Home / Romansa / Kesucian yang Ternoda / Bab 3. Aku Sangat Membencinya

Share

Bab 3. Aku Sangat Membencinya

last update Last Updated: 2023-12-28 02:52:32

Keesokan paginya, cahaya matahari terasa begitu menyilaukan mata. Cahaya panas nan terang itu masuk menerobos ventilasi, melalui kaca jendela yang sudah tersibak dari tirai penutupnya. Suara-suara berisik mulai terdengar di luar kamar hotel bertuliskan angka 2305, membuat si penghuni kamar berangsur-angsur membuka kedua matanya, karena suara bising yang amat mengganggu pendengarannya.

Perlahan-lahan, Kinara membuka kedua matanya, lalu mengerjap sebentar untuk memperjelas penglihatannya yang masih terasa buram. Gadis cantik itu memegangi kepalanya yang terasa sangat berat, kemudian mengalihkan pandangannya yang berangsur membaik, menuju ke seluruh sudut kamar.

Akan tetapi, pandangannya terhenti seketika, detakan jantungnya seakan telah berhenti berfungsi, tubuhnya begitu kaku, dan lidahnya juga terasa kelu untuk digerakkan. Semua itu terjadi tatkala Kinara melihat tubuhnya sedang terkulai di atas ranjang berukuran king size, dengan tubuh polos tanpa sehelai benang pun. Hanya sebuah selimut tebal berwarna putih yang menjadi penutup tubuhnya saat ini. Pemandangan itu pun sontak membuat kedua netra indahnya terbelalak sempurna, tetapi tak hanya itu saja yang membuatnya lagi-lagi merasa bahwa aliran darahnya telah berhenti.

Tepat di samping tubuhnya saat ini, tampak seorang pria bertubuh kekar yang sedang tertidur dengan lelapnya. Sama halnya seperti Kinara, pria ini juga tak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Tubuh mereka berdua sama-sama polos!

"Astaga, ap …. Apa ini? Apa yang terjadi?" suara Kinara tercekat dan begitu lirih, sebab ia merasa seolah tak percaya akan apa yang telah dialaminya saat ini.

Secara perlahan, ia mulai mengingat-ingat kejadian yang menimpanya tadi malam, tepatnya di dalam kamar ini.

"Ah ya, aku ingat. Tadi malam pria ini menelpon untuk memesan makanan, tetapi ketika aku sampai di sini, dia justru mabuk dan terus menyebut wanita bernama Jesica. Bahkan dia juga salah mengira, dan menganggapku sebagai Jesica. Setelah itu, arrgh …." suara lirihnya terputus, berganti dengan sikapnya yang terlihat menyembunyikan wajah di balik telapak tangannya.

Isak tangis Kinara pun pecah, ketika ia teringat bagaimana pria itu memaksa untuk memasuki dirinya. Meskipun tadi malam Kinara merasa sangat lemah, tetapi ia tak sepenuhnya pingsan. Sehingga ia masih bisa mengingat tentang apapun yang pria itu lakukan kepadanya.

Tiba-tiba saja timbul perasaan jijik, benci, dan amarah yang luar biasa di dalam hati Kinara terhadap pria yang memiliki sebuah tato besar bergambar kepala singa, tengah mengaum membuka mulutnya. Kebetulan posisi tidur pria itu adalah memunggungi Kinara, sehingga ia bisa melihat dengan jelas tato besar menyeramkan menghiasi punggung kekar berkulit putih tersebut.

Kinara menatap sosok yang tengah berada di sampingnya itu dengan tatapan penuh kebencian. Meskipun ia tak melihat bagaimana wajah dari sosok yang sudah merampas harga dirinya itu, tetapi benih kebencian itu sudah tumbuh teramat besar di dalam hatinya.

"Demi Tuhan, aku sangat membencimu, Tuan. Dan aku sangat berharap supaya kita nggak akan pernah bertemu lagi," ucap Kinara dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca.

Merasa jijik jika harus berada terlalu lama di dalam kamar itu, maka Kinara pun bergegas membuka selimut penutup tubuhnya, lalu mulai beranjak untuk memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Namun, sebelum ia berhasil menginjakkan kakinya di lantai, tiba-tiba tubuhnya jatuh tersungkur, dan membuat tubuh polosnya itu harus bersentuhan dengan lantai yang begitu dingin.

"Aw, kenapa tubuhku rasanya sakit semua? Perih," rintih Kinara ketika ia merasakan rasa sakit yang luar biasa, terutama di area intimnya.

Gadis itu lagi-lagi menitikkan air matanya, serasa tak kuat lagi menanggung beban hidupnya. Ia merasa bahwa Tuhan begitu tak adil kepadanya. Sebelumnya ia sudah harus menderita, karena melihat rasa sakit sang adik yang begitu menyayat hatinya. Lalu, sekarang ia harus mengalami masalah lain yang membuatnya menjadi gadis paling hina, yakni direnggut kesuciannya oleh seorang pria asing. Sungguh, Kinara benar-benar sangat membenci semua takdir ini.

"Hoam."

Kinara terperanjat dan segera tersadar dari lamunannya, saat melihat pria itu tengah menguap sambil menggeliatkan tubuhnya di atas ranjang. Mendadak wajah cantik itu pun berubah menjadi pucat, karena takut jika sampai pria itu terbangun dan melihatnya sedang berada di kamar ini. Lagi-lagi Kinara merasa sangat cemas dan khawatir, kalau-kalau pria jahat itu akan melakukan sesuatu yang lebih buruk lagi kepadanya.

