Share

Ibu Datang

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sudah hampir satu Minggu aku di rumah Bapak. Hari ini Mas Fandi mau menjemputku. Ia tidak mengizinkanku pulang menyetir sendiri.

Pulang dari kantor, langsung naik travel ke rumah Bapak. Menjelang Maghrib baru sampai. Besok pagi kami akan pulang.

Bapak dan mas Fandi berbincang-bincang santai. Aku masuk kamar menyiapkan keperluan untuk pulang besok. Tak lama kemudian Mas Fandi masuk ke kamar. 

"Anak-anak nggak apa-apa kan waktu Papa tinggal tadi? Berani kan mereka hanya berdua saja?" tanyaku pada Mas Fandi.

"Jangan khawatir, Ma, mereka sudah besar, hebat dan kuat seperti mamanya," kata Mas Fandi pelan.

"Terimakasih ya, Pa? Sudah mau menutupi masalah kita di depan Bapak dan Ibu," kataku lagi.

Mas Fandi langsung memelukku dengan erat.

"Ma, maafin Papa ya? Papa sangat mencintai Mama. Dengan Leni hanya senang sesaat saja. Yang Papa lakukan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
wah yg dtng adik s pelakor dn teriak2 d dpn rmh irang emang utu orang g punya akhlak ...
goodnovel comment avatar
Mrs.Zee
laki siapa yg ribut siapa, aneh...
goodnovel comment avatar
Yung
mubgkin juga yg bernama lana itu minta di hamili juga sama fandi gk tau malu banget tuh keluarga dajjal
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Tamu Yang Tidak Sopan

    Aku mendekati Lana yang seperti kesetanan berteriak memanggil namaku."Ada perlu apa kemari?" kataku. Kulihat Lana dengan wajah emosi. Enak saja, datang ke rumah orang seperti mau mengajak berkelahi."Mana Mas Fandi," kata Lana dengan nada keras."Hei kalau bertamu itu yang sopan!" sahut Ibu yang ada di belakangku."Nggak usah ikut campur deh, Bu! Aku perlu sama Mas Fandi. Mana dia?" jawab Lana dengan nada ketus."Tidur, emang kenapa?" kataku dengan nada kesal."Kamu apakan Mas Fandi, sudah beberapa hari nggak pulang, ninggalin istrinya yang hamil tua." Lana berkata dengan ketus. Ia menatap t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Lelah Jiwa Raga

    Drtt ...drtt...ponsel Mas Fandi berbunyi terus, yang menelpon bergantian yaitu Mbak Sisi dan Lana."Ponsel bunyi terus kok nggak diangkat Nis!" kata Ibu yang muncul dari kamar."Ponsel Mas Fandi, Bu. Yang menelpon Mbak Sisi dan Lana," kataku.Drtt...drtt..."Sini Ibu yang menjawab telponnya," kata Ibu.Aku menyerahkan ponsel Mas Fandi pada Ibu."Halo""........""Sampaikan sendiri!""........""Bukan urusanmu!" jawab Ibu sambil memutuskan panggilan.Aku diam tidak berani bertanya.Menjelang Ashar, Mas Fandi dan anak-anak baru saja pulang. Bahagianya aku melihat mereka senang dan bahagia. Seandainya masalah itu tidak datang. Ah sudahlah, semua sudah terjadi."Senangnya yang baru dibelikan ponsel dan lapt

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Bad Mood

    "Enak ya kalau Eyang disini. Eyang rajin bikin camilan," kata Anggi ketika kami berkumpul di ruang keluarga sambil menikmati pisang coklat yang Ibu buat."Iya, nggak perlu jajan lagi," kata Angga yang dari tadi tidak berhenti mengunyah."Hayo kalian sudah habis berapa makanannya. Satu buah seribu lho. Nanti bayar uangnya sama Eyang," kataku menggoda mereka."Kamu ini ada-ada saja Nis," kata Ibu tertawa.Indahnya kumpul bersama keluarga. Sayangnya tidak ada mas Fandi.Sore ini Mas Fandi pulang ke rumah, setelah pulang dari kantor."Assalamualaikum." Mas Fandi mengucapkan salam."Waalaikumsalam," kataku menyambut Mas Fandi.Mas Fandi mendekati Ibu dan anak-anak. Anak-anak yang tadinya masih tertawa-tawa langsung terdiam, Ibu pun juga diam."Mau kopi, Pa?" tanyaku memecah keheningan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Pengacau Datang

