Share

Bab 62 Senjata

Penulis: Dama Mei
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 11:13:56

Tubuh Nina masih lemah setelah proses persalinan yang melelahkan. Tempat tidur bayi di sampingnya masih kosong, menunggu perawat mengembalikan anaknya setelah pemeriksaan rutin. Dia memandang ke luar jendela. Menikmati momen tenang tanpa gangguan, karena Bima pergi sebentar untuk mengambil keperluan Nina. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.

Femil melangkah masuk dengan wajah, bahkan tersenyum. Kehadiran Femil yang tiba-tiba membuat Nina terlonjak kaget. Dia segera mencoba duduk lebih tegak, meski tubuhnya terasa nyeri.

“Femil? Apa yang kamu lakukan di sini?!” seru Nina, matanya melebar.

Femil mendekat. Dia menyerahkan buket bunga pada Nina.

“Selamat atas kelahiranmu, Sayang. Terima kasih sudah melahirkan bayiku dengan selamat,” ucap Femil.

Ucapan itu membuat Nina terkejut sejenak. Wajahnya memucat. Dia memperhatikan Femil yang meletakkan buket itu di meja samping ranjang Nina.

Nina menggelengkan kepala. ““Femil, kamu sudah gila! Anak ini anak Bima. Jangan mulai membuat masalah di sini,”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 63 Pelampiasan Kekesalan

    Raka mendorong pintu kamar rumah sakit dengan pelan. Nina tersentak ketika melihat Raka masuk. Wajahnya seketika tegang.“R-Raka? Ada apa?” tegur Nina, mencoba terlihat tenang.Raka tersenyum sinis sambil menutup pintu dengan santai. “Tentu saja datang menjengukmu. Apa lagi?” Dia mengacungkan kantong belanjaannya.“Ah, iya,” Nina mengangguk cepat. “Terima kasih,”Keadaan sekitar mereka cukup canggung. Bahkan suara pendingin ruangan terdengar begitu mencolok."Kebetulan aku tadi lewat ... dan mendengar sesuatu yang menarik," ujar Raka.Nina langsung pucat. Dia mencoba menutupi rasa paniknya, tetapi tubuhnya menegang. Raka mendekat dengan perlahan, menatap Nina yang kini terlihat seperti seseorang yang tertangkap basah.“Apa maksudmu?” Nina berusaha tampak tenang.Raka tertawa kecil. “Aku dengar kamu dan pria tadi—siapa namanya? Oh iya, Femil, kan?—ribut soal bayimu," kelakar Raka, tampak puas.Nina menunduk, tangan menggenggam erat selimut di atas pangkuannya. Dia mencoba memikirkan al

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 64 Tidak Diundang

    Maya melangkahkan kaki dengan sedikit gugup di depan pintu rumah keluarga Reza. Rumah itu megah, dengan taman yang tertata rapi dan tercium aroma mawar yang segar. Reza menggenggam tangan Maya. Maya mendongak, menatap wajah pria itu yang tersenyum penuh keyakinan.“Kamu akan baik-baik saja,” ucap Reza. “Mereka sudah sangat menunggu kedatanganmu,”Pintu rumah terbuka. Maya terkejut saat melihat Amara menyambut mereka dengan senyuman hangat yang begitu tulus. Wajah Amara berseri-seri seperti sudah menyiapkan segalanya untuk menyambut tamu istimewa.“Maya! Akhirnya kamu datang. Sudah lama kami menunggu,” sapa Amara sambil merentangkan tangannya untuk memeluk Maya.Maya sedikit terkejut, tapi segera membalas pelukan itu. Perlakuan Amara, s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 65 Penjelasan

    Amara dan Adi saling bertukar pandang, jelas terlihat kebingungan. Amara mencoba mengendalikan situasi yang canggung itu. Dia tersenyum, meski sedikit kaku.“Karena kamu sudah di sini, ayo duduk dan makan bersama kami, Viona," kata Amara sambil menunjuk kursi kosong di meja makan."Iya, silahkan duduk, Viona," kata Adi dengan nada yang terkesan formal. Tetapi ekspresinya menunjukkan bahwa dia tidak terlalu nyaman dengan kehadiran Viona yang mendadak ini. Viona tersenyum lebar, tampak sangat percaya diri. "Terima kasih, Tante, Om. Saya benar-benar minta maaf kalau mengganggu acara kalian," ujarnya sambil menarik kursi dan duduk di sebelah Reza.Reza yang duduk di sisi Maya, langsung menegang. Dia melirik Maya gugup, mencoba membaca ekspresi wanita itu. Maya memang tampak tenang di luar, tetapi hatinya bergejolak. Kedatangan Viona seperti petir di siang bolong dan dia tidak tahu bagaimana harus menyikapi situasi ini.“Tante masak sendiri, ya? Aromanya luar biasa," puji Viona dengan nad

