Share

Bab 67

Penulis: Silla Defaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Yoga, hari ini kamu gajian, kan? Mana uangnya? Ibu udah pengen beliin banyak kebutuhan, nih. Apa-apa udah habis semua. Kulkas udah kosong, bahkan Kemarin Ibu udah pinjem sama Bu Lala uang sejumlah lima ratus ribu untuk beli lauk. Karena kamu gajiannya hari ini , maka ibu bilang sana Nu Lala hari ini ibu akan bayarin." Bu Lasmi menghampiri putranya yang baru saja pulang dari kantor.

Yang ditanya malah diam termenung. Yoga melepas kemeja yang ia pakai, lalu menaruhnya ke atas sofa. Terlihat laki-laki itu kurang bersemangat. Seperti ada kekalutan yang Yoga simpan.

"Kok kamu malah diam, Nak? Mana jatah bulanan buat ibu? Ibu pengen ditambah dikit lagiya jumlahnya. Kamu tahu sendiri, kebutuhan bulan ini bertambah. Oh ya sekalian jatah buat Riana juga jangan lupa." ujar Bu Lasmi mendekat.

Yoga semakin panik.

"Bagaimana bisa aku kasih jatah bulanan lebih banyak buat ibu, Bu? Uang gajiku bulan ini ajah cuma cukup buat bayar utang sama teman." ucapan Yoga tak bersemangat.

Bu Lasmi berdecak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Radiah Radiah
masih ada lanjutannya gak sih kak nungguin ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 68

    Ucapan Lia mengganggu bagi Yoga."Kenapa Lia malah berkata seperti itu? Apa dia masih nggak bisa menghargai uang pemberianku dulu? Bodohnya aku nanyaain itu sama dia. Orang yang berhati jelek kayak Lia tidak akan pernah berubah. Huuuh! Mungkin dia sesekali masih terbakar api cemburu sama Riana kali ya." pikir Yoga"Gak usah ngomong kayak gitu, Lia! Nggak usah ngeremehin ibu aku. Sebenarnya ibu bukannnya nggak bisa ngatur uang dua juta untuk sebulan kayak yang kamu lakukan selama ini, Lia! Tapi ibu memang harus menggunakan uang itu buat bayarin utang." ujar Yoga berkata kesal."Ya udah kalau gitu, kamu udah tahu kalau uangnya habis buat bayar utang. Buat apalagi kamu nanya ke aku, Mas? Kalo kamu udah tahu penyebabnya adalah hutang, maka ada baiknya kalian kurangi ajah tuh ngutang. Aku nggak tahu kalau ternyata kalian banyak ambil utang. Tapi ya udahlah, itu kan pilihan hidup kalian. Eh maaf ya, Mas. Kalau ucapanku agak kurang berkenan." Lia merendahkan kembali nada suaranya di penghuju

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 69

    "Aku akan cari tahu sendiri siapa yang punya toko ini. Aku gak perlu sama bantuan kamu! Memangnya kamu mau apa? Bosmu nggak akan mau bicara akrab sama kampungan kayak kamu! Huuh! Mungkin saja pemilik toko ini masih kenal sama Yoga, putraku. Soalnya putraku rata-rata punya kenalan orang kaya." ucap Bu Lasmi percaya diri.Lia mengeleng-gelengkan kepala. Kebanggaan Bu Lasmi akan putranya terlalu melambung tinggi.Sampai-sampai membuat wanita paruh baya itu punya rasa kepercayaan diri yang terlalu memaksa.Lia ingin tertawa sebenarnya. Tapi ia menahan agar tawa itu tidak pecah."Ya, aku juga yakin sekali kalo Yoga mengenali siapa si empunya toko ini, Bu! Dan saya yakin betul kalian berdua memang mengenali si pemilik toko ini dengan baik." ujar Lia tersenyum tipis."Ya tentu saja! Aku yakin kamu bisa menebaknya, Lia. Karena kamu juga tahu sendiri Kalau kami kenal banyak sama orang-orang kaya di daerah sini." Bu Lasmi kembali menyombongkan diri."Awas aja nanti kalau kamu akan dipecat den