    Aku pulang kantor sudah ada Mbak Sisi dirumah."Kapan datang, Mbak?" tanyaku basa-basi."Nggak usah basa-basi," jawab Mbak Sisi dengan ketus.Darahku langsung naik. Pagi-pagi sudah dibuat bad mood, pulang kantor kondisi capek mak lampir sudah nongol di rumah. Ditambah jawaban yang membuat orang emosi. Aku tarik napas dalam-dalam, biar emosiku turun."Sisi, ditanya baik-baik kok jawabnya kayak gitu," kata Ibu marah."Dia kan nanyanya basa-basi Bu!" jawab Mbak Sisi."Masih bagus Anis mau nanya, daripada kamu langsung diusir!""Ibu membela Anis terus. Yang jadi anak Ibu itu siapa? Sisi atau Anis?""Ibu membela yang benar!" jawab ibu."Maaf Bu, Anis ke dalam dulu," kataku sambil berjalan menuju ke kamar.Aku langsung mandi untuk menyegarkan badan dan pikiran, sebelum berhada

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Sama-sama Pelakor

    Hari ini pulang dari kantor aku dan Sandra mampir ke mall untuk belanja bulanan. Banyak yang akan aku beli, karena semenjak Ibu di rumah selalu membuat cemilan, jadi aku menyediakan bahan-bahan yang mungkin diperlukan Ibu."Banyak sekali belanjaanmu, Nis?" tanya Sandra."Iya, San. Ibu di rumah sering buat makanan, makanya aku beli macam-macam bahan. Biar Ibu berkreasi dengan bahan yang ada.""Ibu mertuamu baik ya, Nis.""Alhamdulillah, sudah seperti ibuku sendiri."Kami kembali asyik mencari bahan yang lain."Lho Pak Hasan nyari apa? Sama siapa?" kata Sandra menyapa seseorang.&

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Gara-gara Postingan

    Jadwal Mas Fandi mundur sehari, jadi tiga hari berada di Jakarta. Dan sejak kejadian Mbak Sisi dan Lana diusir oleh Angga, mereka tidak lagi datang ke rumah. Angga memang bisa diandalkan."Pa, tolong Leni suruh hapus postingan di medsos. Tadi ada beberapa orang teman kantor Papa yang japri Mama, menanyakan kabar tentang pernikahan Papa. Apa yang harus Mama jawab? Kan sudah Mama bilang, jangan posting di Medsos! Norak banget sih!" protesku pada Mas Fandi ketika sudah pulang dari Jakarta.Mas Fandi hanya diam, tidak menggubris ucapanku. Aku jadi kesal."Sudahlah Ma, kayak gitu aja dibesar-besarkan. Nggak usah banyak protes. Mama itu hanya orang lain yang kebetulan terikat pernikahan dengan Papa. Jadi nggak usah sok ngatur! Papa sudah bosan mendengar Mama ngomong tentang Leni yang selalu salah di mata Mama!" jawab Mas Fandi.Enak sekali dia ngomong kayak gitu. Nggak mikirin perasaanku.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Meminta Maaf

