Share

Bab 11

Penulis: Silla Defaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Apa yang kamu lakuin, Lia? kamu suruh Riana buat cuci baju kamu? Apa aku nggak salah denger?" Bu Lasmi melotot.

"Nggak, ibu nggak salah dengar. Ibu belum tuli kan? Aku memang nyuruh Riana buat cuciin bajuku. Kenapa emangnya? Apa ada yang salah sama ucapanku?" aku menatapnya..

"Ck... Ck... Ck! Berani sekali kamu main suruh-suruh ajah sama Riana. Kamu pikir kamu bos apa?" mertuaku ikut nyeletuk pembicaraan kami.

"Jelas dong. Aku kan tuan rumah." jawabku.

Karena sikap buruk yang selalu Bu Lasmi tunjukan padaku, membuat rasa seganku seakan menghilang seluruhnya untuk beliau

***

"Kak Yoga, Kakak udah baikan?" Melisa yang baru saja datang menghampiri Yoga di pembaringan.

"Ya, sudah lumayan." jawab Yoga.

"Hmm... Kakak cepet banget baikannya. Pasti karena di sini ada Mbak Riana. Iya kan? Hehe ...." Melisa tertawa ringan.

"Ih, tahu ajah kamu." timpal Yoga.

<
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 12

    Lia memutar haluan sepeda motornya. Ia baru saja pulang dari melihat-lihat ruko yang baru saja ia beli. Ya Ini adalah sebuah lembaran baru baginya. Ia tak perduli lagi dengan urusan rumah beserta semua penghuninya yang tidak menghargai keberadaan Lia sendiri. Oleh karena itu Lia berinisiatif untuk mengembangkan usahanya dengan sebaik-baiknya, ketimbang fokus mengurus rumah.. Ia sudah memperkirakan berapa dana yang akan ia gunakan untuk memoles kembali toko tersebut agar terlihat lebih bisa menarik pelanggan. Jadi Lia berencana untuk mengurus usaha online yang ia kelola dari toko tersebut. Namun, baru saja ia memutar haluan sepeda motor ke arah pekarangan rumah dua orang, Riana dan Bu Melisa, tengah menunggunya berkacak pinggang di teras. "Dari mana saja kamu Lia! Enak saja kamu asik jalan-jalan bersama lelaki lain, sedangkan suamimu sendiri kau biarkan tergeletak sakit di rumah!" serta-merta Bu Lasmi mengumpat dengan suara keras sepe

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 13

    Kutatap kedua mata anakku yang tengah terlelap. Ada letih pada kedua mata mungil menggemaskan tersebut. Terkadang aku kasihan sama putri kecil semata wayangku ini. Apalagi beberapa hari ini rumah tanggaku sama Mas Yogabisa dibilang tak pernah tenang. Pertengkaran terus saja terjadi, tukang kompornya tidak lain dan tidak bukan, mertua dan ipar sendiri. Bikin miris.Aku mulai memikirkan nasib mental anakku kedepannya. Aku sadar jika terus menerus berada dalam kondisi lingkungan keluarga yang tidak mendidik, maka itu bisa berdampak buruk pada mental anak ini. Tentu saja aku tidak ingin jika sampai mental putriku terganggu karena kondisi rumah tangga yang tidak lagi stabil dan selalu digandrungi oleh pertengkaran demi pertengkaran. Setidaknya aku harus mencari solusi terbaik buat Chika. Terlebih lagi di rumah ini sekarang selalu dihadiri oleh Bu Lasmi dan Melisa yang sungguh tidak menunjukkan kasih sayang pada Chika. Sekalipun Ch

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 14

    "Melisa, kamu apa-apaan sih? Lain yang kamu bicarakan sama kami dan lain pula yang kamu kamu akuin sama Lia. Kan nggak enak tuh sama Yoga. Harusnya tadi itu kamu bisa tegaskan kalau kamu beneran liat kalo Lia lagi sama laki-laki lain. Ini kok malah kayak ngedit-ngedit berita ajah kamunya." Bu Lasmi menggerutu. "Ibu nggak tahu aja. Tadi itu Mbak Lia kirim pesan sama aku. Dia ngotot untuk minta bukti sama aku .Katanya dia bakalan nuntut aku dan laporin aku ke polisi kalau aku enggak punya bukti. Sebab kalo tanpa bukti, jatuhnya ucapanku sama kek fitnah. Mau gimana lagi dong Bu, aku nggak punya bukti yang ia mau." jawab Melisa bersungut-sungut. "Ish! Kamu itu ya, beneran pikirannya kurang panjang. Kamu mikir enggak kalau buat bukti itu kita bisa ngedit gambar. Toh dimana-mana banyak jasa editing foto. Bayarnya juga enggak terlalu mahal." ujar Bu Lasmi amat menyayangkan. "Bu, Maaf. Kemarin itu aku nggak sempet mikir ke arah sana. Habisn

