Share

Bab 45 Mimpi Buruk

Penulis: Dama Mei
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 17:11:17

Hari itu, Maya sedang sibuk di tokonya. Seperti biasa melayani pelanggan dengan senyum ramah. Namun, ada sesuatu yang berbeda. Jumlah pelanggan yang datang jauh lebih sedikit dari biasanya. Suasana toko terasa sepi dan beberapa karyawan mulai saling berbisik. Maya mencoba mengabaikan hal itu, tetapi rasa cemas mulai menguasainya.

Ketika dia masuk ke ruang belakang untuk memeriksa laporan penjualan, matanya melebar melihat angka yang jauh di bawah rata-rata.

“Kenapa bisa begini?” gumamnya, mencoba memahami apa yang salah.

“May, ada apa?” Hana yang baru saja datang langsung menyadari raut wajah Maya yang tegang.

Maya menunjuk laporan di tangannya. “Penjualan kita anjlok, Han. Tadi pagi bahkan ada pelanggan yang datang hanya untuk mengeluh. Mereka bilang barang kita katanya palsu,”

Hana terkejut. “Palsu? Siapa yang bilang? Semua barang di sini selalu kamu pastikan asli, kan?”

Maya mengangguk. “Tapi ini bukan cuma soal penjualan. Aku juga dengar dari karyawan tadi, beberapa pemasok tiba-t
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 46 Menghancurkan Semuanya

    Pagi itu Maya duduk di mejanya, menatap layar komputer tanpa ekspresi. Dokumen yang harusnya dia kerjakan, dibiarkan terbuka tanpa disentuh. Pikirannya melayang pada semua usaha keras yang dia curahkan untuk membangun bisnis. Hanya untuk melihatnya hancur dalam sekejap."May, ayo makan siang. Kamu tidak bisa terus begini," bujuk Hana lembut.Maya menggeleng pelan. “Aku tidak lapar, Han. Kamu duluan saja,”Hana mendesah, menatap Maya prihatin. "Kamu tidak bisa terus menyiksa diri, May. Semua orang tahu kamu sudah berjuang keras,”Maya hanya mengangguk tanpa kata. Begitu Hana pergi, dia kembali tenggelam dalam lamunannya. Air matanya hampir jatuh, tetapi dia buru-buru menghapusnya.Di sudut lain kantor, Reza diam-diam memperhatikan Maya dari balik pintu ruangannya. Reza berjalan mendekati meja Maya, lalu berdiri di depannya.“Maya, ikut saya ke ruangan saya sebentar,” katanya, bersikap profesional.Maya terkejut, lalu mengangguk pelan. Mengikuti Reza tanpa banyak bertanya.Di dalam ruan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 47 Menyambung Hidup

    Bima tampak tidak terima dengan nada Maya. “Aku hanya ingin membantumu! Kamu itu masih istriku, sadarlah!”"Kalau kamu menganggap aku istrimu, kamu tidak akan melakukan semua ini sejak awal," balas Maya cepat. "Dan sekarang, kalau kamu benar-benar ingin membantuku, satu-satunya yang bisa kamu lakukan adalah keluar dari hidupku,"Maya menghela napas panjang. Mencoba menenangkan dirinya sebelum melanjutkan. “Kalau aku harus berjuang keras untuk hidupku, itu lebih baik daripada kembali ke sisimu,"Bima mulai kehilangan kesabaran. "Kamu selalu menyalahkan aku, Maya!” Nada suaranya meninggi. “Aku tahu aku salah, tapi kamu tidak bisa terus menghakimiku. Aku sudah mencoba memperbaiki semuanya!""Memperbaiki?!" Maya hampir berteriak. "Kamu menikahi wanita lain, menghancurkan bisnis yang aku bangun dengan susah payah, dan sekarang kamu bilang ingin memperbaiki? Kamu cuma ingin aku tetap di bawah kendalimu!"Bima menggeram, tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Dia tiba-tiba mendorong Maya masuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 48 Menantu Kesayangan

