Tegar yang baru saja menbuka matanya terkejut saat melihat Cinta sudah berpakaian rapi dan siap berangkat kerja. Tegar bergegas bangun dan menghampiri Cinta, ditatapnya wajak pucat Cinta meskipun sudah dipoles dengan make up.“Kau mau kerja?” tanya Tegar dengan suara yang terdengar tegas dan menyiratkan sebuah amarah yang terpendam.Semalam Tegar hampir tidak tidur karena menjaga Cinta yang demam, beberapa kali dia harus merebus air untuk mengompres istrinya yang sedang demam. Setealah dirasa suhu tubuh Cinta sudah mulai turun dan tidak menggigil lagi, Tegar baru bisa istirahat dengan tenang.“Aku harus kerja.” Cinta menjawab pertanyaan sang suami sambil menata beberapa barang yang harus dia bawa ke stand pameran.“Ijin saja dulu, kesehatanmu belum pulih, kau masih butuh istirahat.”“Aku tidak mungkin ijin, saat ini aku masih masa training, jadi harus menunjukkan kinerja yang baik biar nggak dipecat. Lagi pula jika aku tidak kerja kita akan makan apa?”Kata demi kata yang baru saja te
Cinta memuntahkan semua isi perutnya di toilet yang mall, tubuhnya terasa semakin lemah. Cinta mengistirahatkan tubuhnya sejenak dengan duduk di toilet sambil memijit kepalanya. Setelah merasakan tubuhnya sudah lebih baik, Cinta bergegas keluar karena dirinya sadar sudah terlalu lama meninggalkan stand pameran.Cinta melangkahkan kaki kembali ke stand pameran yang dia jaga. Suasana hati Cinta semakin memburuk saat dia melihat Lisa yang sedang berdiri di dekat stand pameran dengan terus menggerakkan kepalanya seperti sedang mencari seseorang. Ya, sudah pasti orang yang saat ini sedang dicari oleh Lisa adalah dirinya.Sebenarnya Cinta sudah merasa tidak kuat untuk melangkah tetapi dia harus segera sampai di stand. Cinta berusaha menguatkan hatinya karena dia sangat yakin jika Lisa akan memberondong dirinya dengan berbagai kata-kata yang mungkin akan membuat panas telinga dan hatinya.“Selamat siang, Bu Lisa!” sapa Cinta dengan santun kepada perempuan yang berdiri membelakangi dirinya.“
“Tolong matikan AC-nya, Pak! Istri saya sedang demam,” ucap Tegar kepada pengemudi taksi online.“Baik, Pak!” jawab sang pengemudiDari kaca tengah pengemudi itu memperhatikan Tegar yang sedang membantu Cinta untuk memakai jaketnya. Seulas senyum bahagia terukir di bibir pria paruh baya itu kala menyaksikan betapa perhatian dan sayangnya Tegar kepada Cinta. Sebuah pemandangan yang sangat menyejukkan hatinya.Beruntung perjalanan kali lancar tanpa adanya hambatan macet seperti biasanya, sehingga Cinta dan Tegar bisa tiba di rumah lebih cepat. Dan kini Cinta sudah kembali terbaring di atas tempat tidurnya. Dengan lembut dan penuh perhatian Tegar merawat Cinta yang sedang sakit. Saat merapikan selimut, seolah mencuri kesempatan Tegar mengusap lembut perut Cinta yang masih rata, ada rasa miris saat dirinya menduga janin tak berdosa di rahim Cinta tidak tumbuh sebagaimana mestinya.“Terima kasih,” ucap Cinta sambil meraih tangan sang suami yang masih berada di atas perutnya. “Maaf! Aku jad
