“Aku yakin sebenarnya Pak Tegar itu cemburu pada Pak Damar, makanya dia menyuruhmu untuk resign dari Sanjaya.”Cinta hanya mendengus kasar kala mendengar pernyataan dari Bella. Ingin rasa hati Cinta berbagi cerita seperti saat mereka masih remaja dulu, tetapi Cinta merasa malu untuk membuka aib keluarganya.“Aku yakin kalau Pak Tegar itu sangat mencintaimu. Tapi yang jadi pertanyaan, mengapa sampai saat ini Pak Tegar masih belum mau bekerja?” tanya Bella dengan menatap mata Cinta yang terlihat mulai berkaca-kaca. “Sejak kepergian ayahmu, kamu sudah menjadi tulang punggung keluarga, setelah menikah justru punya suami yang nggak mau kerja, terus kalau kamu hamil dan melahirkan, siapa yang akan mencari nafkah buat kalian?”“Ini konsekuensi yang harus aku terima, Bell!” ucap Cinta sambil menyeka air mata yang sudah tidak terbendung lagi.“Apa maksudmu? Cerita Ta, jangan kau simpan sendiri bebanmu! Mungkin aku memang nggak akan bisa memberi jalan keluar, tapi dengan berbagi cerita setidak
"Seandainya kau tahu bagaimana rasanya memiliki adik perempuan yang hamil di luar nikah, tentu kau akan melakukan hal yang sama dengan apa yang aku lakukan. Mencari tahu siapa lelaki yang telah menghamilinya, lalu memohon kepadanya untuk bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan,” ucap Cinta yang terlihat sudah lebih tenang, meskipun di wajahnya masih menyiratkan ketakutan. Sesekali tangannya menyeka air mata yang masih membasahi pipinya.“Tapi Damar bukan lelaki yang telah menghamili Aura." Sebagai lelaki yang seharusnya bertanggung jawab atas kehamilan Aura, Tegar pun menyanggah pernyataan Cinta.Sorot mata tajam dan suara yang terdengar tegas membuat Cinta tidak berani mengarahkan pandangannya kepada sosok yang telah menjadi suaminya.“Tapi itulah pengakuan Aura padaku, dan Damar pun telah mengakui jika dia telah melakukannya dengan Aura.”“Tapi saat kau mengetahui kebenarannya, mengapa kau tetap bertahan dengan kebohongan yang telah dilakukan Aura?”“Karena bagi Aura, Dam
“Gar!” Suara lirih Cinta, mencoba untuk mencegah tangan Tegar yang akan menarik handuk Cinta.Tanpa Cinta sadari suara lirih dan desah resahnya justru semakin mengundang gairah Tegar yang sudah tertahan begitu lama.“Kenapa?” tanya singkat Tegar kala merasakan genggaman tangan Cinta yang terasa semakin kuat. “Bukankah sebagai pasangan suami istri kita memiliki hak dan kewajiban yang harus kita lakukan? Dan selama ini kita telah mengabaikannya.”Lembut bibir Tegar mendarat di leher Cinta, Gelenyar aneh yang dirasakan Cinta membuatnya memejamkan mata kerena berada di antara rasa takut dan mulai menikmati sentuhan dari lelaki yang telah menyebut namanya dalam akad.“Berada di sampingmu adalah sebuah pengorbanan yang besar bagiku. Untuk kebahagiaan Aura, aku mengorbankan diriku dan juga kebahagiaan Damar. Kuharap kau sadar jika semua itu tentu tidaklah gratis,” ucap Tegar sambil berbisik di telinga Cinta dengan suaranya yang serak.“Aku akan membayar.”Dengan penuh keyakinan Cinta berucap
Semua barang milik Tegar sudah tidak ada, termasuk alat-alat pertukangan miliknya. Itu menandakan jika Tegar telah benar-benar meninggalkan Cinta, bukan hanya keluar sebentar untuk mencari makan untuk sarapan mereka pagi ini atau ke warung untuk membeli rokok seperti yang biasa dilakukan oleh Tegar.Cinta memeluk tubuhnya sendiri sambil menangis tergugu meratapi nasibnya, nasib ditinggal pergi oleh sang suami setelah mereka menghabiskan malam yang panas dan penuh gairah. Jika tadi Cinta hanya merasakan tubuhnya yang serasa remuk, kini hatinya pun tidak kalah remuk. Tidak tahu harus berbuat apa lagi, sejenak Cinta meluapkan kesedihannya dengan menangis sepuasnya. Setelah merasa lelah, Cinta menyeka air matanya dan berusaha bangkit.Tidak ingin terus berada dalam belenggu kesedihan karena kepergian Tegar, Cinta bergegas melangkah menuju ke kamar mandi, mengguyur tubuhnya untuk membersihkan diri dari sisa-sisa pergumulan semalam dan berharap tubuhnya lebih segar dan bisa melupakan Tegar.