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 15

    "Mas, Mas janji kan buat bener-bener nikahin aku?" suara Riana kembali terdengar. "Iya, Sayang. Tentu saja.""Mudah-mudahan kita nikahnya lebih cepet ya, Mas. Aku nggak sanggup lebih lama lagi jadi babunya Lia." Rupanya dua orang tersebut asyik mengobrol tanpa menyadari kedatanganku. Sebagai seorang istri tentu saja hatiku merasa panas. Rasa dendamku kembali menggebu-gebu. Seandainya saja aku adalah wanita ceroboh dan tak berpikir panjang, tentu saja sudah ku sergap mereka berdua disana tanpa tedeng aling-aling. Tapi tidak! Itu bukan sikapku. Biar kuremas-remas sampai hancur sekalipun mulut mereka berdua, itu tidak ada untungnya sama sekali. Justru akan menambah masalah bagiku. Sejenak kemudian, Riana tersentak. Matanya terlihat semakin takut melihatku berdiri di depan pintu. Bergegas wanita itu bangkit dan menatapku gugup. "Mmmaaf, Mbak. Tadi aku hanya ngobrol biasa ajah sama Mas Yoga."

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 16

    "Bu, kok Mbak Lia itu Kasar banget sih? Sampai-sampai diusir juga begini kita. Bener kata Bu Lasmi, dia itu kayaknya mantu yang nggak tahu cara menghormati keluarga suami. Mau menang sendiri, dan kayaknya sok berkuasa ya." Riana berujar. "Nah itu kamu tahu. Semua orang yang lelihat tingkahnya juga pasti bilang begitu. Emang dia tuh nggak ada sopan santunnya kok. Lihat sendiri tingkahnya! Mungkin aja dulu dia nggak disekolahin sama orang tuanya. Beda sama kamu mah." Bu Lasmi mulai membanding-bandingkan sosok Riana dengan Lia. "Emang beda jauh tampang orang pinter sama orang kampungan. Aduh aku sungguh berharap deh Lia sama Yoga segera cerai dan kalian bisa menikah. Kamu kuliah juga tinggal satu semester lagi kan. Udah capek Ibu punya mantu kayak Lia." Riana diam menyimak apa yang dituturkan oleh Bu Lasmi. Sungguh rasa bangga Riana kian menjadi-jadi. Riana yang notabene anak kuliahan merasa statusnya lebih tinggi dari Lia. Ia begitu bangga

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 17

    "Aku nggak ada duit buat pinjemin kamu, Mas!" jawabku pendek. Enak saja dia, selama ini merendahkan aku sedemikian rupa, eh sekarang tiba-tiba mau minjam uang. Sudah tahu kalau ia sendiri tidak menafkahi anak istri, tidak malu pula. "Nggak usah terlalu pelit, Lia! Aku butuh buat biaya sekolah Melisa. Kamu tahu sendiri, Melisa udah mau kelulusan. Kasihan kan kalo sampe nunggak pembayaran. Kamu gak usah khawatir, aku bakalan balikin semua uang yang aku pinjemin dari kamu bulan depan. Pas aku gajian, langsung tak balikin. Aku janji." ucapan Mas Yoga membuatku ingin tertawa saja. "Untuk biaya kelulusan Melisa kok minta duitnya sama aku? Aku ajah nggak nuntut biaya makan sama kamu! Nggak masuk di akal banget kalian ini." ujarku. "Nggak boleh ngomong gitu dong, Lia. Aku bukannya pengen minta, tapi minjem. Tentu beda kan antara minta sama minjem. Kalo aku bilang minjem, aku pasti bayar, kok." sahut Mas Yoga kembali. "Pake