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 70

    Lia mengayunkan kaki turun dari sepeda motornya. Turun dari sepeda motor, Lia disambut oleh sebuah pemandangan yang cukup membuatnya mengernyitkan dahi. Bagaimana tidak, di teras rumah seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan Lia dengan berkacak pinggang. Siapa lagi wanita paruh baya itu, kalau bukan Bu Lasmi.Tapi perhatian Lia bukan hanya tertuju pada Bu Lasmi yang tengah menatap sinis, melainkan kepada seonggok tas-tas barang yang bertumpuk-tumpuk di pojok teras. "Lia! Ini pakaian-pakaianmu dan juga pakaian anakmu! Sudah kuberesin semuanya dan bahkan sudah kubantu buat bawain semua pakaian kalian keluar!" ucap Bu Lasmi menunjuk ke arah onggokan-onggokan tas-tas di sampingnya."Jadi, ini dalam tas pakaianku dan Chika? Begitu?" Lia bertanya tak percaya."Benar sekali! Ini semua adalah pakaian kamu dan juga anakmu!" sahut Bu Lasmi tegas dan arrogant.Lia menarik nafas dalam-dalam."Kalian benar-benar mengusirku dan Chika?""Ya, kami mengusir kalian! Lebih tepatnya aku yang

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 71

    "Riana, hari ini Mas gajian, Sayang. Kamu mau dibeliin apa?" Yoga merangkul pundak Riana."Eh, beneran hari ini Mas gajian? Auto punya duit banyak nih kayaknya." senyum Riana."Iya tentu, Sayang. Makanya aku tawarin calon istriku ini mau minta dibeliin apa?" Yoga tersenyum lebar."Serius mau traktir aku, Mas?""Ya iya dong, Sayang. Masa Mas bohongin kamu." Yoga mencubit gemas pipi mulus milik Riana. Hingga membuat muka mulus itu bersemu merah manja."Hmm... Mas marah nggak kalau seandainya aku minta dibeliin sesuatu dan agak mahalan dikit gitu?" sebuah tanya yang terlontar dengan rada manja meluncur dari bibir merona Riana."Tentu saja boleh, Sayang. Kan mas sendiri tadi yang minta kamu nyebutin mau dibeliin apa." jawab Yoga bersahaja."Hmm... Gini, Mas. Kemarin kan aku jalan sama teman. Nah aku nemenin dia ke sebuah toko tas yang baru saja merilis barang baru. Mas tau nggak, keren-keren banget tuh tas keluaran terbarunya. Semua barang-barang yang mereka jual juga original, asli, buka

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 72

    Yoga tidak sadar jikalau sambungan panggilan dari ponselnya sudah terputus."Lia ingin menceraikan aku? Dia yang ingin mengurus perceraian? Apa mungkin wanita kampungan itu punya uang cukup?" Yoga berusaha menemukan jawaban.Cukup lama pria itu berpikir dan memperkirakan dari mana kira-kira Lia mendapatkan uang.Tiba-tiba laki-laki itu menepuk jidatnya."Atau, atau apa mungkin Lia udah berubah haluan profesi sekarang? Jangan-jangan dia udah berprofesi menjadi wanita pemuas nafsu b*rahi laki-laki hidung belang? Oh ya Tuhan..! Mengapa aku tidak berpikir sebelumnya? B*dohnya aku. Kalau bukan dari pekerjaan seperti itu, dari mana Lia bisa mendapatkan uang? Penghasilannya juga yang hanya bekerja di toko pastilah tidak seberapa. Belum lagi dia harus memikirkan biaya sekolah Chika. Aduh bener-bener deh, pasti itu pekerjaannya sekarang." Yoga akhirnya menemukan sebuah jawaban yang dianggap nya benar-benar masuk akal dan bisa dipercaya."Hanya itu jalan satu-satunya bagi wanita itu buat bisa