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 66 Tidak Adil

    "Maaf, saya benar-benar harus pergi. Terima kasih untuk makan malamnya," ucap Maya, bersiap untuk pergi."Maya, tunggu. Jangan pergi, kumohon," cegah Reza. "Maya, tolong dengarkan aku. Aku tidak ingin kamu salah paham. Beri aku kesempatan untuk menjelaskan," pinta Reza.Maya tersenyum pahit. “Semuanya sudah jelas,” balasnya singkat."Maya, jangan buru-buru pergi. Kami sangat senang kamu ada di sini. Aku tahu situasi ini membuatmu tidak nyaman, tapi semuanya bisa dibicarakan dengan baik," bujuk Amara. Ekspresinya tampak begitu bersalah saat memandang Maya."Tante, terima kasih atas kebaikannya. Tapi saya rasa … saya harus pergi," Suara Maya bergetar."Maya, kumohon,” desak Reza, sedikit frustasi. &ldqu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 67 Penjelasan

    Reza berdiri, menatap Viona dengan kilat kemarahan. “Aku minta kamu pergi sekarang juga! Kamu sudah cukup merusak malam ini!” bentak Reza murka.Viona terkekeh pelan. "Aku hanya ingin membantu Om dan Tante melihat kenyataan. Kalau aku salah, maafkan aku, Sayang. Tapi aku rasa aku tidak salah," tantangnya. Dia melotot lebar ke arah Reza.Viona lantas mengambil tasnya dan pergi dari ruang makan dengan langkah angkuh. Amara memandang Maya cemas, sementara suaminya hanya bisa menghela napas panjang.Suasana di ruang makan berubah menjadi sangat canggung setelah kepergian Viona. Semua orang tampak tenggelam dalam pikiran masing-masing, dan ketegangan terasa menyelimuti ruangan.Sekuat tenaga Maya menahan air matanya, sambil mengepalkan tangan kuat. Dia tidak ingin kecewa lagi. Dia harus bertahan.Reza menghela napas panjang. "Maafkan aku, tapi aku harus mengatakan ini, Ayah, Mama,” ucapnya, mengedarkan pandangan pada kedua orang tuanya. “Apa yang dilakukan Viona tadi sama sekali tidak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 68 Menyentuh Hati

    Maya menghapus air matanya cepat-cepat sebelum menurunkan kaca jendela. “Pulanglah. Aku cuma butuh waktu sendiri," ucapnya, menghindari tatapan Reza.“Aku tidak akan pergi sebelum kamu keluar dari mobil,” tandas Reza, begitu keras kepala.Maya mendesah panjang, merasa bimbang. Akhirnya, dia membuka pintu mobil dan keluar. Air hujan yang dingin menyentuh wajahnya yang masih sembab oleh air mata.“Kenapa kamu harus lari?” Reza mengencangkan suaranya demi menyamai suara hujan. “ Aku bisa jelaskan semuanya. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan,”Maya menatap Reza dengan mata berkaca-kaca. “Apa kamu tidak lihat? Kehadiranku hanya memperumit semuanya. Aku tidak ingin membuat hidupmu sulit, Za,”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 69 Stigma

    Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut. Reza mengulum bibir Maya, memejamkan mata demi menikmati setiap detil yang terasa. Untuk sesaat, waktu terasa berhenti. Hujan di luar seperti menghilang, meninggalkan mereka dalam kehangatan momen itu.Hening menyelimuti mereka di dalam mobil. Hujan deras di luar menciptakan ritme yang menenangkan. Maya menatap ke luar jendela, mencoba menyembunyikan perasaan berdebar. Tapi pandangan Reza tetap tertuju padanya. Seakan tidak ada hal lain yang lebih penting dibandingkan Maya saat ini.“Aku tidak akan pernah membiarkan kamu sendirian lagi, May,” ucap Reza pelan.Maya terdiam, hatinya berkecamuk. Dia hanya bisa menelan ludah. Dan perlahan menoleh ke arah Reza yang masih menatapnya tanpa berkedip."Aku takut, Reza ...