    Malam ini seperti biasa, keluarga Harjono berkumpul untuk makan malam. Bima duduk di ruang makan bersama keluarga besar Harjono, wajahnya penuh semangat. Semua perhatian tertuju padanya."Kalian semua harus tahu," Bima memulai. Sengaja mengambil jeda untuk memastikan semua mata tertuju padanya. "Aku baru saja mendapat konfirmasi bahwa aku akan mengadakan rapat kerjasama dengan salah satu CEO perusahaan besar minggu depan. CEO ini ... benar-benar sosok yang berpengaruh di industri,""CEO apa, Sayang? Apa perusahaan itu?" tanya Nina, tampak tertarik.Bima tersenyum lebar. "Perusahaan properti besar, yang sudah memiliki proyek di hampir seluruh kota besar di negeri ini. CEO-nya terkenal karena kepiawaiannya dalam membangun kemitraan strategis dan ... yah, keputusannya selalu membawa keuntungan besar bagi siapa saja yang bekerja dengannya," jelas Bima. Matanya berbinar saat menjelaskan."Hebat sekali, Bima! Kalau bisa bekerjasama dengan perusahaan besar seperti itu, reputasi perusahaanmu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 49 Memujimu

    Keesokan paginya, Vina keluar dari kamar dengan wajah masih sedikit lelah. Namun langkahnya terhenti di ujung lorong ketika dia mendengar suara tawa pelan dari ruang TV. Penasaran, dia mengintip dari balik dinding. Di sana, Sulastri dan Nina tampak duduk bersebelahan di sofa, bercakap-cakap dengan hangat."Bu, coba yang ini. Manis banget, aku beli di pasar pagi tadi," ucap Nina. Sulastri mengambil potongan buah itu dan mengangguk puas. "Iya, manis sekali. Kamu ini telaten sekali, Nina. Masak enak, perhatian pula. Bima memang beruntung dapat kamu." Nada bangga terdengar jelas dalam suara Sulastri. “Bima justru semakin sukses setelah menikah denganmu,”Vina merasakan dadanya berdenyut sakit. Pujian seperti itu dulu sering dia dengar dari Sulastri untuknya. Namun, kehadiran Nina kini seolah mencuri perhatian mertuanya.Vina merapikan rambutnya yang sedikit berantakan dan keluar dari balik dinding dengan senyum dipaksakan."Wah, kelihatannya seru banget obrolannya. Lagi ngomongin apa, Bu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 50 Pemegang Kendali

    Maya menatap Vina dengan tatapan sedikit miris. Namun dia mencoba menjaga sikap. “Aku tidak bisa memutuskan sekarang, Vin. Kamu juga tahu sendiri, bisnisku baru saja gagal,” jelas Maya.Vina mengangguk, meski terlihat sedikit kecewa. "Aku mengerti, Kak Maya. Aku harap Kak Maya bisa mempertimbangkannya. Aku tidak tahu harus minta tolong ke siapa lagi,"Percakapan itu diakhiri dengan keheningan yang canggung. Vina akhirnya pamit, meninggalkan Maya. Di satu sisi, Maya merasa kasihan pada Vina. Tetapi di sisi lain, dia juga tahu bahwa keluarga Harjono telah menjadi salah satu alasan utama kehancurannya.Tak lama setelah Vina pergi, Hana masuk ke ruang kerja Maya. Dia membawa segelas kopi untuk Maya, lalu meletakkannya di meja."Tadi aku lihat Vina keluar dari sini," kata Hana dengan nada penasaran sambil duduk di kursi di depan Maya. "Mau apa dia dari kamu?"Maya menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Banyak hal,” jawab Maya datar. “Dia bilang, dia lebih suka aku daripad

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 51 Posisi Terancam

    Presentasi dimulai dengan proyektor yang menampilkan slide pertama. Bima berdiri di depan layar, tangannya menggenggam pointer dengan erat. Dia berusaha berbicara dengan nada percaya diri, tetapi ada rasa gelisah yang terpancar dari matanya. Sesekali dia melirik ke arah Reza, yang duduk di kursi utama dengan ekspresi tenang."Seperti yang Anda lihat," Bima memulai. “Proyek ini dirancang untuk memberikan keuntungan jangka panjang melalui pendekatan inovatif dalam pengelolaan properti,"Penjelasan Bima terdengar lancar, tapi pikirannya terpecah. Fakta bahwa Reza adalah CEO perusahaan besar yang selama ini dia puja di depan keluarganya benar-benar seperti pukulan telak.Reza tetap diam, hanya menatap presentasi di depan matanya. Ekspresi wajahnya sulit ditebak, tetapi tatapan matanya tajam. Di sisi lain, Bima mulai kehilangan fokus. Dia beberapa kali mengulang poin yang sama, membuat beberapa anggota timnya melirik bingung."Apakah Anda memiliki proyeksi rinci untuk lima tahun ke depan?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 52 Tidak Menghargaimu