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 73

    Maaf, pembacaku tersayang, koinnya agak mahal karena babnya panjang ya, hehee"Bu minta tolong cuciin baju aku dong. Aku nggak sempet lagi cuciin tuh baju. Soalnyo hari ini kuliah saya masuk pagi." ucap Melisa sambil memoleskan make up pada wajahnya.Bu Lasmi yang mendengar perintah putri bungsunya terlihat melengos."Masa ibu semua yang cuciin baju kalian. Ini baju Riana udah numpuk juga harus ibu cuciin. Kalo ini Ibu maklum sih karena Riana emang harus masuk pagi hari ini. Sedangkan kamu kan boleh agak siangan dikit kuliahnya. Kenapa kamu nggak cuci ajah dulu baju kamu, Mel.""Ibu nggak keberatan sih, tapi masa iya semua baju kalian ibu yang cuci? Mana semuanya harus cuci manual pakai tangan." Bu Lasmi mengeluh.Ya memang sejak beberapa hari yang lalu, keluarga itu terpaksa mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga secara manual. Sebab semua barang-barang elektronik yang ada di rumah tersebut sudah dibawa oleh Lia. Yang pasti kerepotan sebdiri adalah Bu Lasmi."Ibu kok tega bilang gi

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 74

    Matahari sudah mulai condong ke barat. Melisa dan Bu Lasmi sudah menunggu kedatangan Yoga."Kenapa Yoga malah lambat banget pulangnya ya, Bu? Kan hari ini duitnya udah cair." Melisa protes dengan mukanya yang cemberut."Iya, kalo begini caranya gagal deh hari ini kita mau belanja." Bu Lasmi tak kalah protes dengan keterlambatan Yoga."Bentar Bu, biar kucoba buat telepon kak Yoga dulu."Melisa lalu sibuk menscroll layar gadgetnya."Halo, Kak, ini udah sore kok belum juga pulang? Padahal aku sama ibu udah berencana pengen mulai beli-beli perabotan hari ini."Melisa langsung berkoar-koar menunjukkan protes."Iya, iya sabar, Mel. Ini Kakak sedang nganterin Riana ke butik buat beli pakaian baru." dengan santainya Yoga menjawab dari seberang sana."Oalah kalian udah ke butik toh?" suara Bu Lasmi seraya merebut ponsel dari tangan Melisa."Iya, Bu. Ini calon menantu Ibu pengen minta dibeliin pakaian baru. Ya udah aku ajakin aja dia ke butik. Oh ya, Sebenarnya aku udah pulang dari tadi, Bu.

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 75

    "Dari mana Lia bisa tahu kalau kita meminjam uang?" Bu Lasmi bergumam Lirih."Aku juga nggak tahu dari mana, Bu! Ah nggak usah terlalu dipikirinlah, Bu. Mungkin dia cuma main menebak-nebak aja." Melisa mencoba untuk ngeles.Memang ada secuil rasa janggal di benak Melisa. tapi mengingat keadaan Lia yang menurutnya kampungan dan tidak tahu apa-apa, membuat Melisa segera membuang jauh-jauh rasa janggal itu."Oh iya ya, mungkin aja dia cuma menebak-nebak doang. Pokoknya jangan sampai deh dia tahu kalau kita neli apa-apa dari hasil dari pinjem ke bank." tutur Bu Lasmi. Ruang keluarga yang mereka tempati seakan menjadi saksi bisu atas obrolan-obrolan konyol mereka tentang Lia.Sedang tengah sibuk membicarakan kejelekan dan keburukan Lia, mobil yang mereja tunggu-tunggu ternyata sudah terlihat memasuki halaman.Melisa melirik jam. sudah sore rupanya."Nah itu dia, kak Yoga sama Mbak Riana udah pulang, Bu." dengan semangat empat lima Melissa menunjuk ke arah luar.terlihatlah di luar sana Ri