Tidak ingin mengambil resiko yang bisa membahayakan Cinta, Tegar langsung membawa istri sirinya itu ke klinik yang terdekat. Dengan perasaan waswas Tegar menunggu Cinta yang sedang menjalani pemeriksaan. Pria berkulit sawo matang itu mengetuk-ngetukkan jemarinya ke meja, menunjukkan jika saat ini sedang dikuasai rasa cemas yang berlebih.Berulang kali pandangan Tegar tertuju ke tempat yang tertutup rapat oleh korden. Kembali mengingat Tuhan yang sudah lama dia lupakan, berdoa dan berharap jika Cinta dan janinnya dalam keadaan yang baik-baik saja.Tegar menghembuskan napas secara kasar, rasa lega menjalar ke seluruh tubuhnya, kala pemeriksaan terlah usai dan kini Cinta dengan wajah pucatnya sudah duduk di sampingnya.Tidak berapa lama seorang wanita paruh baya yang baru saja memeriksa Cinta pun duduk di hadapan pasangan suami istri itu. Seulas senyum yang terukir indah di bibirnya seolah memberikan kode jika apa yang menimpa Cinta bukanlah suatu hal terlalu serius.“Sepertinya Mbak Cin
Dikompres sudah, minum obat juga sudah, tetapi sampai malam hari suhu tubuh Cinta belum turun juga. Bukan hanya menggigil, Cinta pun mengigau memanggil kedua orang tuanya. Tegar terlihat semakin panik karena apa pun yang dia lakukan tampaknya tidak memberi efek yang berarti kepada Cinta.Entah dapat ide dari mana, Tegar menyusup ke dalam selimut dan memeluk tubuh Cinta mencoba untuk memberikan kehangatan agar tidak menggigil lagi. Jemari Tegar merapikan rambut Cinta yang lepek, lalu dengan lembut diciumnya kening sang istri.“Bapak!”Dengan mata yang masih terpecam Cinta memanggil sang ayah yang sudah tiada. Seperti sedang mencari posisi yang nyaman, Cinta menggerakkan tubuhnya dan kini dia membalas pelukan Tegar dengan posisi kepala tepat mencium dada Tegar. Tidak seperti sebelumnya, kini Cinta sudah terlihat lebih tenang.Tegar baru menyadari jika dirinya sedang tidak mengenakan pakaian atasan kala bibir Cinta menyentuh dadanya. Sentuhan lembut yang menimbulkan gelenyar tidak biasa
Untuk saat ini, tidak mungkin Cinta akan memberikan jawaban yang jujur mengenai alasannya menikahi Tegar, karena dia tahu, hubungan Aura dan Damar belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Sudah tentu Cinta tidak ingin pengorbanannya menjadi sia-sia, sampai saat ini kebahagiaan Aura tetaplah menjadi prioritas bagi Cinta.“Aku akan menunggu kejujuran darimu. Karena aku rasa kejujuranmu akan menjadi awal yang baik untuk rumah tangga kita,” ucap Tegar dibarengi dengan mendekatkan kepalanya ke arah Cinta.Cinta menjadi salah tingkah dan gugup saat wajah Tegar semakin mendekat, hingga Cinta menjatuhkan dirinya saat bibir Tegar mulai menyentuh bibirnya. Terlihat kekecewaan di wajah Tegar dan dia pun hanya bisa menelan ludah menahan hasratnya yang sedang bergejolak.“Maaf, aku masih pusing,” ucap Cinta yang sedang duduk berjongkok sambil menyilangkan tangan di perutnya.Tegar memandang Cinta dengan perasaan tidak percaya, lalu pria berkulit sawo matang itu turut berjongkok untuk mensejaj
Sejak mengetahui jika Cinta tidak sedang mengandung anak Damar, Tegar merasa dorongan untuk menuntut haknya sebagai seorang suami terasa semakin menggebu. Apalagi sekarang, saat Cinta sudah sembuh dari sakitnya. Tubuh yang terlihat segar bugar dan wajah cerah merona, membuat Tegar ingin segera menerkamnya menjadi santapan buka puasa.“Kenapa?” tanya Cinta yang terlihat salah tingkah saat menyadari jika sedari tadi Tegar terus memperhatikan.Cinta menguyah dengan perlahan makanan hasil masakan Tegar, kini lidahnya sudah terbiasa dengan masakan-masakan sederhana dari sang suami, dan tidak bisa dipungkiri jika masakan Tegar ternyata lebih nikmat dari masakan sang ibu yang lebih sering terasa hambar karena memang minim penggunaan garamnya.“Kau akan mulai kerja hari ini?” tanya Tegar dengan tatapan mata yang tidak beralih dari wajah Cinta yang sudah tidak pucat lagi.“Ya, aku masih trainee tapi sudah banyak ijinnya, takut kalau dipecat.”Tegar mengulurkan tangannya untuk menyentuh punggun