    Bima masuk ke rumah dengan langkah berat. Dengan wajah penuh amarah, dia melempar jasnya ke lantai. Tas kerjanya dilempar ke arah meja, tapi malah meluncur ke lantai dengan suara gedebuk yang nyaring.Bima menghempaskan tubuh ke sofa dan tangannya mencengkeram rambut frustrasi."Sialan!" umpatnya dengan suara keras, memecah keheningan ruang tamu. “Berani-beraninya dia mengancamku!” Pikirannya terus dipenuhi bayangan Reza dan kata-kata tajam yang dilontarkan di ruang rapat tadi."Reza sialan!" teriaknya lagi, kali ini lebih keras. Tangan Bima meraih bantal sofa dan melemparkannya ke meja. Bantal itu jatuh ke lantai, tapi Bima tidak peduli.Setelah dia berhasil mengatur napasnya, Bima mulai menyadari ada sesuatu yang ganjil di rumahnya. Rumah itu begitu kosong, tidak ada tanda-tanda keberadaan Nina.“Nin? Nina?” teriak Bima, memanggil Nina.Tapi tidak ada respon. Kemudian Bima berusaha mengingat kembali, dan memang tidak ada mobil Nina di halaman depan.Bima mendengus kesal, lantas bang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 53 Penuh Kegagalan

    Suasana sekitar mereka yang semula ceria kini terasa lebih serius, lebih mendalam. Reza menatap Maya dengan tatapan dalam, seolah siap untuk menceritakan sebuah rahasia besar."Ada sesuatu yang harus aku ceritakan padamu. Sesuatu yang mungkin akan mengejutkanmu," ucap Reza.“Apa itu?” Bahkan suara Maya tercekat. Reza menarik napas panjang. "Sebenarnya, aku bukan hanya CEO seperti yang kamu pikirkan. Aku ... dulunya hanya anak magang di perusahaan milik ayahmu, Rizal Alendra,"Maya terkejut mendengar pengakuan itu. "Apa?" tanyanya dengan suara agak tercekat. "Kamu ... anak magang di perusahaan ayahku?"Reza mengangguk pelan. "Iya. Dulu aku cuma anak magang yang bekerja keras, tidak pernah terbayangkan bisa sampai di posisi sekarang. Tapi ayahmu, Pak Rizal, dia orang yang baik. Dia yang banyak membantuku, memberi aku kesempatan untuk berkembang. Aku tidak akan bisa sampai sejauh ini tanpa bantuannya,"Maya terdiam. Perasaannya campur aduk."Jadi, kamu sebenarnya … ?""Ya,” potong Reza.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 86 Memilih untuk Melindungi

    Raka menelan ludah. Berusaha tetap tenang meski kepalanya terasa berdenyut hebat. Dia melirik sekilas ke luar ruangan. Femil masih berdiri di sana, seolah menunggu dan mengawasinya.Bima menatapnya tajam. “Aku tunggu sampai kamu mau bicara,”Raka menghela napas panjang, mencoba menyusun jawaban yang masuk akal. Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya. Tidak dengan Femil yang berdiri di sana, dengan belati tersembunyi di balik jaketnya.“Nina memberiku uang untuk usaha,” jawab Raka.Alis Bima terangkat. “Usaha?”Raka mengangguk. “Aku dan Vina berencana membuka usaha. Kami sudah lama membicarakannya. Tadinya aku mau cari modal sendiri, tapi Nina tahu rencana ini dan menawarkan bantuan. Itu saja,”Bima menatapnya lama, seolah menimbang kebenaran dari kata-kata Raka.“Usaha apa?” tanya Bima akhirnya.Raka menghela napas. “Kami ingin membuka butik kecil. Vina sudah lama ingin punya bisnis sendiri,”Ekspresi Bima tetap tajam. “Kenapa Nina tidak bilang apa-apa padaku soal ini?”Raka ber

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 85 Ancaman Nyata

    Raka menghela napas panjang. Lalu bersandar ke kursi, mencoba menunjukkan ekspresi tenang meskipun hatinya berdebar. “Aku sudah bilang, kan? Itu bukan urusanmu, Kak. Uang itu adalah urusan pribadiku dengan Nina,”Bima mendekat lagi, tangannya bertumpu di meja kerja Raka. Sorot matanya semakin tajam, penuh kecurigaan. "Uang ratusan juta itu berasal dari kartuku. Jadi, tentu menjadi urusanku sekarang,"Raka terdiam. Dia tahu Bima tidak akan menyerah sampai mendapatkan jawaban yang dia inginkan.“Atau aku harus bicara langsung dengan Nina?” tanya Bima, karena Raka tidak lagi bicara.Raka menatap Bima dengan rahang mengeras. Dia bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat."Aku sedang butuh uang dan Nina menawarkan bantuan," jawab Raka. Hanya itu yang terlintas di otaknya sekarang.Bima menyipitkan mata, tidak puas dengan jawaban itu. "Butuh uang? Untuk apa?"Raka menggeram pelan. "Kamu tidak perlu tahu," katanya keras.Ruangan itu terasa semakin sempit karena tatapan tajam Bima yang ti