Hening, sepi, itulah yang dirasakan Cinta kala kakinya memasuki rumah. Dahulu sang ibu yang selalu menyambut kedatangannya dengan seulas senyum di bibir. Setelah kepergian wanita yang telah melahirkannya, Tegar lah yang akan menyambut kedatangannya dengan tatapa matanya yang akan dengan begitu cepat kembali ke kesibukannya kala itu. Meskipun terkesan mengabaikan dirinya, tetapi tidak bisa dipungkiri jika keberadaan Tegar cukup menemani dirinya yang kala itu sedang berduka karena kepergian sang ibu untuk selamanya.Cinta sadar apa yang telah menimpanya saat ini adalah sebuah konsekuensi yang dia terima. Kepergian Tegar sebenarnya sudah pernah dia perkirakan sebelumnya, tetapi tentu tidak secepat ini, karena dia merasa hubungan antara Aura dan Damar belum mengalami perkembangan yang berarti.Saat ini yang paling Cinta takutkan bukanlah Tegar yang meninggalkan dirinya, tetapi Damar yang akan meninggalkan Aura saat mengetahui hubungannya dengan Tegar telah berakhir. Kini Cinta sedang berp
Sudah hampir satu bulan Tegar pergi tanpa memberi kabar. Hanya dengan menyibukkan diri yang bisa dilakukan oleh Cinta untuk mengalihkan pikirannya dari banyaknya permasalahan hidup yang dia alami saat ini. Hingga tanpa berpikir panjang, Cinta menerima pekerjaan untuk membuat beberapa desain baru yang harus unik dan menarik untuk produk andalan cabang baru yang akan dibuka dalam waktu dekat. Meskipun Cinta harus menjalani lembur hingga malam, karena dia dan Joni juga harus memperhatikan dummy atau contoh furniture yang akan dipajang saat acara grand opening pembukaan cabang baru.“Mentang-mentang yang bayar gaji, memberi perintah semaunya,” gerutu Joni saat merasakan kebuntuan untuk membuat karya terbaru bersama dengan Cinta.Lelaki yang merupakan kepala desain di Mulia Abadi Mebel itu menyugar rambutnya dengan kasar untuk melampiaskan kekesalannya. Pandangannya beralih kapada Cinta yang terlihat tetap fokus dengan layar laptop dan walaupun sesekali memijat pangkal hidungnya sambil mem
Meskipun pekerjaan mereka belum selesai, Joni mengajak Cinta dan Raga untuk pulang saat melihat jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Kesehatan kedua anak buahnya sangat penting bagi Joni sehingga dia tidak memaksa mereka untuk terus bekerja. Sudah lama Joni menjadi kepala desain, dia sadar bekerja menjadi tenaga desain bukanlah pekerjaan yang hanya mengandalkan fisik tetapi juga membutuhkan imajinasi yang kadang tergantung oleh mood yang baik agar bisa terus mengalir.Cinta keluar dari kantor bersama Joni dan Raga. Setibanya di luar pandangan mereka tertuju pada Widi yang telah berdiri bersandar pada mobil mewahnya di halaman kantor. Bukan hanya Cinta yang tampak tidak nyaman dengan saat melihat suami sang bos berada di sana, Joni dan Raga pun tampak tidak tega jika harus membiarkan Cinta menghadapi Widi sendiri. Apalagi pria paruh baya itu kini melangkah penuh percaya diri Widi mendekat ke arah Cinta berada,“Pak Jon, saya pulang dulu ya, karena saya harus antar Kak Cinta dulu.
