KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 56POV Naya"Anak Ibu kalian yang murahan itu sudah merebut suami kami. Dengan jal*ang dia memberikan tubuhnya pada suami-suami di sini. Dan sampai sekarang suami saya itu pergi dari rumah, saya yakin dia pergi sama sama perempuan murah*an itu!" Aku dan Mas Arman sangat terkejut dengan semua kenyataan yang terjadi. Banyak sekali kejutan yang diberikan oleh Ibu pada kami. Bukankah Lela sedang sakit, bagaimana bisa dia melakukan semua ini. Apakah Ibu memaksa Lela untuk mencari uang dengan cara yang tidak halal seperti ini?"Jangan fitnah kamu! Bisa saya laporkan dengan tuduhan pencemaran nama baik!" ancam Ibu lagi sambil menunjuk-nunjuk ke arah Ibu-ibu tadi.Aku dan Mas Arman hanya saling pandang, tidak tau harus bersikap bagaimana. Karena kami sama sekai tidak tau jalan ceritanya bagiamana. Apalagi tadi ketika kami menanyakan pada Ibu kemana Lela. Ibu sama sekali tidak menjawab pertanyaan kami.Terlihat sekali tadi Ibu berusaha menutupi keberadaan Lel
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 57POV Ibu Jubaidah"Sebab kebahagiaan itu letaknya di dalam hati dan hati itu milik Allah. Dialah yang mampu membolak-balikkan isi hati. Jika Ibu merasa hidupnya tidak bahagia, bisa jadi itu karena kedekatan Ibu dengan Allah kurang baik. Jadi kalau Ibu pengen bahagia, perbaiki hubungan Ibu dengan Allah."Mendengar perkataan Naya barusan semakin membuatku berang. Aku sangat sensitif jika ada orang yang berusaha mengingatkan aku tentang Tuhan. Apalagi jika yang mengingatkan adalah anak yang masih bau kencur. Hidup baru kemarin sudah sok mengajari tentang hidup."Diaaammm! Diam kamu wanita kurang ajar!"Plak! Aku menampar wajahnya dengan keras. Terbukti tanganku sampai bergetar dan perih saat ini. Arman dan wanita sialan itu sangat terkejut dengan perlakuanku barusan. Arman segera bangkit dari duduknya dan berlari ke arah Naya. Dia berkali-kali mengusap lembut pipi istrinya itu."Kenapa Ibu menampar, Naya? Dia cuma berusaha mengingatkan Ibu. Agar tidak
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 58Pov Ibu mertuaDia pergi tanpa pamit atau permohonan maaf. Rasa cinta yang dulu tumbuh besar, kini berubah menjadi benci. Aku mengepalkan tangan dengan kuat, berjanji akan membuat wanita itu menderita. Dan kamu, Akang. Akan selamanya menjadi milikku, hanya milikku.*Sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan Kang Hakim. Apalagi saat ini dia akan segera menjadi milik wanita lain. Jujur aku tidak rela, tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika Kang Hakim akan pergi meninggalkan aku sendirian. Tidak pernah ada dalam bayangan jika Kang Hakim menolak perasaanku. Menolak semua cinta dan kasih sayang yang selama ini aku curahkan padanya.Aku bahkan tidak tau sekarang sudah jam berapa. Yang aku tau ini pasti sudah tengah malam. Perutku dari tadi terasa perih, aku sudah sangat lapar. Tapi selera makan menguap entah kemana. Aku bahkan tidak memperdulikan jendela kamar yang terbuka dari tadi sore.Biarlah angin malam menerbangkan rasa rinduku