    Ibu sudah datang ke rumah sakit pagi ini sendirian karena Angga harus sekolah. Ibu tampak segar, mungkin tadi malam bisa beristirahat.Tok..tok..Aku berjalan menuju pintu, ternyata ada Mas Hendra dan Mbak Yuni."Kok nggak ngasih tahu kami kalau Anggi dirawat di sini?" kata Mbak Yuni."Maaf Mbak, kami tidak mau merepotkan!" kataku pada Mbak Yuni. Aku merasa tidak enak dengan Mbak Yuni. Mbak Yuni sangat baik denganku, tidak tega rasanya membebaninya dengan berbagai masalahku."Dapat kabar dari siapa Mbak?" tanyaku heran."Dari Fandi, tadi malam menelpon," kata Mas Hendra.Untung Anggi sedang tidur karena habis minum obat, kalau tidak pasti dia akan marah mendengar orang menyebut nama papanya.Aku menceritakan semuanya pada Mas Hendra dan Mbak Yuni. Juga kelakuan Mbak Sisi kepada kami."Salah ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Aku Juga Istrinya

    Pagi ini Ibu sudah datang ke rumah sakit, membawa makanan untukku."Ini Nis sarapannya," kata Ibu sambil menyodorkan makanan padaku."Makasih Bu, ayo sarapan bareng Anis," ajakku."Ibu nanti saja. Tadi sudah sarapan teh sama roti," jawab Ibu.Mas Fandi bangun ketika dokter datang memeriksanya."Tekanan darah Bapak sangat tinggi, bisa mengakibatkan gejala stroke. Konsumsi makanannya diperhatikan ya Pak? Sebenarnya semua itu intinya dari pikiran. Kalau pikiran tenang, insyaallah penyakit-penyakit menghilang. Usia seperti Bapak dengan tekanan darah yang sangat tinggi sangat rentan dengan yang namanya stroke. Usahakan rileks ya, Pak? Jangan lupa juga perbanyak ibadahnya. Ikhtiar dan ibadah harus seimbang," kata dokter ketika visit."Terima kasih Dokter.""Sama-sama, cepat sembuh ya, Pak! Jangan kelamaan disini, nanti bosan melihat saya terus,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Ending

    Suara azan subuh membangunkanku dari tidur dan mimpi. Mimpi yang sangat indah, eh mimpi atau kenyataan ya? Sebuah tangan masih melingkar di tubuhku, ah tentu saja tangannya Mas Rayhan, suamiku tercinta. Perlahan aku singkirkan tangannya, ternyata dia malah semakin mengeratkan pelukannya. Badanku terasa sangat remuk redam, karena permainan panas kami berdua tadi malam. Benar-benar luar biasa. Aku berusaha bangkit dari tidurku, tapi masih ditahan tangan Mas Rayhan."Nanti saja bangunnya," kata Mas Rayhan sambil mengeratkan pelukannya."Aku mau mandi, Mas. Salat subuh.""Sebentar lagi. Mas masih mau memelukmu. Sekali lagi ya?" pinta Mas Rayhan dengan tangan mulai bergerilya.Aku hanya bisa mengangguk pasrah. Mas Rayhan masih bersemangat melakukannya. Permainannya luar biasa, aku dibuatnya tidak berdaya."Aah..aah." Aku terus mendesah, menikmati surga dunia.

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Malam Pertama

    Rumah terasa sangat sepi hanya kami berdua saja. Aku membereskan barang-barang yang masih berantakan. Dibantu Mas Rayhan, semua sudah tampak bersih lagi. Malam ini aku berencana akan tidur di rumah Mas Rayhan. Beberapa pakaian dan keperluanku sudah aku bawa kemarin. Tentu saja tidak semua barang aku bawa, hanya keperluan pribadi saja.Tak terasa sudah azan magrib, kebetulan aku sudah selesai mandi. Segera aku dan Mas Rayhan meninggalkan rumah ini.Setelah mengunci pintu rumahku, akhirnya aku dan Mas Rayhan pindah tempat tinggal.Mas Rayhan sedang mandi ketika aku selesai salat magrib. Ia tidak mandi di rumahku karena memang tidak pakaian ganti. Mas Rayhan keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk. Tampak tubuh kekarnya yang belum pernah aku lihat. Dadaku menjadi berdebar-debar. Aku tetap memperhatikan Mas Rayhan, kemudian ia melepaskan handuknya dan memakai celana dalam. Aku merasa sangat malu, kemudian ia menoleh padaku,