Dengan lembut Tegar mencium kening Cinta. Mata yang terpejam dan napas yang terhembus dengan teratur menandakan jika wanita yang baru saja menyerahkan harta berharganya itu telah terlelap dalam tidurnya. Ada rasa bersalah di hati Tegar yang tidak bisa mengendalikan dirinya saat menikmati kesyahduan yang sudah lama dia nantikan. Tak jemu Tegar memandangi wajah ayu yang terkapar karena lelah, dan sekali lagi kecupan lembut itu mendarat di dahi sang istri.Tegar bangkit dari tempat tidur berukuran single yang begitu sempit untuk mereka gunakan berdua. Setelah memungut dan menggunakan celananya kembali Tegar melangkah menuruni tangga bergegas menuju ke kamar mandi. Suara gemericik air mengguyur kepala Tegar, seolah mengembalikan akal sehatnya yang sebelumnya hanya dipenuhi oleh hasrat dan gairah.Tegar sadar apa yang baru saja dia lakukan bersama Cinta bukan hanya ritual yang sangat menyenangkan yang akan dengan mudah menjadi candu bagi siapa pun yang telah melakukannya, tetapi ada resiko
Waktu terus berjalan, dan lima tahun telah berlalu. Tegar dan Cinta mencoba berjuang mendirikan usaha mereka sendiri. Meskipun harus merangkak dari bawah tetapi pasangan suami istri itu tetap terlihat bahagia dan sangat menikmati setiap prosesnya. Sebagai anak yang lahir di luar nikah, Tegar sadar dirinya tidak memiliki sedikitpun hak atas Sanjaya Furniture. Semua itu adalah milik Damar, dan dia tidak akan mengganggunya. Begitu juga dengan Mulia Abadi Mebel, perusahaan itu adalah hasil kerja keras Lisa saat menjadi istri dari seorang Widiantoro Muliawan, dia pun tidak memiliki hak di sana, meskipun ibunya bekerja lebih dominan. Apalagi saat perceraian Lisa dengan Widi harta bersama yang mereka miliki langsung dilimpahkan kepada Cantika. Tegar bersyukur karena Cinta bisa memahami keputusannya tersebut, meskipun dirinya harus ikut bekerja keras dalam membantu Tegar menjalankan usaha yang benar-benar dari nol. Ketekunan Tegar dan Cinta pun membuahkan hasil, meskipun usaha mereka masih b
“Ini bukan malam pertama kita, Gar! Walaupun kita baru saja menikah tetapi kita bukan pengantin baru lagi,” ucap Cinta yang merasa tidak mampu mengimbangi gairah sang suami.Melihat sang istri yang terlihat sudah kelelahan akhirnya Tegar pun mengalah. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Tegar merapatkan tubuhnya dan berbaring dengan kepala bertumpu pada lengan kekarnya, hingga dia bisa memandang dengan saksama wajah pucat sang istri karena kelelahan melayaninya.“Apa kau sudah dengar kabar?” tanya Tegar sambil merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah sang istri, lalu diselipkannya di belakang daun telinga.“Apa?” tanya balik Cinta dengan mata yang hampir terpejam karena sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.“Pak Adnan akan menikah, lamarannya tadi diterima.”“Ha!” Kabar yang baru saja menggetarkan telinganya, membuat kantuk Cinta hilang seketika. “Sama ibu? Kapan?” cecar Cinta yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Buka,” jawab Tegar sambil menggelengan