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 59POV Ibu MertuaAir hujan menyadarkan aku yang terbaring lemah di antara rumput ilalang yang panjang. Entah dimana kini aku berada, dan apa yang sebenarnya terjadi. Aku memegang kepala yang terasa sangat berat. Mataku terasa sangat berat untuk terbuka, apa aku sakit?Aku berusaha mengingat-ingat semuanya. Mengingat apa yang sebenarnya terjadi padaku. Yang aku ingat semalam aku keluar malam untuk menemui Kang Hakim. Tapi sewaktu pulang.Aku segera bangkit, menyadari jika semalam ada orang yang mengikutiku dan."Aaaaaa…."Suara teriakanku melengking tinggi, beberapa kali aku terisak saat menyadari jika aku telanjang bulat. Tanpa benang yang membalut tubuhku. Ya Tuhan apa yang terjadi, kenapa malang sekali nasibku.Aku berusaha mengedarkan pandangan, mencari tahu dimana aku sekarang. Ternyata aku ada dibelakang rumahku sendiri. Dengan cepat aku bangkit dan berusaha berlari agar tidak ada satu orang pun yang melihat keadaanku seperti ini.Walaupun teras
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 60POV Naya"Keluar kalian dari rumahku!" teriak Ibu sambil menangis. Entah mengapa, dari tadi dia hanya menangis dan merutuki nasibnya yang sial. Ibu kadang menangis, kadang tertawa. Aku hanya takut jika Ibu menjadi gila dan Lela akan menuduh kami sebagai penyebabnya. Karena saat ini hanya aku dan Mas Arman yang berada di sini."Ayo kita pulang, Mas." Aku mengambil tas yang berada di atas sofa. Kemudian memakainya kasar. Aku kembali melihat Ibu yang masih menangis dan duduk di lantai. Bahkan sekarang rambutnya sudah berantakan karena dari tadi dia sibuk menarik-narik rambutnya sendiri."Mas. Kamu mau pulang atau tinggal disini?" tanyaku kesal pada Mas Arman yang masih berdiri terpaku melihat ke arah Ibu. Aku tahu mungkin rasa kasihan masih ada pada Mas Arman. Hanya saja aku tidak akan membiarkan rasa kasihannya itu malah dimanfaatkan oleh Ibu untuk kembali menguasai Mas Arman. Terserah jika ada yang bilang aku jahat, aku memang bukan orang baik. Tapi
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 61POV Naya"Nay. Kamu bisa nggak gantiin aku, soalnya anakku lagi sakit di sekolah." Tiba-tiba Nisa datang dengan tergesa dan langsung meminta pertolongan. Aku yang bingung hanya bisa menatapnya heran."Santai dulu, kenapa sih?" tanyaku penasaran. Padahal aku sedang mengedit beberapa naskah lagi. Sebenarnya tidak banyak lagi juga. Karena naskah ini lumayan tidak hancur.Nisa akhirnya mengambil kursi untuk duduk di sampingku. Aku memberinya satu botol air mineral. Agar dia bisa santai dan tidak panik."Jadi gini, tadi pihak sekolah telpon aku. Katanya anakku pingsan di sekolah. Dan sekarang aku harus ke sana," jawab Nisa hampir menangis. "Astaghfirullah, iya. Kamu ke sana aja, memangnya kamu mau minta tolong apa tadi?" tanyaku pada Nisa yang masih gelisah. Aku paham, karena aku juga punya anak. Tidak ada yang lebih penting dari seorang anak."Jadi nanti sekitar jam 10 ada rapat di luar kantor. Kalau nggak salah di hotel Grand Nusa. Kamu gantiin aku y
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 62POV Putra"Minum dulu, ya?" aku menyodorkan satu botol air mineral pada Naya yang masih menangis. Dia menerimanya dengan tangan gemetar, kasihan."Udah, nggak papa. Ada saya di sini," ucapku lagi berusaha menenangkan Naya yang masih syok karena kejadian tadi. Aku memang tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Karena tadi saat sedang rapat, Naya kembalinya lama sekali. Aku berusaha menyusul, karena aku pikir dia kesusahan menemukan ponselku.Ternyata pas aku keluar, dia sudah ditarik paksa oleh dua orang laki-laki yang berpakaian hitam. Penampilan mereka seperti bodyguard, karena ada dua orang lagi di samping mereka. Naya masih saja menangis, tangannya sampai gemetar. Hatiku terasa sakit ketika melihat dia menangis sesenggukan seperti ini."Kita pulang saja ya," ajakku pelan. Aku berusaha berjongkok di bawahnya. Karena Naya terus menunduk."Tapi meetingnya," ujar Naya pelan."Udah, biar itu urusan saya. Sebaiknya kamu langsung pulang kerumah. Tidak u