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 70 Tidak Pernah Peduli

    Reza melangkah masuk ke butik Viona dengan langkah tegas. Seorang asisten butik langsung menyambutnya. Tetapi Reza mengangkat tangan, menolak dengan halus."Aku mau bicara dengan Viona. Di mana dia?" tanya Reza, memasang wajah ketus."Oh, sebentar, Pak Reza. Saya panggilkan Ibu Viona," jawab asisten itu.Tidak lama kemudian, Viona muncul dari ruang belakang dengan senyum girang. Wanita itu selalu tampil sempurna, dengan gaun maxi yang membungkus tubuh indahnya. Viona tidak menyangka Reza akan datang untuk menemuinya."Reza ... Apa kabar? Tumben sekali kamu datang ke sini," sapa Viona dengan mata berbinar.Reza tak membalas senyuman itu. Tatapannya tajam, membuat Viona sedikit tertegun.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31

Bab terbaru

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 112 Diam Saja

    “Saya ingin bertemu dengan Ibu Maya Anindita. Tolong sampaikan bahwa ini terkait dengan Pak Bima,” Arman menyebutkan nama dan tujuannya.Resepsionis itu mengangguk, lalu menghubungi seseorang melalui telepon internal. Tak lama, seorang asisten menghampiri Arman. Dan mempersilakannya masuk ke ruangan Maya.Ketika pintu terbuka, Arman melihat Maya yang sedang duduk di balik meja. Mengenakan blus putih dan blazer krem, tampak anggun seperti biasa.Maya mendongak, sedikit terkejut melihat kedatangan Arman. “Arman? Ada apa?”Arman melangkah masuk dan menutup pintu sebelum duduk di kursi di hadapan Maya. Dia menatap wanita itu dengan serius, lalu meletakkan map di atas meja.“Aku datang atas permintaan Bima,” kata Arman tanpa basa-basi.Maya menghela napas, menyandarkan punggungnya ke kursi. “Bima… bagaimana keadaannya?”“Dia sudah lebih baik. Tapi dia masih dalam pemulihan,” jawab Arman. “Dan salah satu hal pertama yang dia ingin selesaikan adalah soal rumah ini,”Maya mengerutkan kening.

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 111 Tak Punya Hak

    Siang itu, ketika Bima sedang beristirahat di ruang keluarga, bel rumah berbunyi. Nina yang kebetulan sedang di ruang tamu segera bangkit dan membuka pintu. "Arman!" seru Nina, matanya melebar. “Bima pasti senang melihatmu datang. Ayo masuk!”Arman mengangguk. "Aku dengar dia sudah pulang,"Nina mempersilakan Arman masuk. Dan pria itu segera melangkah ke dalam ruang keluarga. Begitu melihat Bima yang duduk bersandar di sofa dengan wajah masih pucat, sorot matanya langsung berubah serius.“Akhirnya kau pulang juga,” tukas Arman, tersenyum lega.Bima tersenyum tipis, mencoba duduk lebih tegak. "Aku belum sepenuhnya pulih, tapi setidaknya aku sudah di rumah,"Arman mendekat dan duduk di kursi di dekat Bima. “Jangan khawatir, semuanya masih aman," ucapnya. “Kau tidak perlu mencemaskan kantor,”Bima mengangguk, tetapi ada kegelisahan di matanya. "Aku perlu bicara denganmu nanti, soal keuangan dan … hal lainnya," ucapnya, lebih pelan dari sebelumnya.Arman menangkap nada serius dalam suara

