KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 61POV Naya"Nay. Kamu bisa nggak gantiin aku, soalnya anakku lagi sakit di sekolah." Tiba-tiba Nisa datang dengan tergesa dan langsung meminta pertolongan. Aku yang bingung hanya bisa menatapnya heran."Santai dulu, kenapa sih?" tanyaku penasaran. Padahal aku sedang mengedit beberapa naskah lagi. Sebenarnya tidak banyak lagi juga. Karena naskah ini lumayan tidak hancur.Nisa akhirnya mengambil kursi untuk duduk di sampingku. Aku memberinya satu botol air mineral. Agar dia bisa santai dan tidak panik."Jadi gini, tadi pihak sekolah telpon aku. Katanya anakku pingsan di sekolah. Dan sekarang aku harus ke sana," jawab Nisa hampir menangis. "Astaghfirullah, iya. Kamu ke sana aja, memangnya kamu mau minta tolong apa tadi?" tanyaku pada Nisa yang masih gelisah. Aku paham, karena aku juga punya anak. Tidak ada yang lebih penting dari seorang anak."Jadi nanti sekitar jam 10 ada rapat di luar kantor. Kalau nggak salah di hotel Grand Nusa. Kamu gantiin aku y
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 62POV Putra"Minum dulu, ya?" aku menyodorkan satu botol air mineral pada Naya yang masih menangis. Dia menerimanya dengan tangan gemetar, kasihan."Udah, nggak papa. Ada saya di sini," ucapku lagi berusaha menenangkan Naya yang masih syok karena kejadian tadi. Aku memang tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Karena tadi saat sedang rapat, Naya kembalinya lama sekali. Aku berusaha menyusul, karena aku pikir dia kesusahan menemukan ponselku.Ternyata pas aku keluar, dia sudah ditarik paksa oleh dua orang laki-laki yang berpakaian hitam. Penampilan mereka seperti bodyguard, karena ada dua orang lagi di samping mereka. Naya masih saja menangis, tangannya sampai gemetar. Hatiku terasa sakit ketika melihat dia menangis sesenggukan seperti ini."Kita pulang saja ya," ajakku pelan. Aku berusaha berjongkok di bawahnya. Karena Naya terus menunduk."Tapi meetingnya," ujar Naya pelan."Udah, biar itu urusan saya. Sebaiknya kamu langsung pulang kerumah. Tidak u
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 63POV NayaSepanjang perjalanan pulang aku terus terdiam sambil melihat ke jalanan. Kejadian tadi masih menyisakan ketakutan di dalam diri. Aku masih saja gemetar jika membayangkan anak buah Bosnya Lela bisa menangkapku. Tidak bisa kubayangkan jika aku dipaksa melayani laki-laki tua itu. Untung saja Allah masih menyelamatkan aku dari mereka. Putra datang di saat yang tepat ketika aku membutuhkan bantuan.Dalam pikiranku tadi, masa depanku pasti akan kelam jika Lela berhasil menjadikan aku sebagai pelampiasan nafsu laki-laki bejat itu. Aku memejamkan mata sejenak, berusaha menetralkan pikiranku yang masih kalut. Ternyata di luar sana masih ada orang seperti Lela. Padahal dia sudah sakit-sakitan. Bahkan dia pernah muntah darah, kenapa bisa dia kembali terjun ke lembah hitam seperti itu.Pantas saja semua warga yang tinggal di lingkungan Ibu menatap kami tidak suka kemarin. Mereka pikir kami sama jahatnya seperti Ibu dan Lela. Ternyata Lela memang meman