Perbincangan yang terasa sangat private berlangsung di ruang kerja Lisa. Dengan didampingi oleh sang ayah yang merupakan seorang pengacara, Randy memberanikan diri untuk melamar Cantika. Tetapi tampaknya keinginan Randy tidaklah mudah untuk bisa terwujud, karena di hadapan Tegar, Cinta dan juga Lisa, dengan terang-terangan Cantika menolak niat Randy tersebut.“Itu sudah menjadi keputusan saya,” ucap Cantika dengan tegas.“Pikirkan masa depan anak yang sedang kau kandung saat ini,” sahut Adnan yang terlihat masih belum percaya jika janin yang saat ini dikandung oleh Cantika adalah calon cucunya.“Saya mengambil keputusan ini karena benar-benar memikirkan masa depan anak yang sedang saya kandung. Saya tidak ingin anak saya tumbuh seperti saya, tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kepalsuan.” Cantika tetap teguh dengan pendiriannya, seolah tidak ada yang bisa mengubah keputusannya lagi.Setelah lelah memohon kepada Cantika, kini Randy hanya mengandalkan sang papa untuk bisa membujuk C
Hesti memejamkan mata sambil mengatur napasnya. Wanita yang dinikahi secara sah oleh Dharma Sanjaya itu mencoba menahan segala amarah setelah mendengar pengakuan dari Lisa. Damar meraih jemari mamanya, berharap wanita yang telah melahirkannya bisa lebih tenang.Berpuluh tahun Hesti menyimpan amarah dan kebencian. Sungguh sangat sulit dipercaya jika ternyata sumber malapetaka dalam kehidupan rumah tangganya adalah orang yang begitu dekat dengannya.Hesti menghembuskan napas dengan kasar lalu membuka matanya dan memandang Lisa yang sedang menangis tergugu di hadapannya. Sudah bukan waktunya lagi untuk membalas dendam, tanpa harus mengotori tangannya ternyata Tuhan telah memberi keadilan kepada Lisa.Meskipun memiliki harta yang melimpah dan usaha yang maju dengan pesat, Lisa terjebak dalam pernikahan yang tidak sehat dengan Widiantoro Moeliawan. Berpuluh tahun Lisa harus hidup bersama seorang suami yang tukang selingkuh. Hingga membuat Lisa memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaa
Tegar langsung menghampiri Cantika yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Sesaat dua bersaudara yang lahir dari rahim yang sama meskipun dari benih pria yang berbeda itu saling berpelukan untuk melepas kerinduan.Tegar segera mengurai pelukannya kala merasa ada yang membatasinya. Ya, perut Cantika yang terlihat mulai menyembul. Diusapnya perut sang adik, ada rasa bangga kala mengetahui Cantika masih tetap mempertahankan kehamilannya meskipun harus menghadapi banyak rintangan dan hinaan.Di sudut yang berbeda, Cinta menyaksikan interaksi antara Tegar dengan Cantika. Rasa cemburu yang dahulu sempat membuat Cinta kalap kini raib berganti haru. Hubungan dua bersaudara di depannya, mengingatkan Cinta pada Aura, adiknya yang belum lama meninggal. Kesedihan kembali mendera hati Cinta karena rasa kehilangan dan kerinduan kepada Aura yang sudah tidak mungkin lagi bisa dia temui. Belum lagi perut Cantika yang membuncit mengingatkan Cinta pada calon anak yang harus pergi sebelum melihat ind
Dengan langkah lebar dan terlihat tergesa-gesa, Adnan memasuki sebuah restaurant. Pandangan matanya menyapu seisi ruangan mencari sosok yang sudah melakukan janji untuk bertemu di tempat tersebut. Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya netra Adnan menemukan sosok yang dia cari.“Maaf! Orang-orang suruhanku belum mendapatkan kabar tentang Cantika,” ujar Adnan kala menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang berada di depan Lisa. “Tapi orang-orangku masih terus mencarinya, semoga Cantika bisa secepatnya ditemukan.Lisa hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Adnan. Ada rasa kecewa yang sedang dia redam, bagaimana pun dia sangat ingin segera mengetahui kabar putrinya yang sudah beberapa hari meninggalkan rumah.“Selain masalah Cantika, sebenarnya ada urusan lain yang membuatku ingin menemuimu.”Pandangan Adnan langsung terfokus pada Lisa. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terdiam menunggu wanita yang duduk di hadapannya untuk mengungkapkan kepentingannya.“Bantu aku untuk mengurus