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 18

    "Riana, sini dulu, Nak!" Bu Lasmi memanggil.Riana yang tengah berdandan segera menoleh. Dilihatnya Bu Lasmi memberi isyarat agar dirinya mendekat. Riana menurut. Bu Lasmi masih terlihat rapi seperti habis pulang dari sebuah perjalanan."Bu Lasmi dari mana? perasaan dari tadi Riana gak liat Ibu. Ibu habis pergi ya? Tumben nggak bilang-bilang?" Riana bertanya. Mendengar pertanyaan itu, Bu Lasmi tersenyum lebar."Ibu habis dari tarik tunai di ATM, ambilin uang kiriman dari Yoga buat kamu." jawab Bu Lasmi bangga. "Oh ... Jadi sekarang uangnya udah ada, Bu?" Mata Riana berbinar."Ya jelas udah siap dong, Sayang. Ibu kan udah bilang kalo cuma dua juta mah kecil. Bukan apa-apa bagi orang seperti Yoga. Kamu tau nggak, tadi itu Yoga nggak kasih cuma dua juta aja. Tapi, dia juga ada bonus spesial buat kamu, bonusnya satu juta. Jadi secara keseluruhan, dia kasih kamu sejumlah tiga juta. Gimana?" Bu Lasmi memicingkan

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 19

    Dengan perasaan kalut, Yoga terpaksa kembali menguras tabungan di rekeningnya yang tak lagi bisa dibilang banyak.Clink! Tengah sibuk otak-atik handphone, sebuah notifikasi pesan muncul. Yoga segera mengecek."Dari Riana rupanya!" gumam Yoga setelah mengetahui siapa pengirim ppesan tersebut. Seulas senyum pun segera terukir.[Makasih atas kiriman uangnya ya, Mas. Banyak banget lagi. Aku seneng banget deh.] pesan Riana. Yoga mengernyitkan dahi. "Kapan aku nitipin uang buat Riana?" Yoga bertanya-tanya.Tengah berpikir, satu lagi pesan muncul dari orang yang sama. [Uang tiga juta ini lebih dari cukup buat kebutuhan aku dalam minggu ini, Mas. Mana Ibu Mas juga nambahin satu juta buat aku. Jadi total empat juta. Mm...Pokoknya Bu Lasmi, Mas Yoga serta Melisa sangat baik deh sama aku. The best lah pokoknya][Love you, Mas] Satu lagi pesan dari Riana diiringi dengan em

Bab terbaru

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 153 Akhir

    Beberapa tahun kemudian, setelah sekian lama hidup dalam jeruji besi, Bu Lasmi dan Yoga keluar dalam keadaan menanggung kemiskinan.keadaan jauh lebih sulit. Tak ada rumah untuk Bernaung dan tak ada tempat untuk pekerjaan.Sedangkan Melissa, sekarang anak itu harus meringkuk di sudut ruangan sempit di pojok ruang kontrakan. Tak ada lagi yang bisa di harapkan dari gadis itu. Penyakit HIV yang menyerangnya membuatnya tak bisa melakukan apa-apa. Penyakit yang menggerogoti Melissa juga membuat orang-orang menjauh dari mereka. Mereka di kucilkan.Sementara Bu Lasmi yang juga sudah menua dan tulang punggung yang membungkuk juga tak bisa melakukan apa-apa. Keadaan yang benar-benar menyedihkan. Seiring usia tua yang menyongsong hidupnya, telinga Bu Lasmi tak bisa lagi berfungsi dengan baik, begitupun dengan indera penglihatan yang ia miliki. Wanita yang dulu selalu mau menang sendiri tersebut harus menerima takdirnya sebagai wanita tua yang tuli dan hampir buta.Akhirnya dengan segala perti

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 152

    Sementara itu, di sebuah gedung yang cukup mewah, sebuah pesta pernikahan di adakan. Dengan dekorasi yang menawan dan elegan, pesta perayaan itu terlihat begitu megah.Di deretan parkir, deretan mobil mewah berjejer, menunjukkan bahwa sebagian besar tamu yang hadir di sana bukanlah orang biasa.Benar-benar luar biasa.Yoga yang kebetulan baru saja datang ke kota Jakarta dengan harapan akan mendapatkan pekerjaan lebih baik, untuk pertama kalinya harus puas dengan menyandang tugas sebagai satpam di acara pernikahan tersebut."Mewah banget acara pernikahannya ya." celetuk teman Yoga."Iya bener, baru sekali ini sih aku melihat pesta pernikahan semewah ini. Wajar kalau bayaran kita gede. Ternyata sesuai sih sama kemewahan pestanya." Yoga menimpali."Ya iyalah, mereka bayarin kita gede. Toh kedua mempelainya memang berasal dari keluarga kaya semua, kok. Masa keluarga konglomerat bayarin kita kecil. Tuh liat tamu-tamu mereka! Rata-rata pakai mobil bagus kan. Tamu-tamu Mereka emang orang pen