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 64Pov NayaSetelah menunggu Mas Arman pulang dari kantor dengan hati gelisah. Akhirnya aku memutuskan untuk membantu Umi membagikan makanan pada santri di sini.Karena setiap hari Senin atau Kamis, ini selalu membagikan nasi pada semuanya. Katanya untuk mereka buka puasa sunah.Saat sedang membagikan makanan, aku melihat mobil Mas Arman masuk ke dalam halaman komplek. Aku tersenyum melihat akhirnya Mas Arman pulang."Umi, Naya pulang duluan ya. Soalnya Mas Arman sudah pulang dari kantor," pamitku pada Umi yang sedang sibuk membagikan makanan."Iya, Nay."Aku segera mengajak Daffa untuk pulang menyambut Ayahnya. Daffa berlahan dengan sedikit berlari, hingga membuatku lelah mengikuti langkahnya."Udah pulang, Mas?" tanyaku pada Mas Arman yang kini sudah berada di kamar. Aku mengambil tangannya dan menciumnya dengan takzim. Begitu juga dengan Daffa, tingkahnya sangat menggemaskan."Udah. Mas pikir kamu kemana, pas Mas tanya sama Abi katanya kamu lagi ba
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 65POV NayaAku melirik jam di dinding, sudah jam sembilan malam. Siapa yang bertamu semalam ini. Karena penasaran, aku pun bangkit dari duduk dan berjalan menyusul Mas Arman yang sudah duluan keluar.Saat tiba diambang pintu, aku terkejut melihat siapa tamu yang datang. Dia memeluk Mas Arman kuat sambil menangis."Ibu," lirihku pelan. Di teras Ibu sedang memeluk Mas Arman dengan kuat sambil menangis. Entah apa yang membuat Ibu bisa datang kemari dan menemui kami. Padahal dia sendiri yang mengatakan jika kami bukan lagu keluarganya. Dia sendiri yang memutuskan tali persaudaraan. Bahkan kemarin ketika aku dan Mas Arman terakhir kali datang ke sana, Ibu mengusir kami.Aku berjalan mendekati Mas Arman dan Ibu. Melihatku datang Ibu langsung melepaskan pelukannya dan menatapku tajam. Aku melipat tangan di depan dada, tidak menanyakan apapun."Ibu ngapain ke sini?" tanya Mas Arman pada Ibu yang masih sesenggukan. Entah itu air mata palsu atau bukan. Tapi ya
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 66POV Ibu JubaidahMalam ini aku kembali sendiri dalam keheningan malam yang panjang. Bagaimana tidak, Lela tidak pernah pulang sejak pergi dua Minggu yang lalu. Pertamanya dia pergi karena ada urusan dengan pelanggannya. Aku hanya mengizinkan dengan suka rela, toh ketika dia pulang nanti juga bakalan bawa uang.Setelah diusir oleh Naya dan Arman dari rumahnya. Aku dan Lela harus pontang panting cari uang sendiri. Biasanya Arman lah yang selalu memberikan uang padaku dan Lela.Sehingga pada suatu hari Lela bercerita kalau dia digoda oleh tetangga kami. Pertamanya Lela menolak, tapi aku yang mengatakan pada Lela jika dia menginginkan hidup enak tanpa harus bekerja keras ya begitulah caranya. Dia cantik, badannya juga masih bagus. Walaupun sekarang kelihatan kurus, tapi dia masih terlihat cantik.Bukan hanya satu tetangga laki-laki yang datang, tapi banyak. Rata-rata itu laki-laki yang sudah beristri. Karena Lela cantik, maka aku menyarankan untuk mene
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 67"Lela!" teriakku saat melihat tubuh Lela yang tergeletak begitu saja di lantai. Seluruh tubuhnya terlihat lebam-lebam, bahkan beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan darah segar. Segera aku buka ikatan tangan dan kaki Lela. Aku sangat panik, bagaimana jika Lela sudah meninggal. Tidak, dia tidak boleh meninggalkan aku sendirian di dunia ini. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi."Tolooong!""Tolong!" Aku berteriak sekuat tenaga, hingga akhirnya beberapa polisi datang dan langsung menolong kami.Segera aku membuka sweater yang menempel ditubuh kemudian menutup bagian tubuh Lela yang sensitif. Air mataku terus mengalir tanpa henti. Rasanya aku sudah sangat lelah hari ini."Hati-hati, Pak. Dia tidak memakai baju," ucapku lirih pada beberapa anggota polisi yang sudah masuk. Mereka menggangguk paham, kemudian salah satu di antara mereka melepaskan jaket. Kembali menempelkan jaket tersebut pada tubuh Lela yang masih terlihat polos.Salah satu anggota pol