“Kudengar Cinta sakit, bahkan sampai seminggu tidak masuk kerja, apa dia sedang hamil?” tanya Adnan dengan nada datar.Untuk orang yang selama ini terlihat sangat tidak menyukai Cinta, tetapi Adnan justru terkesan sangat perhatian dan selalu ingin tahu segala hal yang menyangkut Cinta.“Tidak,” jawab singkat Tegar dengan jujur apa adanya.“Saya harap kau bisa menahan diri, jangan sampai membuatnya hamil! Karena sampai saat ini aku masih tidak percaya dengan perempuan itu.”“Apa yang Pak Adnan tahu tentang Cinta?” tanya Tegar yang sangat ingin tahu lebih banyak tentang masa lalu wanita yang telah dia nikahi. “Banyak, terutama kelicikan dan tipu muslihatnya, bahkan aku rasa pernikahan kalian itu juga karena tipu muslihatnya.”Tegar menganggap apa yang diucapkan oleh Adnan ada benarnya, kini memori Tegar kembali pada saat Cinta yang bersimpuh di kakinya memohon sambil menangis agar dia nikahi. Satu hal yang Tegar sadari, sejak awal dia sudah salah mendu
Waktu terus berjalan, dan lima tahun telah berlalu. Tegar dan Cinta mencoba berjuang mendirikan usaha mereka sendiri. Meskipun harus merangkak dari bawah tetapi pasangan suami istri itu tetap terlihat bahagia dan sangat menikmati setiap prosesnya. Sebagai anak yang lahir di luar nikah, Tegar sadar dirinya tidak memiliki sedikitpun hak atas Sanjaya Furniture. Semua itu adalah milik Damar, dan dia tidak akan mengganggunya. Begitu juga dengan Mulia Abadi Mebel, perusahaan itu adalah hasil kerja keras Lisa saat menjadi istri dari seorang Widiantoro Muliawan, dia pun tidak memiliki hak di sana, meskipun ibunya bekerja lebih dominan. Apalagi saat perceraian Lisa dengan Widi harta bersama yang mereka miliki langsung dilimpahkan kepada Cantika. Tegar bersyukur karena Cinta bisa memahami keputusannya tersebut, meskipun dirinya harus ikut bekerja keras dalam membantu Tegar menjalankan usaha yang benar-benar dari nol. Ketekunan Tegar dan Cinta pun membuahkan hasil, meskipun usaha mereka masih b
“Ini bukan malam pertama kita, Gar! Walaupun kita baru saja menikah tetapi kita bukan pengantin baru lagi,” ucap Cinta yang merasa tidak mampu mengimbangi gairah sang suami.Melihat sang istri yang terlihat sudah kelelahan akhirnya Tegar pun mengalah. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Tegar merapatkan tubuhnya dan berbaring dengan kepala bertumpu pada lengan kekarnya, hingga dia bisa memandang dengan saksama wajah pucat sang istri karena kelelahan melayaninya.“Apa kau sudah dengar kabar?” tanya Tegar sambil merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah sang istri, lalu diselipkannya di belakang daun telinga.“Apa?” tanya balik Cinta dengan mata yang hampir terpejam karena sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.“Pak Adnan akan menikah, lamarannya tadi diterima.”“Ha!” Kabar yang baru saja menggetarkan telinganya, membuat kantuk Cinta hilang seketika. “Sama ibu? Kapan?” cecar Cinta yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Buka,” jawab Tegar sambil menggelengan