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Sah

    Aku terbangun dari tidurku, jam menunjukkan pukul empat pagi. Kulihat Anggi masih pulas terbuai mimpi. Aku keluar dari kamar menuju ke dapur karena merasa sangat haus. Kulihat Indra, suami Resti, dan Angga masih tertidur di depan televisi. Keluargaku memang sedang menginap di rumahku.Sampai di dapur, kulihat Ibu sedang memasak air."Bu, kok sudah bangun?" tanyaku, sambil mengambil air putih."Ibu memang terbiasa bangun jam segini.""Apa Ibu nggak nyenyak tidurnya?""Kalau sudah setua Ibu, tidur nyenyak itu nggak lama. Paling hanya beberapa jam saja."Aku pun duduk bersama Ibu."Kamu sendiri nyenyak nggak tidurnya? Atau malah nggak bisa tidur membayangkan hari ini?" tanya Ibu menggodaku."Alhamdulillah, Bu, nyenyak sekali.""Kamu bahagia, Nis?""Bahagia, Bu."&nbs

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Masih Sabar

    Aku sedang berada di rumah Mas Rayhan, asyik ngobrol dengan Uti Ros. Tadi aku mengantarkan makanan buatan Ibu, malah diajak ngobrol sama Uti Ros."Ibu sudah nggak sabar melihat Rayhan menikah. Dia sudah lama sendiri, setiap Ibu tanya kapan mau menikah, ia selalu mengalihkan pembicaraan. Tapi ketika Ibu dan Key menjodohkan denganmu, Rayhan tampak bersemangat. Dan yang membuat Ibu berbahagia, waktu Rayhan mengatakan mau menikah denganmu. Ibu yakin, kamu itu memang pantas mendampinginya. Akhirnya Rayhan menemukan jodohnya." Uti Ros berkata dengan mata berkaca-kaca."Saya juga sangat berbahagia, Uti. Saya tidak menyangka kalau mau menikah lagi dalam waktu dekat ini. Tapi yang namanya jodoh, tidak ada yang tahu. Ternyata jodoh saya lima langkah dari rumah, kayak lagi dangdut," kataku sambil tertawa. Uti Ros juga ikut tertawa."Ibu yakin, kalian berdua bisa menjaga keutuhan rumah tangga kalian nantinya. Pengalaman hidup

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Bahagia

    "Ayo sekarang kita cari Mas kawinnya," kata Mas Rayhan setelah kami selesai mendaftarkan pernikahan kami ke KUA. Semua persyaratan sudah selesai kami urus dan semuanya sudah beres. Tinggal menunggu akad nikahnya.Mobil melaju ke arah sebuah pusat perbelanjaan. Kami langsung menuju ke toko perhiasan. Aku memilih perhiasan yang aku suka, yaitu cincin."Kenapa nggak yang ini?" kata Mas Rayhan sambil menunjuk satu set perhiasan, berupa cincin, gelang dan kalung.Aku ragu memilihnya, karena aku tahu pasti mahal harganya."Nggak usah mikir harga. Uang bisa dicari," bisiknya padaku.Aku mengangguk tanda setuju dengan pilihannya.Selesai membeli mas kawin, kami jalan-jalan mencari pakaian. Ternyata Mas Rayhan orangnya ribet kalau mencari pakaian, hobinya yang model slim fit. Pantesan ia selalu terlihat modis dan macho, nggak kayak aku. Aku kalau mencari pakaian yang