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 84 Memberimu Uang

    Bima duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptop dengan dahi berkerut. Matanya terpaku pada laporan transaksi kartu kredit yang baru saja dia terima melalui email dari bank. Sebuah transaksi besar—ratusan juta rupiah—keluar dari salah satu kartunya.Dia menggeser kursi sedikit mendekat. Matanya menyusuri setiap detail laporan itu. Waktu transaksi, tempat, dan jumlah yang tertera membuat hatinya mulai dipenuhi tanda tanya. Dia tidak ingat pernah mengeluarkan uang sebanyak itu dalam waktu dekat.Dengan rahang mengeras, Bima menghela napas dalam. Dia berusaha mengingat, tapi tidak ada satu pun pengeluaran yang sesuai dengan nominal tersebut.Tangannya bergerak cepat mengambil ponsel dan menekan nomor layanan bank. Setelah beberapa nada sambung, suara operator wanita menjawab.“Selamat siang, Pak Bima. Ada yang bisa kami bantu?”“Saya ingin konfirmasi transaksi di kartu kredit saya. Ada jumlah yang tidak saya kenali,” Bima langsung ke intinya.Operator itu meminta beberapa detail untuk

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 83 Bagian Masa Lalu

    Maya masih berdiri di tempat, hatinya diliputi kebingungan. Kenapa Bima ada di sini?Bima yang masih berdiri di depan nisan orang tua Maya, menundukkan kepalanya sejenak. Seolah sedang menimbang kata-kata yang tepat. Udara di pemakaman terasa hening, hanya suara dedaunan yang berguguran terbawa angin yang terdengar di antara mereka."Aku datang ke sini bukan untuk mengganggumu, May," kata Bima akhirnya. Suaranya terdengar berat. "Aku hanya ingin melayat. Aku merasa bersalah pada ayah dan ibumu … ""Merasa bersalah?" ulang Maya, dingin.Bima menarik napas panjang, lalu berjongkok di depan nisan. Tangannya menyentuh batu dingin itu dengan penuh hati-hati, seolah sedang berbicara langsung kepada orang yang telah tiada. "Mereka menerimaku dengan baik saat aku menikah denganmu. Mereka mempercayaiku, menganggapku bagian dari keluarga. Aku berjanji di hadapan mereka untuk menjaga dan membahagiakanmu … tapi aku gagal," jelas Bima.Maya mengerutkan kening. “Semua sudah berlalu … “"Aku mengkh

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 82 Sulit Ditebak

    Maya menutup mulut dengan tangan, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dia menatap Reza, kemudian orang tua pria itu. Yang tampak begitu bahagia dan penuh harap.Segalanya terasa seperti mimpi. Tak pernah terpikir oleh Maya bahwa malam ini akan menjadi momen di mana hidupnya akan berubah selamanya.“Maya?” panggil Reza. Kali ini sedikit lebih khawatir karena wanita di hadapannya masih belum merespons.Maya menelan ludah, matanya mulai berkaca-kaca. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaranya seolah tertahan di tenggorokan.Hingga akhirnya, dia mengangguk. “Ya … Aku mau,”Seolah dunia berhenti berputar sejenak.Seketika suara tepuk tangan terdengar dari orang tua Reza. Bahkan beberapa tamu di restoran yang menyaksikan momen tersebut ikut bersorak.Reza tersenyum lega, lalu dengan hati-hati menyematkan cincin itu ke jari manis Maya. Setelahnya dia bangkit dan langsung menarik Maya ke dalam pelukannya.“Terima kasih. Aku sangat bahagia sekarang,” bisik Reza sambil memeluk M