Perbincangan yang terasa sangat private berlangsung di ruang kerja Lisa. Dengan didampingi oleh sang ayah yang merupakan seorang pengacara, Randy memberanikan diri untuk melamar Cantika. Tetapi tampaknya keinginan Randy tidaklah mudah untuk bisa terwujud, karena di hadapan Tegar, Cinta dan juga Lisa, dengan terang-terangan Cantika menolak niat Randy tersebut.“Itu sudah menjadi keputusan saya,” ucap Cantika dengan tegas.“Pikirkan masa depan anak yang sedang kau kandung saat ini,” sahut Adnan yang terlihat masih belum percaya jika janin yang saat ini dikandung oleh Cantika adalah calon cucunya.“Saya mengambil keputusan ini karena benar-benar memikirkan masa depan anak yang sedang saya kandung. Saya tidak ingin anak saya tumbuh seperti saya, tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kepalsuan.” Cantika tetap teguh dengan pendiriannya, seolah tidak ada yang bisa mengubah keputusannya lagi.Setelah lelah memohon kepada Cantika, kini Randy hanya mengandalkan sang papa untuk bisa membujuk C
Hesti memejamkan mata sambil mengatur napasnya. Wanita yang dinikahi secara sah oleh Dharma Sanjaya itu mencoba menahan segala amarah setelah mendengar pengakuan dari Lisa. Damar meraih jemari mamanya, berharap wanita yang telah melahirkannya bisa lebih tenang.Berpuluh tahun Hesti menyimpan amarah dan kebencian. Sungguh sangat sulit dipercaya jika ternyata sumber malapetaka dalam kehidupan rumah tangganya adalah orang yang begitu dekat dengannya.Hesti menghembuskan napas dengan kasar lalu membuka matanya dan memandang Lisa yang sedang menangis tergugu di hadapannya. Sudah bukan waktunya lagi untuk membalas dendam, tanpa harus mengotori tangannya ternyata Tuhan telah memberi keadilan kepada Lisa.Meskipun memiliki harta yang melimpah dan usaha yang maju dengan pesat, Lisa terjebak dalam pernikahan yang tidak sehat dengan Widiantoro Moeliawan. Berpuluh tahun Lisa harus hidup bersama seorang suami yang tukang selingkuh. Hingga membuat Lisa memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaa
Tegar langsung menghampiri Cantika yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Sesaat dua bersaudara yang lahir dari rahim yang sama meskipun dari benih pria yang berbeda itu saling berpelukan untuk melepas kerinduan.Tegar segera mengurai pelukannya kala merasa ada yang membatasinya. Ya, perut Cantika yang terlihat mulai menyembul. Diusapnya perut sang adik, ada rasa bangga kala mengetahui Cantika masih tetap mempertahankan kehamilannya meskipun harus menghadapi banyak rintangan dan hinaan.Di sudut yang berbeda, Cinta menyaksikan interaksi antara Tegar dengan Cantika. Rasa cemburu yang dahulu sempat membuat Cinta kalap kini raib berganti haru. Hubungan dua bersaudara di depannya, mengingatkan Cinta pada Aura, adiknya yang belum lama meninggal. Kesedihan kembali mendera hati Cinta karena rasa kehilangan dan kerinduan kepada Aura yang sudah tidak mungkin lagi bisa dia temui. Belum lagi perut Cantika yang membuncit mengingatkan Cinta pada calon anak yang harus pergi sebelum melihat ind
Dengan langkah lebar dan terlihat tergesa-gesa, Adnan memasuki sebuah restaurant. Pandangan matanya menyapu seisi ruangan mencari sosok yang sudah melakukan janji untuk bertemu di tempat tersebut. Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya netra Adnan menemukan sosok yang dia cari.“Maaf! Orang-orang suruhanku belum mendapatkan kabar tentang Cantika,” ujar Adnan kala menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang berada di depan Lisa. “Tapi orang-orangku masih terus mencarinya, semoga Cantika bisa secepatnya ditemukan.Lisa hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Adnan. Ada rasa kecewa yang sedang dia redam, bagaimana pun dia sangat ingin segera mengetahui kabar putrinya yang sudah beberapa hari meninggalkan rumah.“Selain masalah Cantika, sebenarnya ada urusan lain yang membuatku ingin menemuimu.”Pandangan Adnan langsung terfokus pada Lisa. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terdiam menunggu wanita yang duduk di hadapannya untuk mengungkapkan kepentingannya.“Bantu aku untuk mengurus