Bab terbaru

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 153 Akhir

    Beberapa tahun kemudian, setelah sekian lama hidup dalam jeruji besi, Bu Lasmi dan Yoga keluar dalam keadaan menanggung kemiskinan.keadaan jauh lebih sulit. Tak ada rumah untuk Bernaung dan tak ada tempat untuk pekerjaan.Sedangkan Melissa, sekarang anak itu harus meringkuk di sudut ruangan sempit di pojok ruang kontrakan. Tak ada lagi yang bisa di harapkan dari gadis itu. Penyakit HIV yang menyerangnya membuatnya tak bisa melakukan apa-apa. Penyakit yang menggerogoti Melissa juga membuat orang-orang menjauh dari mereka. Mereka di kucilkan.Sementara Bu Lasmi yang juga sudah menua dan tulang punggung yang membungkuk juga tak bisa melakukan apa-apa. Keadaan yang benar-benar menyedihkan. Seiring usia tua yang menyongsong hidupnya, telinga Bu Lasmi tak bisa lagi berfungsi dengan baik, begitupun dengan indera penglihatan yang ia miliki. Wanita yang dulu selalu mau menang sendiri tersebut harus menerima takdirnya sebagai wanita tua yang tuli dan hampir buta.Akhirnya dengan segala perti

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 152

    Sementara itu, di sebuah gedung yang cukup mewah, sebuah pesta pernikahan di adakan. Dengan dekorasi yang menawan dan elegan, pesta perayaan itu terlihat begitu megah.Di deretan parkir, deretan mobil mewah berjejer, menunjukkan bahwa sebagian besar tamu yang hadir di sana bukanlah orang biasa.Benar-benar luar biasa.Yoga yang kebetulan baru saja datang ke kota Jakarta dengan harapan akan mendapatkan pekerjaan lebih baik, untuk pertama kalinya harus puas dengan menyandang tugas sebagai satpam di acara pernikahan tersebut."Mewah banget acara pernikahannya ya." celetuk teman Yoga."Iya bener, baru sekali ini sih aku melihat pesta pernikahan semewah ini. Wajar kalau bayaran kita gede. Ternyata sesuai sih sama kemewahan pestanya." Yoga menimpali."Ya iyalah, mereka bayarin kita gede. Toh kedua mempelainya memang berasal dari keluarga kaya semua, kok. Masa keluarga konglomerat bayarin kita kecil. Tuh liat tamu-tamu mereka! Rata-rata pakai mobil bagus kan. Tamu-tamu Mereka emang orang pen

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 151

    Lia memegang kepalanya. Lia merasakan kepalanya sedikit pusing. Terasa kurang nyaman. Akhirnya, dengan menggunakan sepeda motornya, Lia memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan, Lia merasakan pusing di kepalanya semakin menjadi-jadi. “Aduuh! sepertinya aku harus berhenti dulu.” Lia meminggirkan sepeda motornya.Lia memegang kepalanya. Lia bisa merasakan keningnya panas.“Ada apa denganku? Mengapa tubuhku seperti ini?”“Seharusnya aku harus sampai di rumah lebih cepat.” batin Lia.Lia mencoba menstarter kembali sepeda motornya. Namun kepalanya terasa tak bisa diajakdi ajak bekerja sama. Pusingnya malah bertambah-tambah.Dengan kepala yang terasa berputar-putar, Lia meraih ponsel, dan mencoba menghubungi seseorang yang bisa ia hubungi.Dengan pemandangan kabur, Lia menghubungi seseorang di ponselnya.“Halo, Ma. Tolong jemput aku sekarang didepan Keiza Butik, Ma. kepalaku pusing. Aku … aku…” suara Lia terputus. “Bruukh!Wanita itu ambruk.***Samar-samar Lia membuka matanya. ha