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 68POV Putra"Wira, Lo bisa ngerjain ini nggak? Soalnya mendadak ada telepon dari pihak hotel." Aku yang sedang repot dengan semua pekerjaan di kantor terpaksa meninggalkannya pada Wira–sahabatku."Kok mendadak?" tanya Wira saat aku sedang bersiap-siap."Iya, barusan Kakek telpon. Katanya di gudang belakang hotel itu terjadi penyekapan pada seorang wanita gitu. Dan kondisinya parah banget, mana gudang itu milik Kakek juga," jawabku pada Wira yang menunggu penjelasan."Astaghfirullah, yaudah Lo hati-hati ya. Biar ini Gue yang urus," balas Wira mengambil alih pekerjaanku."Tengkiyu, Bro. Nanti kalau udah siap Gue langsung balik sini lagi," pamitku seraya melangkah keluar dari ruangan Wira."Santai aja, Bro." Aku berjalan dengan sedikit tergesa, karena ini adalah masalah besar yang harus aku hadapi sendiri. Untung saja ini hari Minggu, jadi aku bisa keluar dari kantor. Karena akan diadakan event ulang tahun kantor, makanya aku dan Wira harus berkerja le
"Tidaak! Jangan kubur anak saya. Dia masih hidup!" Tiba-tiba Ibu datang dan berteriak dari jauh. Kami semua terkejut dan melihat Ibu yang datang dengan penampilan yang sangat berantakan.Wajahnya merah, bahkan Ibu tidak memakai jilbab. Padahal tadi Umi sudah menyerahkan satu set gamis beserta jilbab. Agar Ibu bisa menutup aurat di acara pemakaman Lela."Stop. Kalian semua pembunuh. Jangan kubur Lela, dia masih hidup. Lelaaa!" teriak Ibu sambil terisak. Terpaksa acara pemakaman Lela dihentikan. Pak Hartono yang dari tadi terdiam, berjalan menghampiri Ibu yang sedang berontak karena dipegang oleh beberapa santri."Cukup, Jubaidah! Jangan buat masalah lagi. Lela sudah tenang, relakan," tegas Pak Hartono sambil memegang kedua bahu Ibu."Tidak. Lela anakku masih hidup. Kalian semua pembunuh," sungut Ibu yang membuat suasana semakin menegang.Beberapa pelayat ada yang bingung dengan kejadian ini. Ada di antara mereka yang langsung pulang karena proses pemakaman terlalu lama."Diam. Tolong
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 72POV Naya"Ibu mertuamu dimana, Nay? Apa dia tidak ingin mencium Lela untuk terakhir kalinya?" tanya Umi padaku. Saat ini jenazah Lela sudah dirumah Umi dan Abi. Tadi saat di rumah sakit Ibu berkali-kali pingsan karena tidak sanggup kehilangan Lela.Dia berbicara antara sadar dan tidak sadar. Ibu terus meracau memanggil nama Lela. Sesekali Ibu tertawa sendiri, kemudian kembali menangis. Makanya tadi saat dirumah sakit, aku memutuskan untuk naik mobil ambulans menemani jenazah Lela.Sedangkan Ibu, pulang bersama Mas Arman. Ibu lebih tenang jika berada di dekat Mas Arman daripada Pak Putra dan Pak Hartono. Padahal mereka adalah keluarga kandung Ibu. Mungkin karena efek sudah lama tidak bertemu dan bersama. Makanya Ibu juga merasa asing dengan mereka. Begitu juga sebaliknya, walaupun ada gurat kecewa di wajah Pak Putra.Apalagi saat Ibu mengatakan jika dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Wajah Pak Putra dan Pak Hartono langsung memerah