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 110 Mengancam Raka

    “Sayang … !” Nina berseru dengan suara gemetar yang dibuat-buat. “Akhirnya kamu sadar! Aku begitu khawatir … ”Tanpa memberi kesempatan bagi Bima untuk bereaksi, Nina langsung duduk di tepi ranjang dan menggenggam tangannya erat. Mata wanita itu berkaca-kaca, menatap suaminya.“Aku setiap hari berdoa untuk kesembuhanmu,” lanjutnya. “Aku tidak tahu harus bagaimana kalau sesuatu terjadi padamu … ”Bima menatap Nina dengan tatapan kosong. Wajahnya masih pucat, tapi sorot matanya jelas-jelas penuh dengan kelelahan. Dia tidak langsung membalas genggaman Nina, membiarkan begitu saja tanpa benar-benar merespons.Nina mengusap lengan Bima lembut. “Aku rindu sekali … ” bisiknya. “Kamu tidak tahu betapa aku tersiksa selama ini. Aku selalu ada di rumah sakit untukmu … ”Bima masih diam. Ada sesuatu di dalam hatinya yang menolak kata-kata Nina. Ingatan samar saat dia koma perlahan kembali. Tentang suara Maya yang selalu ada di sampingnya, bukan Nina.“Mana Abi?” tanya Bima tiba-tiba.Nina terkesi

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 109 Kehilangan Segalanya

    Bima duduk bersandar di tempat tidur, tubuhnya masih lemah setelah sekian lama koma. Sudah beberapa hari sejak dia siuman, tetapi ada sesuatu yang berbeda. Maya tidak datang lagi.Awalnya dia berharap Maya hanya terlambat atau sedang sibuk dengan sesuatu. Namun, Maya tetap tidak muncul. Tidak ada sosok lembut yang duduk di samping ranjangnya, tidak ada senyuman hangat yang menyambut saat dia membuka mata."Maya tidak akan datang lagi, Bima," ucap Sulastri lembut. Seakan tahu kegelisahan Bima.Bima menegang. Hatinya seakan ditikam sesuatu yang tajam dan menyakitkan. “Oh iya?” sahut Bima dengan suara parau.Sulastri menarik napas panjang. “Dia sudah memilih jalan hidupnya. Dia akan menikah dengan Reza,"Bima terdiam. Matanya menatap lurus ke arah ibunya. Tetapi pikiran Bima melayang jauh. Ada sesuatu yang mencengkeram dadanya begitu erat, membuatnya sulit bernapas."Aku tidak percaya," Bima menggeleng pelan, suaranya bergetar. "Maya tidak akan meninggalkanku begitu saja … Tidak setelah

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 108 Tidak Tahu Diri

    Nina membuka pintu rumah dengan kasar. Dia masih dipenuhi amarah setelah apa yang terjadi di rumah sakit. Dadanya naik turun, emosinya masih menggelegak. Maya mengambil tempatnya. Bahkan Bima yang baru sadar pun menyebut nama Maya lebih dulu.Saat Nina melangkah masuk, suasana rumah tampak sunyi. Lampu-lampu temaram, menyorot ruangan dengan cahaya lembut. Namun begitu dia masuk lebih dalam, Nina langsung mendapati seseorang sudah menunggunya di sofa.Femil duduk dengan santai, salah satu kakinya bertumpu di atas meja. Sebatang rokok terselip di jari, asapnya melayang tipis di udara. Matanya menatap Nina dengan senyum licik."Akhirnya pulang juga," tukas Femil.Nina menggeram, melempar tasnya ke atas meja. Dia berjalan mendekat dengan wajah yang masih penuh kemarahan."Aku muak dengan semuanya!" pekik Nina. "Bima sadar, tapi yang pertama dia panggil adalah Maya! Dan semua orang berpihak padanya!"Femil menyeringai, lalu berdiri perlahan. Menghampiri Nina dengan langkah santai. "Bukanka

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 107 Air Mata Mengalir

    Maya berdiri di sudut ruangan, meremas kedua tangan. Seolah ingin menenangkan gejolak perasaannya sendiri. Sejak beberapa hari terakhir, dia nyaris tidak pernah meninggalkan rumah sakit. Hatinya terus dipenuhi kekhawatiran akan kondisi Bima. Namun kini, melihat perubahan yang terjadi, dadanya terasa sedikit lebih ringan.Matanya menatap sosok Bima yang masih terbaring di tempat tidur. Wajah Bima memang masih pucat, tapi napasnya jauh lebih stabil. Dan elektrokardiograf menunjukkan tanda-tanda yang lebih baik. Itu sudah cukup bagi Maya. Itu lebih dari cukup.Maya melangkah lebih dekat, berdiri di sisi ranjang Bima. Dia menatap wajah pria itu, mengingat bagaimana kondisinya saat pertama kali masuk rumah sakit. Saat itu, dia tidak tahu apakah Bima akan bertahan.Reza yang berdiri tak jauh darinya, memperhatikan ekspresi Maya. “Syukurlah, dia sudah membaik,” kata Reza lembut, tanpa nada cemburu.Maya menoleh. Dia mengangguk pelan. "Dia menyelamatkanku. Aku tidak mungkin bisa tenang kalau