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 150

    Riana tak tahu lagi apa yang telah terjadi. Tubuhnya lemas, batinnya menangis. Semua terasa bagaikan mimpi."Kamu menipuku, Doni!" hardik Riana tiba-tiba merasa jijik dengan pria paruh baya berkepala botak di hadapannya."Maafkan aku Riana. Tapi aku sudah berusaha benar untuk bikin kamu bahagia.""Kalau kamu memang berniat untuk membuat aku bahagia, masalah kayak gini nggak akan pernah terjadi, Doni!" hardik Riana kembali."Kamu benar-benar udah bikin aku kecewa, Doni! Kurang ajar banget!" sembari terisak, Riana melangkah pergi tanpa bisa Doni mencegahnya."Setelah anak ini lahir, kamu harus bertanggung jawab dengan anak dalam perutku Ini Doni!" ucap Riana sebelum benar-benar pergi."Iya Riana. Aku janji aku akan bertanggung jawab! Tapi please tetaplah bersamaku!" "Tidak! Aku akan datang padamu ketika anak ini nanti sudah lahir dan menyerahkannya sama mu!"***Beberapa bulan berlalu, Riana membawa bayinya menuju ke sebuah rumah di mana Doni tinggal. Riana mengetahuinya setelah diberi

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 149

    "Apa ini Nayla? Apa maksudmu?" Doni bangkit dari duduknya."Kurasa aku tak perlu menjelaskan untuk kedua kalinya sama kamu, Doni! Aku yakin barusan kamu sudah mendengar apa yang aku katakan Doni!" Nayla menyeringai."Tidak! Tidak, Nayla! Kau tidak sungguh-sungguh memecatku sekarang, kan? Kamu tidak bisa melakukan ini Nayla?""Kenapa tidak bisa?" Nayla bertanya balik.Terlihat muka Doni merah padam, tangannya mengepal dan giginya gemerutuk.Sedangkan Riana, masih kebingungan dan tidak mengerti apa maksud Nayla. Ia tidak percaya."Nayla, kau tidak berhak untuk memecat suamiku dari pekerjaannya! Jelas-jelas suamiku adalah seorang manajer disini. Dia punya kekuasaan yang tinggi. Dan dia punya kekuatan yang besar di sini. Lalu apa hakmu melemparkan surat pemecatan begitu saja? Siapa yang menyuruhmu? Sedangkan kamu hanya seorang ibu rumah tangga! Tahu apa kamu soal perusahaan? Ha ... haa..! Kau pikir kau akan mudah untuk memecat suamiku dari sini? Hanya karena kau mendendam sebab suamimu te

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 148

    Dengan nafas ngos-ngosan, Riana melempar tasnya ke atas ranjang. Pertemuannya dengan Nayla sama sekali tak memuaskan hati."Wanita aneh, didatangi sama selingkuhan suaminya malah anteng aja! Lihat aja kamu Nayla, beneran akan ku bujuk Mas Doni untuk cepat-cepat cerein kamu! Biar tahu rasa kamu nggak bisa apa-apa setelah kehilangan Mas Doni yang selama ini memanjakan ekonomi kamu!" janji Riana dalam hati.***"Mas, mapan Mas akan menceraikan Nayla? Aku udah nggak betah lagi sama dia Mas!" Riana berbicara dengan nada.Mendengar pertanyaan itu, tidak seperti biasa, Doni yang biasanya selalu murung jika ditanya soal perceraiannya dengan Nayla, tapi kali ini Doni terlihat sumringah seperti ada kabar baik yang ia bawa. "Kenapa Mas justru terlihat senang? Nggak kayak biasanya?" Riana heran."Sini dulu, Sayang! kebetulan banget Mas pengen bicara soal ini sama kamu."Keduanya berjalan menuju balkon."Mas bawa kabar apa? Kayaknya beneran emang ada yang istimewa nih." "Sangat istimewa, Sayang