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 63POV NayaSepanjang perjalanan pulang aku terus terdiam sambil melihat ke jalanan. Kejadian tadi masih menyisakan ketakutan di dalam diri. Aku masih saja gemetar jika membayangkan anak buah Bosnya Lela bisa menangkapku. Tidak bisa kubayangkan jika aku dipaksa melayani laki-laki tua itu. Untung saja Allah masih menyelamatkan aku dari mereka. Putra datang di saat yang tepat ketika aku membutuhkan bantuan.Dalam pikiranku tadi, masa depanku pasti akan kelam jika Lela berhasil menjadikan aku sebagai pelampiasan nafsu laki-laki bejat itu. Aku memejamkan mata sejenak, berusaha menetralkan pikiranku yang masih kalut. Ternyata di luar sana masih ada orang seperti Lela. Padahal dia sudah sakit-sakitan. Bahkan dia pernah muntah darah, kenapa bisa dia kembali terjun ke lembah hitam seperti itu.Pantas saja semua warga yang tinggal di lingkungan Ibu menatap kami tidak suka kemarin. Mereka pikir kami sama jahatnya seperti Ibu dan Lela. Ternyata Lela memang meman
"Tidaak! Jangan kubur anak saya. Dia masih hidup!" Tiba-tiba Ibu datang dan berteriak dari jauh. Kami semua terkejut dan melihat Ibu yang datang dengan penampilan yang sangat berantakan.Wajahnya merah, bahkan Ibu tidak memakai jilbab. Padahal tadi Umi sudah menyerahkan satu set gamis beserta jilbab. Agar Ibu bisa menutup aurat di acara pemakaman Lela."Stop. Kalian semua pembunuh. Jangan kubur Lela, dia masih hidup. Lelaaa!" teriak Ibu sambil terisak. Terpaksa acara pemakaman Lela dihentikan. Pak Hartono yang dari tadi terdiam, berjalan menghampiri Ibu yang sedang berontak karena dipegang oleh beberapa santri."Cukup, Jubaidah! Jangan buat masalah lagi. Lela sudah tenang, relakan," tegas Pak Hartono sambil memegang kedua bahu Ibu."Tidak. Lela anakku masih hidup. Kalian semua pembunuh," sungut Ibu yang membuat suasana semakin menegang.Beberapa pelayat ada yang bingung dengan kejadian ini. Ada di antara mereka yang langsung pulang karena proses pemakaman terlalu lama."Diam. Tolong
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 72POV Naya"Ibu mertuamu dimana, Nay? Apa dia tidak ingin mencium Lela untuk terakhir kalinya?" tanya Umi padaku. Saat ini jenazah Lela sudah dirumah Umi dan Abi. Tadi saat di rumah sakit Ibu berkali-kali pingsan karena tidak sanggup kehilangan Lela.Dia berbicara antara sadar dan tidak sadar. Ibu terus meracau memanggil nama Lela. Sesekali Ibu tertawa sendiri, kemudian kembali menangis. Makanya tadi saat dirumah sakit, aku memutuskan untuk naik mobil ambulans menemani jenazah Lela.Sedangkan Ibu, pulang bersama Mas Arman. Ibu lebih tenang jika berada di dekat Mas Arman daripada Pak Putra dan Pak Hartono. Padahal mereka adalah keluarga kandung Ibu. Mungkin karena efek sudah lama tidak bertemu dan bersama. Makanya Ibu juga merasa asing dengan mereka. Begitu juga sebaliknya, walaupun ada gurat kecewa di wajah Pak Putra.Apalagi saat Ibu mengatakan jika dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Wajah Pak Putra dan Pak Hartono langsung memerah