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 106 Secara Bertahap

    Semua orang yang ada di dalam ruangan menatap Bima dengan ekspresi tak percaya. Sulastri menutup mulut dengan tangan, matanya berkaca-kaca. Dia bersyukur putranya akhirnya menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Tetapi di saat yang sama, dia tidak bisa mengabaikan nama yang baru saja disebut Bima.Reza hanya bisa berdiri diam di tempat. Rahangnya mengatup rapat. Hatinya terasa sesak, meskipun dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk tetap berpikiran jernih. Dia mempercayai Maya, tetapi mendengar nama tunangannya disebut dalam kondisi seperti ini membuat perasaan Reza campur aduk.Maya sendiri tampak terpaku di tempat. Wajahnya mendadak pucat, tangannya gemetar. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa."APA?" Semua mata langsung tertuju pada Nina. Dia melangkah maju, tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih."Apa yang barusan dia katakan?" ulangnya. "Kenapa dia menyebut nama wanita ini?"Tidak ada yang menjawab. Hanya suara elektrokardiograf yang terus berbunyi di latar bel

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 105 Fluktuasi

    Mereka berdua menoleh. Sulastri berdiri dengan ekspresi penuh amarah, sementara Reza berdiri tak jauh di belakangnya. Wanita tua itu menggenggam pergelangan tangan Nina yang hendak dia gunakan untuk menampar wajah Maya.Nina merasakan rahangnya mengeras. Dia merasa dikhianati. Semua orang tampak membela Maya. Dengan cepat dia menepis tangan Sulastri yang menahan tangannya.“Jangan seperti ini,” tegur Sulastri, geram. "Rumah sakit bukan tempatmu untuk melampiaskan amarah. Apa kamu lupa Bima sedang koma?”Nina mendengus tajam. Matanya berkilat penuh kemarahan. Dia berbalik menatap ibu mertuanya dengan ekspresi tidak percaya. "Aku istrinya! Aku berhak marah!” pekiknya. “Tapi sekarang Ibu malah yang membela Maya? Sejak kapan Ibu berpihak pada wanita ini?!" Dia menunjuk Maya dengan murka."Aku tidak membela siapa pun,” sambar Sulastri. Sama-sama emosi. “Maya ada di sini karena dia merasa berutang budi pada Bima. Dia mendonorkan darahnya saat keluarga belum ada yang datang. Apakah itu salah

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 104 Utang Nyawa

    Sulastri menggeleng pelan. “Aku yang salah. Aku tidak lihat jalan,”Alih-alih menanggapi, Reza mengambil kantong makanan yang tadi dia letakkan. “Maya belum makan sejak tadi. Saya membawakan ini untuknya,” katanya lalu mengangkat kantong itu.Sulastri memandang pria itu lebih lama. Seolah mencoba membaca hatinya. Ada sesuatu yang tulus dalam cara Reza berbicara, yang membuat Sulastri tak bergeming.Sulastri mengamati pria itu yang masih berdiri di sana, memegang kantong makanan untuk Maya. Wajah Reza tenang, tidak menunjukkan kemarahan seperti yang dia harapkan dari seorang pria yang seharusnya merasa tersaingi."Kenapa kamu diam saja saat Maya menunggui Bima?" tanya Sulastri tiba-tiba.Reza sedikit mengernyit. “Apa maksud Ibu?”"Kamu calon suami Maya, tapi justru membiarkan dia menjaga pria lain selama berhari-hari. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah menarik Maya pulang sejak lama," ujar Sulastri. Tatapannya tajam menelusuri wajah pria itu, mencari reaksi.Namun Reza tetap tenang.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status