yang disampaikannya tadi.Aku sendiri tidak tahu mana yang sebenarnya. Sekarang sebelum ada bukti, aku belum bisa percaya. Banyak yang terjadi begitu saja."Jangan tuduh aku seperti itu!" Mas Dirga tetap b

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 50

    PoV Rania "Om Rio!" seruku ketika melihat pelaku yang mencoba untuk membakar kantor pusat Papa. Benar-benar Om Rio sungguhan. Semua orang terperanjat ketika mendengarnya. Mana mungkin penjahat ini adalah adik papaku yang baik hati? "Aku sangat tidak menyangka kalau kamu bisa melakukan hal keji seperti ini, Rio!" suara Papa terdengar menggelegar. Mas Dirga, aku, dan yang lainnya langsung berjalan mundur, agar kakak-beradik ini lebih leluasa untuk bicara. "Keji? Kau yang keji. Dasar manusia hina!" laki-laki yang aku kenal baik itu pun bersuara. Padahal dari tadi dia hanya diam dan menunduk. Papa terlihat semakin geram, "Hukum saja orang ini selama-lamanya, Pak," ucap Papa pada petugas kepolisian. "Baik, Pak. Kami hanya menunggu kedatangan Bapak selaku anggota keluarga pelaku," jawab Pak polisi dengan tegas. "Kami akan menahan Pak Rio sesuai dengan hukum yang berlaku!" lanjutnya yang membuat kami semua tersenyum sekaligus bingung. Terutama aku. Apa masalah sebenarnya yang ada

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 49

    PoV Rania"Kenapa, Mas?" tanyaku tanpa rasa bersalah. Memang laki-laki itu begini, ya. Ketika dikejar, malah menjauh. Eh, pas ditinggalkan malah mendekat.Ribet, deh.Kucoba untuk mengatur napas yang naik turun. Jangan sampai Mas Dirga tahu kalau aku hanya sekadar melakukan tes. Bisa bahaya."Aku tak suka kamu mendekati istri kakak sepupumu, Riko," ucapnya dengan nada tetap tenang.Masa iya dia masih terlihat adem ayem melihat istri dan anaknya dekat sama mantan suami. Bukankah harusnya kepanasan, ya? Gak tahu lah.Tapi kuyakin di dalam lubuk hatinya yang dalam pasti cemburu."Aku belum mengakui kalau kau adalah kakak sepupuku!" Mas Riko menatap suamiku sengit.Tapi aku tidak keberatan, Mas Dirga memang berhak mendapatkannya. Tadi dia sudah sok manis di depan Anggi."Bodo amat!""Kamu kok gak tanya kenapa Mas gak kerja?" tanya Mas Riko yang bersemangat untuk mendekat."Cukup! Aku suaminya, dia juga gak tanya kenapa aku gak kerja. Ngapain harus tanya anak tengil kayak kamu!" geram Mas

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 48

    Aku terus saja menatap Zein dengan tatapan membunuh. Memang sudah lama aku kesal padanya, apalagi ketika dengan beraninya dia memintaku untuk menjadi seorang istri.Dasar.Padahal jelas-jelas mamanya tidak akan setuju jika aku jadi menantunya. Karena keluarga besar Zein selalu menganggapku sebagai putri kesayangan mereka.Tatapanku semakin tajam ketika Mama dan Papa semakin antusias mendengarkan perkataannya yang sama sekali tidak masuk diakal. Nyesel dulu aku selalu menceritakan tentang diriku yang konyol hanya untuk mendapatkan perhatian Mas Dirga.Dulu aku memang sekonyol itu, sih. Tapi kan sekarang intinya sudah enggak dan Mas Dirga sudah menjadi milikku."Bahkan Rania itu berkali-kali mengancam perempuan yang pernah dekat dengan Mas Dirga," ucapnya dengan dibarengi gelak tawa.Ingin rasanya aku mencabik bibirnya itu sekarang juga.Siapa suruh punya mulut itu pandai berbicara keburukan orang. Ih, bikin kesal saja.Aku tiba-tiba berdiri dari duduk dan menghampirinya. "Cukup! Aku

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 47

    PoV Rania"Rizky mana, Ma?" tanyaku pada Mama yang sedang membaca sebuah majalah populer."Oh, tadi dibawa Bibi Nesya. Katanya kangen. Padahal baru beberapa hari ya, Ran," ucapnya hanya menoleh sekilas padaku.Deg ... kenapa Bibi Nesya ingin membawa Rizky?Pikiranku mendadak kacau, perasan ini sangat menyakitkan. Bukan aku berpikiran yang negatif terhadap keluarga suami.Bukan.Tapi ini menyangkut keselamatan.Entah kenapa aku selalu ragu kalau Bibi Nesya meminta Rizky. Bahkan dikali pertama saja dia sudah mengecewakan kita.Sekarang apa lagi."Tenanglah, katanya tidak akan lama," ucap Mama lagi tanpa rasa khawatir sedikit pun.Naluri seorang ibu mengatakan kalau ini bukan pertanda hal yang baik-baik saja. Apalagi dia tahu kalau Rizky adalah anak Mas Riko. Bahkan masih menjalin hubungan baik dengan Bu Retno.Sungguh tidak habis pikir dengan pikirannya. Jelas-jelas Bu Retno-lah penyebab di balik kematian beberapa anggota keluarganya."Assalamu'alaikum."Suara salam Mas Durga dan Papa m

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 46

    Aku terkejut setengah mati dengan tindakan yang Bu Retno lakukan ini. Embel-embel 'Mama' pun juga hilang. Rasanya hati nurani ini menolak untuk berkata yang baik-baik padanya.Tapi berbeda dengan Mas Surya, dia sangat terlihat tenang. "Kembalikan anakku!" teriak Rania dengan mata yang sembab. Entah dari kapan dia menangis, karena penampilannya saja sudah terlihat berantakan."Aku tunggu keputusannya, terserah Tante pilih yang mana. Tapi seharusnya tahu kan jalan terbaik mana yang harus ditempuh?" tanya Dirga dengan dengan tatapan yang sama tenang dari Mas Surya.Sungguh di luar dugaan, kalau ternyata Pak Dirga adalah kakak sepupu kita."Tidak! Aku tidak akan membiarkan kalian mendapatkan kebahagiaan di atas lukaku!" teriak Bu Retno yang menatap kami satu persatu dengan tatapan tajamnya."Atas dasar apa orang lain mempunyai anak laki-laki, sementara aku hanya punya perempuan?" lanjutnya yang terdengar sangat kecewa."Itu semua adalah takdir, aku pun hanya punya Rania. Bukankah dia wan

DMCA.com Protection Status