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 147

    "Kamu bilang gitu karena kamu sedang berusaha kuat di hadapanku, kan?" Riana mencibir."Apakah jika kamu berada di losisiku kamu akan melakukan hal seperti itu, Riana? Kalau begitu, mentalmu tidak cukup kuat. Sudahlah, sekarang tidak ada lagi yang perlu kita bahas, ada baiknya kamu pulang!"Riana merasa terusir."Aku nggak nyangka ya, ternyata kamu ini orangnya cukup sombong, Nayla. Wajar kalau suamimu nggak betah hidup sama kamu dan memutuskan buat mencari istri yang kedua." sinis Riana."Riana, kamu boleh aja membuat berkesimpulan apapun yang kamu suka terhadapku sekarang. Taoi, yang pasti Doni bukannya nggak betah sama aku. Tapi memang kalian berdua yang mempunyai sifat yang sama. Oleh karena itu, emang kulihat kalian berdua cocok untuk menyatu. Dan nanti sekalian akan kubantu untuk menyatukan kalian sepenuhnya. Bagaimana? apa kau puas sekarang?" Nayla menyeringai tajam."Nayla, kalau cuma sekedar untuk menyatu dengan Mas Doni, kurasa aku nggak perlu bantuan dari kamu! Aku bisa saj

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 146

    "Kulihat kamu agak kaget dengan ucapanku, ada apa?" Nayla bertanya.Riana mendekat dan duduk di kursi tepat di hadapan Nayla."Apa kamu udah kenal sama aku sebelumnya?" tanya Riana."Bagaimana menurut kamu? Apakah aku nampak kenal sama kamu atau enggak?""Kudengar tadi kamu menyebut namaku? Tahu namaku dari mana?" Riana melanjutkan pertanyaannya.Terlihat Nayla tersenyum."Kalau aku tahu sama nama kamu lalu apa salahnya?""Hmm..." Riana mulai berfirasat tak baik."Lalu tadi kudengar juga Kamu nyebut aku sebagai Nyonya Doni. Apa maksudmu?""Ohoo, kamu bertanya soal itu rupanya. Apa kamu nggak ngerasa sebagai Nyonya Doni?"Riana kesal. Bukannya menjawab, malah Nayla selalu saja melontarkan pertanyaan balik.Riana mulai serba salah untuk menjawab pertanyaan tersebut."Sudahlah Riana! kamu nggak usah pusing memikirkan pertanyaanku. Kamu tenang saja, tak perlu takut, setelah ini kau akan bergelar Nyonya Doni secara seutuhnya! Bukankah itu yang kamu mau?"Huuufth!Terasa badan Riana panas d

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 145

    Dengan langkah percaya diri, Riana berjalan ke sebuah rumah yang cukup megah dan mewah.Perutnya yang membesar tidak menyusutkan rasa percaya diri yang ia miliki. Justru ia merasa patut merasa bangga dengan janin yang ada di rahimnya saat ini.Sejenak Riana mematung, mengagumi rumah di hadapannnya, namun keberadaan seorang satpam yang berjaga bergerak membukakan pintu, membuat Riana tersadar ia harus menjaga sikap untuk tidak boleh terlihat senorak itu."Maaf, Mbak, ada yang bisa saya bantu? Mbak ingin bertemu dengan siapa?""Pak Satpam, Saya ingin bertemu dengan mbak Nayla." jawab Riana."Oh, rupanya Mbak adalah tamunya nyonya besar di rumah ini, ya?"Riana menyeringai sinis mendengar satpam tersebut menyebut Nayla sebagai nyonya besar."Iya, Pak. Saya tamu spesialnya Nayla, istrinya Mas Doni. Benar, kan?"Satpam mengangguk."Baiklah Mbak, kebetulan Nyonya Nayla baru saja pulang dari perusahaan. Biar kuberitahu beliau terlebih dahulu!" jawab sang satpam berlalu setelah sebelumnya ter

DMCA.com Protection Status