Ketika Istri Berhenti PeduliPak Putra mengambil kembali ponselnya dari tanganku. Sedangkan aku masih berdiri di sampingnya karena syok. Bagaimana bisa ada dua orang yang sangat mirip tapi tidak kembar."Dia Widya. Tapi kamu tenang saja, saya tau kamu sudah menikah dan memiliki anak," ucap Pak Putra dengan nada suara yang lebih tenanSetelahg. Sepertinya dia sudah jauh lebih baik dari tadi."Apakah Widya memiliki orang tua atau keluarga?" tanyaku pada Pak Putra yang sedang menyimpan ponselnya di dalam saku jaket kulit miliknya."Iya, dia sama seperti kamu. Anak tunggal, hanya saja kedua orangtuanya sudah pindah ke luar negeri setelah dia meninggal," jawab Pak Putra menjelaskan."Kenapa kami bisa sangat mirip, padahal kami tidak memiliki hubungan darah," aku terus memikirkan bagaimana wajahku bisa sangat mirip dengan wanita itu."Entahlah, kuasa Allah. Tidak ada yang tidak mungkin bukan?" jawab Pak Putra yang membuatku beristighfar.Kenapa aku tidak berpikir seperti Pak Putra. Padahal j
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 71POV NayaKami masih menangis di depan kamar Lela. Sedangkan di dalam ada dokter dan beberapa perawat yang sedang melakukan pemeriksaan. Walaupun kami tau jika Lela sebenarnya sudah tiada. Tapi Dokter pasti akan tetap melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Mataku sembab dan terasa sangat lelah. Mas Arman masih menangis sesenggukan di sampingku. Sedangkan Pak Putra hanya diam dengan wajah datarnya. Dia sama sekali tidak terlihat sedih atau merasa kehilangan. Ya wajar menurutku, karena dia tidak pernah dekat dengan Adiknya itu. Bahkan dia malah membencinya karena sikap Lela tempo hari.Tapi jauh di dalam sini, aku berucap pada diriku sendiri. Jika aku sudah memaafkan semua kesalahan Lela padaku. Semua dendam yang pernah tertanam di dalam hati. Kini sudah hilang, tidak ada lagi dendam ataupun kebencian pada Lela.Kini aku malah teringat dengan Diki, dia telah menjadi yatim di usia balita. Mau menghubungi Herman juga aku tidak mempunyai nomor teleponnya. B
"Maksudnya gimana ya, Pak?" tanya Mas Arman tersenyum aneh. Aku juga merasa aneh dengan sikap mereka dari tadi."Jadi dulu, setelah dia melahirkan Putra. Dia pamit karena suatu urusan. Dan setelah itu dia tidak pernah kembali lagi pada kami. Di menghilang bak ditelan bumi. Saya pikir dia sudah meninggal, karena tidak kunjung kembali. Tapi nyatanya, dia masih hidup. Walaupun kami dipertemukan dengan cara seperti ini. Tapi itu cukup membuat saya bahagia. Ternyata anak saya masih hidup dan sudah mempunyai anak di tempat lain. Kamu adalah cucu saya juga." Pak Hartono menjelaskan semuanya sehingga membuat aku dan Mas Arman terkejut. Berarti Ibu masih mempunyai keluarga. Dan tidak main-main, dia punya keluarga yang sangat kaya raya."Anda sedang tidak bercanda kan, Pak?" tanya Mas Arman memastikan."Saya serius. Kamu bisa tanyakan lagi nanti sama Ibu. Dia akan siuman sebentar lagi. Tadi terpaksa dokter menyuntikkan obat penenang. Karena dia terus menangis memanggil anaknya," jelas Pak Hart
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 70POV NayaKami berlari mengejar langkah dokter yang semakin menjauh. Perutku rasanya sedikit nyeri bagian bawah karena berlari menyusuri lorong rumah sakit. Ternyata Lela sudah dibawa kembali ke ruang operasi.Aku dan Mas Arman menunggunya dengan harap-harap cemas. Jujur, jika ditanyakan apakah aku membenci Lela. Jawabannya iya, karena dari dulu dia menginginkan aku berpisah dari Mas Arman. Dia selalu menghasut supaya Mas Arman menceraikan aku. Apalagi setelah kejadian kemarin, ketika dia ingin menjualku pada laki-laki hidung belang. Rasa benciku semakin bertambah-tambah rasanya.Tapi jika sekarang ada yang menanyakan, apakah aku mencemaskan Lela. Jawabannya juga iya, aku sangat mencemaskan dia. Jujur, saat ini aku sungguh menginginkan dia untuk sembuh kembali. Walaupun setelah dia sembuh dan sehat dia akan menggangu hidupku. Rasanya aku rela, karena melihat penderitaan yang dia alami sekarang membuatku sadar. Jika doaku selama ini mungkin telah dik