“Dia sudah pergi?”Hesti terjingkat kaget saat mendengar suara yang sudah beberapa hari dia nantikan. Bersama dengan senyum yang ditemani oleh lelehan air mata Hesti melangkahkan kakinya mendekati brankar putra semata wayangnya.“Kau sudah sadar?”Hesti tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kala melihat Damar sudah sadar. Tidak lupa dia menekan tombol nurse call agar Damar segera mendapat pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui keadaannya saat ini.Senyum di bibir Hesti semakin melebar saat dokter menjelaskan jika organ-organ vital Damar dalam keadaan yang baik dan bisa berfungsi dengan normal. Hanya kaki Damar yang membutuhkan tindakan lebih berupa fisioterapi agar bisa berjalan seperti sedia kala.“Aku akan mengabari Tegar,” ucap Hesti setelah dokter dan asistennya meninggalkan ruang perawatan Damar.“Apakah Tegar juga akan mengambil mama dariku?” tanya Damar dengan mata yang berkaca-kaca. “Tegar sudah mengambil papa, dia juga mengambil Cinta dariku, apakah sekarang mama juga aka
Pagi-pagi sekali Lisa sudah tiba di ruang perawatan Cinta. Bukan hanya untuk melihat keadaan anak dan menantunya tetapi juga pelarian atas masalah Cantika yang sampai saat ini belum ada kabarnya.Rasa canggung itu masih ada, hingga Cinta hanya melempar senyum untuk menyambut kedatangan wanita yang telah melahirkan Tegar terseb.ut. Cinta yang awalnya sibuk memainkan ponselnya pun bergegas meletakkan ponsel tersebut di nakas untuk menghargai kedatangan Lisa.“Sudah mau pulang?” tanya Lisa saat melihat Tegar sedang berkemas.“Ya, hanya tinggal tunggu visit dokter saja,” jawab Tegar.Sebenarnya untuk proses kuretase, Cinta tidak harus menjalani rawat inap. Tapi karena kondisi mental Cinta yang terlihat sangat terpuruk dan juga kesibukan Tegar mengurus pemakaman Aura dan juga anak mereka membuat Tegar memutuskan agar Cinta menjalani rawat inap.“Syukurlah, ibu akan menghubungi Bi Ani agar menyiapkan apartemen kalian.”“Kami akan pulang ke rumah dulu, masih banyak tetangga yang datang untuk
Cinta mulai membuka matanya saat mendengar sayup-sayup suara panggilan untuk melaksanakan ibadah di pagi hari. Ada rasa kehilangan kala tangannya menyentuh perutnya yang rata. Janin yang baru beberapa hari dia sadari kehadirannya kini sudah pergi meninggalkannya.Air mata Cinta kembali menetes saat dia teringat jika dia bukan hanya kehilangan calon anaknya tetapi juga Aura. Dan Cinta tidak bisa mengiring keduanya saat menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Dengan dibarengi oleh lelehan air mata, bibir Cinta merapalkan doa-doa untuk orang-orang yang dia sayangi yang telah meninggalkannya.Cinta bergegas menyeka air matanya saat mendengar suara pintu dibuka. Penampilan yang berbeda dari sosok yang sangat dia kenal membuat Cinta sedikit terpana. Mungkin berbagai ujian dan cobaan yang menghampiri mereka akhir-akhir ini membuat Tegar membutuhkan pegangan yang kuat, yang hanya bisa dia dapatkan dari Tuhannya.Biasanya di waktu subuh, Tegar sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, dan sulit