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 151

    Lia memegang kepalanya. Lia merasakan kepalanya sedikit pusing. Terasa kurang nyaman. Akhirnya, dengan menggunakan sepeda motornya, Lia memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan, Lia merasakan pusing di kepalanya semakin menjadi-jadi. “Aduuh! sepertinya aku harus berhenti dulu.” Lia meminggirkan sepeda motornya.Lia memegang kepalanya. Lia bisa merasakan keningnya panas.“Ada apa denganku? Mengapa tubuhku seperti ini?”“Seharusnya aku harus sampai di rumah lebih cepat.” batin Lia.Lia mencoba menstarter kembali sepeda motornya. Namun kepalanya terasa tak bisa diajakdi ajak bekerja sama. Pusingnya malah bertambah-tambah.Dengan kepala yang terasa berputar-putar, Lia meraih ponsel, dan mencoba menghubungi seseorang yang bisa ia hubungi.Dengan pemandangan kabur, Lia menghubungi seseorang di ponselnya.“Halo, Ma. Tolong jemput aku sekarang didepan Keiza Butik, Ma. kepalaku pusing. Aku … aku…” suara Lia terputus. “Bruukh!Wanita itu ambruk.***Samar-samar Lia membuka matanya. ha

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 150

    Riana tak tahu lagi apa yang telah terjadi. Tubuhnya lemas, batinnya menangis. Semua terasa bagaikan mimpi."Kamu menipuku, Doni!" hardik Riana tiba-tiba merasa jijik dengan pria paruh baya berkepala botak di hadapannya."Maafkan aku Riana. Tapi aku sudah berusaha benar untuk bikin kamu bahagia.""Kalau kamu memang berniat untuk membuat aku bahagia, masalah kayak gini nggak akan pernah terjadi, Doni!" hardik Riana kembali."Kamu benar-benar udah bikin aku kecewa, Doni! Kurang ajar banget!" sembari terisak, Riana melangkah pergi tanpa bisa Doni mencegahnya."Setelah anak ini lahir, kamu harus bertanggung jawab dengan anak dalam perutku Ini Doni!" ucap Riana sebelum benar-benar pergi."Iya Riana. Aku janji aku akan bertanggung jawab! Tapi please tetaplah bersamaku!" "Tidak! Aku akan datang padamu ketika anak ini nanti sudah lahir dan menyerahkannya sama mu!"***Beberapa bulan berlalu, Riana membawa bayinya menuju ke sebuah rumah di mana Doni tinggal. Riana mengetahuinya setelah diberi

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 149

    "Apa ini Nayla? Apa maksudmu?" Doni bangkit dari duduknya."Kurasa aku tak perlu menjelaskan untuk kedua kalinya sama kamu, Doni! Aku yakin barusan kamu sudah mendengar apa yang aku katakan Doni!" Nayla menyeringai."Tidak! Tidak, Nayla! Kau tidak sungguh-sungguh memecatku sekarang, kan? Kamu tidak bisa melakukan ini Nayla?""Kenapa tidak bisa?" Nayla bertanya balik.Terlihat muka Doni merah padam, tangannya mengepal dan giginya gemerutuk.Sedangkan Riana, masih kebingungan dan tidak mengerti apa maksud Nayla. Ia tidak percaya."Nayla, kau tidak berhak untuk memecat suamiku dari pekerjaannya! Jelas-jelas suamiku adalah seorang manajer disini. Dia punya kekuasaan yang tinggi. Dan dia punya kekuatan yang besar di sini. Lalu apa hakmu melemparkan surat pemecatan begitu saja? Siapa yang menyuruhmu? Sedangkan kamu hanya seorang ibu rumah tangga! Tahu apa kamu soal perusahaan? Ha ... haa..! Kau pikir kau akan mudah untuk memecat suamiku dari sini? Hanya karena kau mendendam sebab suamimu te

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 148

    Dengan nafas ngos-ngosan, Riana melempar tasnya ke atas ranjang. Pertemuannya dengan Nayla sama sekali tak memuaskan hati."Wanita aneh, didatangi sama selingkuhan suaminya malah anteng aja! Lihat aja kamu Nayla, beneran akan ku bujuk Mas Doni untuk cepat-cepat cerein kamu! Biar tahu rasa kamu nggak bisa apa-apa setelah kehilangan Mas Doni yang selama ini memanjakan ekonomi kamu!" janji Riana dalam hati.***"Mas, mapan Mas akan menceraikan Nayla? Aku udah nggak betah lagi sama dia Mas!" Riana berbicara dengan nada.Mendengar pertanyaan itu, tidak seperti biasa, Doni yang biasanya selalu murung jika ditanya soal perceraiannya dengan Nayla, tapi kali ini Doni terlihat sumringah seperti ada kabar baik yang ia bawa. "Kenapa Mas justru terlihat senang? Nggak kayak biasanya?" Riana heran."Sini dulu, Sayang! kebetulan banget Mas pengen bicara soal ini sama kamu."Keduanya berjalan menuju balkon."Mas bawa kabar apa? Kayaknya beneran emang ada yang istimewa nih." "Sangat istimewa, Sayang