Ketika Istri Berhenti PeduliPak Putra mengambil kembali ponselnya dari tanganku. Sedangkan aku masih berdiri di sampingnya karena syok. Bagaimana bisa ada dua orang yang sangat mirip tapi tidak kembar."Dia Widya. Tapi kamu tenang saja, saya tau kamu sudah menikah dan memiliki anak," ucap Pak Putra dengan nada suara yang lebih tenanSetelahg. Sepertinya dia sudah jauh lebih baik dari tadi."Apakah Widya memiliki orang tua atau keluarga?" tanyaku pada Pak Putra yang sedang menyimpan ponselnya di dalam saku jaket kulit miliknya."Iya, dia sama seperti kamu. Anak tunggal, hanya saja kedua orangtuanya sudah pindah ke luar negeri setelah dia meninggal," jawab Pak Putra menjelaskan."Kenapa kami bisa sangat mirip, padahal kami tidak memiliki hubungan darah," aku terus memikirkan bagaimana wajahku bisa sangat mirip dengan wanita itu."Entahlah, kuasa Allah. Tidak ada yang tidak mungkin bukan?" jawab Pak Putra yang membuatku beristighfar.Kenapa aku tidak berpikir seperti Pak Putra. Padahal j
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 71POV NayaKami masih menangis di depan kamar Lela. Sedangkan di dalam ada dokter dan beberapa perawat yang sedang melakukan pemeriksaan. Walaupun kami tau jika Lela sebenarnya sudah tiada. Tapi Dokter pasti akan tetap melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Mataku sembab dan terasa sangat lelah. Mas Arman masih menangis sesenggukan di sampingku. Sedangkan Pak Putra hanya diam dengan wajah datarnya. Dia sama sekali tidak terlihat sedih atau merasa kehilangan. Ya wajar menurutku, karena dia tidak pernah dekat dengan Adiknya itu. Bahkan dia malah membencinya karena sikap Lela tempo hari.Tapi jauh di dalam sini, aku berucap pada diriku sendiri. Jika aku sudah memaafkan semua kesalahan Lela padaku. Semua dendam yang pernah tertanam di dalam hati. Kini sudah hilang, tidak ada lagi dendam ataupun kebencian pada Lela.Kini aku malah teringat dengan Diki, dia telah menjadi yatim di usia balita. Mau menghubungi Herman juga aku tidak mempunyai nomor teleponnya. B
"Maksudnya gimana ya, Pak?" tanya Mas Arman tersenyum aneh. Aku juga merasa aneh dengan sikap mereka dari tadi."Jadi dulu, setelah dia melahirkan Putra. Dia pamit karena suatu urusan. Dan setelah itu dia tidak pernah kembali lagi pada kami. Di menghilang bak ditelan bumi. Saya pikir dia sudah meninggal, karena tidak kunjung kembali. Tapi nyatanya, dia masih hidup. Walaupun kami dipertemukan dengan cara seperti ini. Tapi itu cukup membuat saya bahagia. Ternyata anak saya masih hidup dan sudah mempunyai anak di tempat lain. Kamu adalah cucu saya juga." Pak Hartono menjelaskan semuanya sehingga membuat aku dan Mas Arman terkejut. Berarti Ibu masih mempunyai keluarga. Dan tidak main-main, dia punya keluarga yang sangat kaya raya."Anda sedang tidak bercanda kan, Pak?" tanya Mas Arman memastikan."Saya serius. Kamu bisa tanyakan lagi nanti sama Ibu. Dia akan siuman sebentar lagi. Tadi terpaksa dokter menyuntikkan obat penenang. Karena dia terus menangis memanggil anaknya," jelas Pak Hart
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 70POV NayaKami berlari mengejar langkah dokter yang semakin menjauh. Perutku rasanya sedikit nyeri bagian bawah karena berlari menyusuri lorong rumah sakit. Ternyata Lela sudah dibawa kembali ke ruang operasi.Aku dan Mas Arman menunggunya dengan harap-harap cemas. Jujur, jika ditanyakan apakah aku membenci Lela. Jawabannya iya, karena dari dulu dia menginginkan aku berpisah dari Mas Arman. Dia selalu menghasut supaya Mas Arman menceraikan aku. Apalagi setelah kejadian kemarin, ketika dia ingin menjualku pada laki-laki hidung belang. Rasa benciku semakin bertambah-tambah rasanya.Tapi jika sekarang ada yang menanyakan, apakah aku mencemaskan Lela. Jawabannya juga iya, aku sangat mencemaskan dia. Jujur, saat ini aku sungguh menginginkan dia untuk sembuh kembali. Walaupun setelah dia sembuh dan sehat dia akan menggangu hidupku. Rasanya aku rela, karena melihat penderitaan yang dia alami sekarang membuatku sadar. Jika doaku selama ini mungkin telah dik