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Kejutan

    Pagi ini aku dikagetkan dengan kedatangan keluarga besarku. Bapak, Ibu, Resti dan keluarganya datang ke rumah. Ada apa ya, kok begitu mendadak? Apakah ada sesuatu yang begitu penting? Aku jadi penasaran."Kok nggak ada yang ngasih kabar kalau mau kesini," kataku masih tidak percaya dengan kehadiran mereka."Kejutan, Mbak!" kata Resti sambil tertawa.Aku ke dapur untuk membuatkan minuman, kulihat Anggi sedang membuatkan teh sambil ngobrol dengan Nadia, anak pertama Resti."Kamu tahu kalau Akung dan Uti mau kesini?" tanyaku pada Anggi."Tahu, Ma," jawab Anggi dengan santai."Kok nggak bilang sama Mama.""Nggak boleh kata Tante Resti." Anggi melangkah ke ruang keluarga dengan membawa minuman. Kami duduk diatas karpet sambil ngobrol-ngobrol."Kamu sudah siap, Nduk?" tanya Ibu."Siap apa, Bu?" jawabku

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Dimabuk Cinta

    Sepertinya aku sudah dimabuk cinta, cinta pada Mas Rayhan. Kami sering berangkat kerja bareng. Tapi tentu saja kami masih tahu batasan tidak menabrak norma yang ada. Tidak ada kontak fisik yang berlebihan.Hari ini pulang dari kantor, aku dan Mas Rayhan berencana pergi ke sebuah supermarket. Ada beberapa keperluan rumah tangga yang akan aku beli.Aku sudah membereskan dokumen-dokumen yang berserakan di mejaku. Ruanganku sudah sepi, aku pun keluar dari ruangan menuju ruang tunggu. Sekitar lima menit aku menunggu, Mas Rayhan belum juga keluar dari ruangannya.Akhirnya aku mengirim pesan.[Mas, jadi kan nemenin aku ke supermarket?][Mas jadi nggak?]Belum juga ada jawaban. Aku jadi serba salah, kalau aku tinggal, nanti Mas Rayhan marah. Aku pun mencoba untuk menelpon Mas Rayhan."Mas, masih lama nggak pulangnya? Atau aku pulang d

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Mundur Teratur?

    "Pantas saja nggak mau makan di kantin, ternyata mau makan berdua disini," kata Sandra mengagetkan kami.Aku dan Mas Rayhan hanya tertawa."Aku keluar ah, nggak enak nanti mengganggu.""Disini saja, San. Kalau hanya berdua saja nggak enak.""Betul itu." Mas Rayhan menimpali."Terus aku ngeliatin kamu makan, gitu, Nis?" tanya Sandra."Ayo kalau mau makan bersama," ajakku."Sudah kenyang.""Kamu sudah selesai makannya?" tanya Mas Rayhan."Sudah. Mas habisin saja.""Bener?""Iya, Mas.""Mas?" tanya Sandra heran. Aku kaget keceplosan memanggil Mas pada Mas Ray."Kayaknya ada sesuatu yang disembunyikan. Apakah benar dugaanku?" tanya Sandra dengan penasaran."Iya, jangan cerita dengan orang lain." Ma

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Mengkhawatirkan

    Sampai dirumah, ternyata Anggi sudah pulang."Mama, nggak bawa mobil ya?" tanya Anggi yang baru keluar dari kamarnya."Enggak, naik ojek.""Ooo.""Tolong dibereskan yang ada di meja makan. Tadi Mama beli makanan."Anggi berjalan menuju ruang makan, aku segera mandi untuk menyegarkan hati dan pikiran.Selesai mandi aku segera makan. Dari pagi perut belum terisi. Gara-gara emosi yang menguras hati dan pikiran. Kenapa aku jadi seperti ini ya?Badanku benar-benar lelah sangat lelah. Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur, aku sengaja tidak memegang ponselku. Pasti akan ada panggilan dan pesan dari Mas Rayhan. Aku biarkan saja. Aku ingin istirahat.Tapi pikiran tidak bisa diajak kompromi. Memikirkan tadi siang. Aku baru melihat Nadya hari ini. Memang Minggu lalu katanya ada pelantikan beberapa pejabat. Ada yang

DMCA.com Protection Status