“Dia sudah pergi?”Hesti terjingkat kaget saat mendengar suara yang sudah beberapa hari dia nantikan. Bersama dengan senyum yang ditemani oleh lelehan air mata Hesti melangkahkan kakinya mendekati brankar putra semata wayangnya.“Kau sudah sadar?”Hesti tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kala melihat Damar sudah sadar. Tidak lupa dia menekan tombol nurse call agar Damar segera mendapat pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui keadaannya saat ini.Senyum di bibir Hesti semakin melebar saat dokter menjelaskan jika organ-organ vital Damar dalam keadaan yang baik dan bisa berfungsi dengan normal. Hanya kaki Damar yang membutuhkan tindakan lebih berupa fisioterapi agar bisa berjalan seperti sedia kala.“Aku akan mengabari Tegar,” ucap Hesti setelah dokter dan asistennya meninggalkan ruang perawatan Damar.“Apakah Tegar juga akan mengambil mama dariku?” tanya Damar dengan mata yang berkaca-kaca. “Tegar sudah mengambil papa, dia juga mengambil Cinta dariku, apakah sekarang mama juga aka
Pagi-pagi sekali Lisa sudah tiba di ruang perawatan Cinta. Bukan hanya untuk melihat keadaan anak dan menantunya tetapi juga pelarian atas masalah Cantika yang sampai saat ini belum ada kabarnya.Rasa canggung itu masih ada, hingga Cinta hanya melempar senyum untuk menyambut kedatangan wanita yang telah melahirkan Tegar terseb.ut. Cinta yang awalnya sibuk memainkan ponselnya pun bergegas meletakkan ponsel tersebut di nakas untuk menghargai kedatangan Lisa.“Sudah mau pulang?” tanya Lisa saat melihat Tegar sedang berkemas.“Ya, hanya tinggal tunggu visit dokter saja,” jawab Tegar.Sebenarnya untuk proses kuretase, Cinta tidak harus menjalani rawat inap. Tapi karena kondisi mental Cinta yang terlihat sangat terpuruk dan juga kesibukan Tegar mengurus pemakaman Aura dan juga anak mereka membuat Tegar memutuskan agar Cinta menjalani rawat inap.“Syukurlah, ibu akan menghubungi Bi Ani agar menyiapkan apartemen kalian.”“Kami akan pulang ke rumah dulu, masih banyak tetangga yang datang untuk
Cinta mulai membuka matanya saat mendengar sayup-sayup suara panggilan untuk melaksanakan ibadah di pagi hari. Ada rasa kehilangan kala tangannya menyentuh perutnya yang rata. Janin yang baru beberapa hari dia sadari kehadirannya kini sudah pergi meninggalkannya.Air mata Cinta kembali menetes saat dia teringat jika dia bukan hanya kehilangan calon anaknya tetapi juga Aura. Dan Cinta tidak bisa mengiring keduanya saat menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Dengan dibarengi oleh lelehan air mata, bibir Cinta merapalkan doa-doa untuk orang-orang yang dia sayangi yang telah meninggalkannya.Cinta bergegas menyeka air matanya saat mendengar suara pintu dibuka. Penampilan yang berbeda dari sosok yang sangat dia kenal membuat Cinta sedikit terpana. Mungkin berbagai ujian dan cobaan yang menghampiri mereka akhir-akhir ini membuat Tegar membutuhkan pegangan yang kuat, yang hanya bisa dia dapatkan dari Tuhannya.Biasanya di waktu subuh, Tegar sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, dan sulit