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 69POV Naya"Baik, Pak. Kami akan segera ke sana. Terimakasih banyak informasinya." Entah dengan siapa Mas Arman bicara di telepon. Sepertinya sangat serius, terlihat jelas raut wajah Mas Arman yang seperti tegang atau terkejut.Aku kembali menyiapkan makan siang. Hari ini aku sengaja membuat menu sederhana makanan kesukaan Mas Arman. Katanya dia sudah lama sekali tidak makan beberapa sayuran dengan lalapan terasi. Dulu ketika kami masih duduk di rumah yang sudah terjual. Aku sering membuatkan Mas Arman makanan kampung seperti ini.Tapi semenjak Daffa lahir, aku jadi jarang ada waktu untuk bersuka ria di dapur. Umi dan Abi tadi pagi pamit untuk pergi ke acara khitanan anak saudara Abi. Sekalian mereka mengajak Daffa ikut serta. Padahal hari ini rencananya aku akan mengajak Mas Arman dan Daffa untuk jalan-jalan ke pantai. Hanya saja Daffa lebih memilih pergi bersama Kakek dan Neneknya.Aku hanya bisa pasrah saat melihat Daffa lebih memilih Umi daripada
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 68POV Putra"Wira, Lo bisa ngerjain ini nggak? Soalnya mendadak ada telepon dari pihak hotel." Aku yang sedang repot dengan semua pekerjaan di kantor terpaksa meninggalkannya pada Wira–sahabatku."Kok mendadak?" tanya Wira saat aku sedang bersiap-siap."Iya, barusan Kakek telpon. Katanya di gudang belakang hotel itu terjadi penyekapan pada seorang wanita gitu. Dan kondisinya parah banget, mana gudang itu milik Kakek juga," jawabku pada Wira yang menunggu penjelasan."Astaghfirullah, yaudah Lo hati-hati ya. Biar ini Gue yang urus," balas Wira mengambil alih pekerjaanku."Tengkiyu, Bro. Nanti kalau udah siap Gue langsung balik sini lagi," pamitku seraya melangkah keluar dari ruangan Wira."Santai aja, Bro." Aku berjalan dengan sedikit tergesa, karena ini adalah masalah besar yang harus aku hadapi sendiri. Untung saja ini hari Minggu, jadi aku bisa keluar dari kantor. Karena akan diadakan event ulang tahun kantor, makanya aku dan Wira harus berkerja le
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 67"Lela!" teriakku saat melihat tubuh Lela yang tergeletak begitu saja di lantai. Seluruh tubuhnya terlihat lebam-lebam, bahkan beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan darah segar. Segera aku buka ikatan tangan dan kaki Lela. Aku sangat panik, bagaimana jika Lela sudah meninggal. Tidak, dia tidak boleh meninggalkan aku sendirian di dunia ini. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi."Tolooong!""Tolong!" Aku berteriak sekuat tenaga, hingga akhirnya beberapa polisi datang dan langsung menolong kami.Segera aku membuka sweater yang menempel ditubuh kemudian menutup bagian tubuh Lela yang sensitif. Air mataku terus mengalir tanpa henti. Rasanya aku sudah sangat lelah hari ini."Hati-hati, Pak. Dia tidak memakai baju," ucapku lirih pada beberapa anggota polisi yang sudah masuk. Mereka menggangguk paham, kemudian salah satu di antara mereka melepaskan jaket. Kembali menempelkan jaket tersebut pada tubuh Lela yang masih terlihat polos.Salah satu anggota pol