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 69POV Naya"Baik, Pak. Kami akan segera ke sana. Terimakasih banyak informasinya." Entah dengan siapa Mas Arman bicara di telepon. Sepertinya sangat serius, terlihat jelas raut wajah Mas Arman yang seperti tegang atau terkejut.Aku kembali menyiapkan makan siang. Hari ini aku sengaja membuat menu sederhana makanan kesukaan Mas Arman. Katanya dia sudah lama sekali tidak makan beberapa sayuran dengan lalapan terasi. Dulu ketika kami masih duduk di rumah yang sudah terjual. Aku sering membuatkan Mas Arman makanan kampung seperti ini.Tapi semenjak Daffa lahir, aku jadi jarang ada waktu untuk bersuka ria di dapur. Umi dan Abi tadi pagi pamit untuk pergi ke acara khitanan anak saudara Abi. Sekalian mereka mengajak Daffa ikut serta. Padahal hari ini rencananya aku akan mengajak Mas Arman dan Daffa untuk jalan-jalan ke pantai. Hanya saja Daffa lebih memilih pergi bersama Kakek dan Neneknya.Aku hanya bisa pasrah saat melihat Daffa lebih memilih Umi daripada
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 68POV Putra"Wira, Lo bisa ngerjain ini nggak? Soalnya mendadak ada telepon dari pihak hotel." Aku yang sedang repot dengan semua pekerjaan di kantor terpaksa meninggalkannya pada Wira–sahabatku."Kok mendadak?" tanya Wira saat aku sedang bersiap-siap."Iya, barusan Kakek telpon. Katanya di gudang belakang hotel itu terjadi penyekapan pada seorang wanita gitu. Dan kondisinya parah banget, mana gudang itu milik Kakek juga," jawabku pada Wira yang menunggu penjelasan."Astaghfirullah, yaudah Lo hati-hati ya. Biar ini Gue yang urus," balas Wira mengambil alih pekerjaanku."Tengkiyu, Bro. Nanti kalau udah siap Gue langsung balik sini lagi," pamitku seraya melangkah keluar dari ruangan Wira."Santai aja, Bro." Aku berjalan dengan sedikit tergesa, karena ini adalah masalah besar yang harus aku hadapi sendiri. Untung saja ini hari Minggu, jadi aku bisa keluar dari kantor. Karena akan diadakan event ulang tahun kantor, makanya aku dan Wira harus berkerja le
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 67"Lela!" teriakku saat melihat tubuh Lela yang tergeletak begitu saja di lantai. Seluruh tubuhnya terlihat lebam-lebam, bahkan beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan darah segar. Segera aku buka ikatan tangan dan kaki Lela. Aku sangat panik, bagaimana jika Lela sudah meninggal. Tidak, dia tidak boleh meninggalkan aku sendirian di dunia ini. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi."Tolooong!""Tolong!" Aku berteriak sekuat tenaga, hingga akhirnya beberapa polisi datang dan langsung menolong kami.Segera aku membuka sweater yang menempel ditubuh kemudian menutup bagian tubuh Lela yang sensitif. Air mataku terus mengalir tanpa henti. Rasanya aku sudah sangat lelah hari ini."Hati-hati, Pak. Dia tidak memakai baju," ucapku lirih pada beberapa anggota polisi yang sudah masuk. Mereka menggangguk paham, kemudian salah satu di antara mereka melepaskan jaket. Kembali menempelkan jaket tersebut pada tubuh Lela yang masih terlihat polos.Salah satu anggota pol