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 147

    "Kamu bilang gitu karena kamu sedang berusaha kuat di hadapanku, kan?" Riana mencibir."Apakah jika kamu berada di losisiku kamu akan melakukan hal seperti itu, Riana? Kalau begitu, mentalmu tidak cukup kuat. Sudahlah, sekarang tidak ada lagi yang perlu kita bahas, ada baiknya kamu pulang!"Riana merasa terusir."Aku nggak nyangka ya, ternyata kamu ini orangnya cukup sombong, Nayla. Wajar kalau suamimu nggak betah hidup sama kamu dan memutuskan buat mencari istri yang kedua." sinis Riana."Riana, kamu boleh aja membuat berkesimpulan apapun yang kamu suka terhadapku sekarang. Taoi, yang pasti Doni bukannya nggak betah sama aku. Tapi memang kalian berdua yang mempunyai sifat yang sama. Oleh karena itu, emang kulihat kalian berdua cocok untuk menyatu. Dan nanti sekalian akan kubantu untuk menyatukan kalian sepenuhnya. Bagaimana? apa kau puas sekarang?" Nayla menyeringai tajam."Nayla, kalau cuma sekedar untuk menyatu dengan Mas Doni, kurasa aku nggak perlu bantuan dari kamu! Aku bisa saj

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 146

    "Kulihat kamu agak kaget dengan ucapanku, ada apa?" Nayla bertanya.Riana mendekat dan duduk di kursi tepat di hadapan Nayla."Apa kamu udah kenal sama aku sebelumnya?" tanya Riana."Bagaimana menurut kamu? Apakah aku nampak kenal sama kamu atau enggak?""Kudengar tadi kamu menyebut namaku? Tahu namaku dari mana?" Riana melanjutkan pertanyaannya.Terlihat Nayla tersenyum."Kalau aku tahu sama nama kamu lalu apa salahnya?""Hmm..." Riana mulai berfirasat tak baik."Lalu tadi kudengar juga Kamu nyebut aku sebagai Nyonya Doni. Apa maksudmu?""Ohoo, kamu bertanya soal itu rupanya. Apa kamu nggak ngerasa sebagai Nyonya Doni?"Riana kesal. Bukannya menjawab, malah Nayla selalu saja melontarkan pertanyaan balik.Riana mulai serba salah untuk menjawab pertanyaan tersebut."Sudahlah Riana! kamu nggak usah pusing memikirkan pertanyaanku. Kamu tenang saja, tak perlu takut, setelah ini kau akan bergelar Nyonya Doni secara seutuhnya! Bukankah itu yang kamu mau?"Huuufth!Terasa badan Riana panas d

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 145

    Dengan langkah percaya diri, Riana berjalan ke sebuah rumah yang cukup megah dan mewah.Perutnya yang membesar tidak menyusutkan rasa percaya diri yang ia miliki. Justru ia merasa patut merasa bangga dengan janin yang ada di rahimnya saat ini.Sejenak Riana mematung, mengagumi rumah di hadapannnya, namun keberadaan seorang satpam yang berjaga bergerak membukakan pintu, membuat Riana tersadar ia harus menjaga sikap untuk tidak boleh terlihat senorak itu."Maaf, Mbak, ada yang bisa saya bantu? Mbak ingin bertemu dengan siapa?""Pak Satpam, Saya ingin bertemu dengan mbak Nayla." jawab Riana."Oh, rupanya Mbak adalah tamunya nyonya besar di rumah ini, ya?"Riana menyeringai sinis mendengar satpam tersebut menyebut Nayla sebagai nyonya besar."Iya, Pak. Saya tamu spesialnya Nayla, istrinya Mas Doni. Benar, kan?"Satpam mengangguk."Baiklah Mbak, kebetulan Nyonya Nayla baru saja pulang dari perusahaan. Biar kuberitahu beliau terlebih dahulu!" jawab sang satpam berlalu setelah sebelumnya ter

DMCA.com Protection Status