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 81 Penuh Luka Masa Lalu

    Maya melangkah keluar dengan gaun sederhana berwarna biru tua. Rambutnya yang tergerai lembut berayun setiap kali dia melangkah. Maya sudah bersiap sejak setengah jam yang lalu, tapi tetap merasa sedikit gugup.Begitu dia sampai di lobi, Reza turun dari mobil dan berjalan menghampirinya. Pria itu mengenakan kemeja hitam dengan lengan yang digulung hingga siku. Begitu menawan. Senyum khasnya langsung menghangatkan hati Maya.“Kamu cantik,” puji Reza. Matanya menelusuri wajah Maya dengan penuh kekaguman.Maya tersipu. “Terima kasih. Kamu juga terlihat … luar biasa,” balasnya.Reza terkekeh pelan. “Jadi, siap untuk makan malam?”Maya mengangguk. “Tapi … kita mau makan di mana?”Reza membuka pintu mobil untuk Maya. “Itu kejutan,” katanya sambil tersenyum misterius.Maya menaiki mobil dan duduk, sementara Reza menutup pintu dan segera mengambil tempat di belakang kemudi. Mobil melaju perlahan meninggalkan apartemen. Lampu kota mulai menyala satu per satu, tampak begitu indah.“Setidaknya b

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 80 Mungkin Nanti

    Siang itu, suasana rumah keluarga Harjono terasa lebih ramai dari biasanya. Meja panjang di tengah ruangan dihiasi dengan piring-piring berisi berbagai masakan mulai dari ayam panggang, sup hangat, hingga aneka lauk yang menggugah selera.Harjono sebagai kepala keluarga, duduk di kursi utama. Di sampingnya Sulastri tampak sibuk menuangkan sup ke dalam mangkuk. Wajahnya berseri-seri, terutama saat melihat Abi yang digendong oleh seorang pengasuh di dekat meja makan.“Lihat bayi kecil ini,” kata Sulastri. “Abi makin besar dan tampan saja. Dia benar-benar cucu kebanggaan keluarga Harjono,”Nina yang duduk di sebelah Bima hanya tersenyum tipis sambil melirik ke arah Sulastri.“Tentu saja,” sahut Harjono sambil menyantap makanan. “Abi adalah penerus keluarga ini,”“Ibu, bagaimana kabar toko?” Vina berusaha mengalihkan pembicaraan.Sulastri tersenyum dan mulai berbicara panjang lebar tentang tokonya. Dia memutuskan untuk membuka toko sembako beberapa bulan lalu, untuk mengisi waktu luang.D

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 79 Kakak Ipar

    Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam ketika Nina mendengar suara mobil Bima memasuki garasi. Dia segera berdiri dan berjalan ke arah pintu, menyambut suaminya dengan senyum manis yang sudah dia latih sepanjang hari.“Sayang, kamu sudah pulang,” sapa Nina lembut saat Bima melangkah masuk ke dalam rumah.Bima tampak lelah. Dasi di lehernya sudah sedikit longgar dan kemejanya kusut setelah seharian bekerja.“Iya. Hari ini benar-benar melelahkan.” Bima menghela napas panjang sambil melepas sepatu.Nina dengan sigap menerima tas kerja Bima dan meletakkannya di meja. “Kamu mau makan dulu atau langsung mandi?” tanyanya dengan suara lembut.Bima mengusap wajahnya. “Mungkin mandi dulu biar segar,”Nina mengangguk mengerti. “Aku sudah siapkan air hangat di kamar mandi,”“Terima kasih,” jawab Bima singkat sebelum berjalan ke kamar mereka.***Setelah beberapa saat, Bima keluar dari kamar mandi dengan piyama. Dia duduk di tepi ranjang sambil mengecek ponsel, sesekali membalas pesan yang m

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 78 Hidup Berantakan

    Suasana bengkel yang tadinya bising dengan suara mesin kini terasa sunyi di antara mereka. Seolah waktu melambat.“Aku tidak butuh tes DNA itu,” kata Nina keras. “Aku yakin, Abi itu anak Bima,”Femil menyipitkan mata, ekspresinya berubah dingin. “Kamu datang padaku, meminta bantuanku. Tapi kamu masih yakin Abi adalah anak Bima?”Nina menghela napas dengan frustrasi. “Ini bukan soal siapa ayah Abi!” teriak Nina. Aku butuh uang, dan kamu satu-satunya orang yang bisa membantuku sekarang,"Femil terkekeh sinis, menyilangkan tangannya di dada. “Kamu pikir aku akan membuang uang lima puluh juta begitu saja untukmu tanpa alasan yang jelas? Aku hanya butuh kepastian,"Nina mendengus. "Femil, tolonglah. Kamu tahu aku tidak punya siapa-siapa lagi yang bisa kumintai tolong," mohon Nina. Dari ekspresinya, tampak jelas kalau dia sangat putus asa.Femil menatapnya tajam. “Jika kamu yakin Abi itu anak Bima, kenapa tidak langsung meminta bantuannya? Kenapa malah datang kepadaku?"Nina terdiam. Dia t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status