Tak ingin jika sampai terjadi sesuatu kepadanya lagi, secepat mungkin Kinara meraih pakaiannya dan buru-buru mengenakannya, tanpa mempedulikan lagi rasa sakitnya. Setelah selesai berpakaian, Kinara bergegas meninggalkan kamar dengan langkah tergesa dan cara berjalan yang sedikit tertatih, sebab menahan perih yang teramat sangat di pangkal pahanya.

---

"Uhm," suara berat seorang pria yang tengah menggeliat dan sedikit menutupi wajah dengan telapak tangan, sebab pantulan cahaya matahari terasa begitu silau menerpa indra penglihatannya.

"Hah, siapa yang sudah membuka korden sepagi ini?" sungutnya kesal.

Dengan malas, ia pun kembali menutupi tubuh polosnya dengan sebuah selimut tebal dan membalikkan posisinya memunggungi jendela kamarnya. Namun, tak lama kedua matanya pun tampak terbuka lebar, setelah hidungnya mencium bau parfum wanita yang begitu asing. Ia pun mencari asal bau tersebut, dan penciumannya berhenti tepat di samping tempatnya berbaring saat ini.

"Hah, bau parfum siapa ini? Ini bukan parfum Jesica, lalu punya siapa?" Pria itu terlihat sangat keheranan, terlebih ketika ia menyadari bahwa bau parfum itu juga menempel di tubuhnya.

Seketika ingatan pria itu pun melayang pada kejadian tadi malam, ketika tunangannya yang bernama Jesica tiba-tiba memberikan sebuah kabar yang sangat mengejutkan, hingga membuatnya frustasi dan memilih untuk menghabiskan malam bersama dengan beberapa botol minuman keras. Akan tetapi, tiba-tiba saja dia merasa sangat lapar, dan menelpon salah seorang pegawai hotel untuk mengantarkannya makanan. Namun, sialnya ia tak melihat ada pegawai hotel yang mengantarkan makanannya, melainkan ia hanya melihat Jesica saja di kamar ini.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, William langsung merebahkan gadis itu di atas ranjang, dan mulai melakukan hubungan intim bersama gadis yang ia anggap sebagai Jesica. Sebenarnya William merasakan ada sesuatu yang janggal, karena tubuhnya terasa sangat kesulitan untuk memasuki tubuh Jesica. Padahal mereka sudah sering melakukan aktivitas itu sebelumnya. Setelah berhasil melesakkan seluruh miliknya ke dalam kenikmatan Jesica, ia juga merasa sangat aneh, sebab kali ini ia merasakan kenikmatan yang jauh berbeda daripada sebelum-sebelumnya. Liang surgawi milik Jesica ini jauh lebih sempit dan lebih nikmat daripada biasanya. Itulah kenapa William naik turun sampai lima kali, karena merasakan sesuatu yang tak seperti biasanya.

Tiba-tiba saja akal sehat pria itu pun mulai kembali berfungsi normal, setelah sebelumnya ia juga mengingat bahwa dirinya sendiri yang membuka tirai jendela, hingga lupa tak menutupnya lagi.

Pria itu tampak menepuk dahinya begitu keras, saat sepertinya ia sudah menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

"Arggh, shit! Bagaimana kau bisa sebodoh itu, William? Jelas-jelas nggak mungkin kalau Jesica ada di sini. Bukankah setelah memutuskan pertunangan, dia langsung pergi ke luar negeri dengan pria selingkuhannya itu? Argh, kenapa kau bisa mengira kalau tadi malam kau sedang berada di dalam kamar ini bersama Jesica? Dasar bodoh." Pria bernama William itu tersenyum kecut saat mengingat betapa bodohnya dirinya.

Jesica menelpon dan memberikan kabar, kalau mulai malam itu pertunangan mereka berakhir. Gadis itu kemudian memilih untuk pergi ke luar negeri bersama dengan seorang pria, yang William curigai sebagai selingkuhannya. Namun, Jesica tak mengatakan alasan apapun yang menjadi penyebabnya memutuskan pertunangan secara sepihak itu. Padahal William sudah menduga, kalau kekasihnya itu melakukannya, karena saat ini perusahaan William sedang dalam masalah besar, yang berpotensi menyebabkan perusahaan itu dalam ambang kehancuran.

Jujur saja, sebenarnya William merasa terluka ketika Jesica tiba-tiba pergi meninggalkannya, karena ia begitu tulus mencintai gadisnya itu. Namun, ada rasa kecewa yang mendalam di hatinya, mengingat bahwa ternyata Jesica mencintainya hanya karena materi saja.

"Hah, wanita dimana-mana sama saja," cercanya sambil beranjak dari atas ranjang dan mulai membuka selimut lebar-lebar. Ia baru menyadari kalau saat ini tubuhnya benar-benar polos tanpa sehelai benang pun yang melekat.

"Oh My God, apa yang terjadi?" gumamnya yang kembali harus menajamkan ingatannya, guna mengingat apa yang telah terjadi kepadanya tadi malam.

Ya, sekarang ia ingat kalau tadi malam ia sudah meniduri seorang wanita, yang awalnya ia anggap sebagai Jesica. Namun, begitu menyadari bahwa Jesica sudah tak ada lagi di Indonesia, mendadak ada sebuah penyesalan yang muncul di dalam hatinya.

"Ya Tuhan, rupanya semalam aku sudah meniduri seorang wanita asing. Tapi siapa dia? Apakah salah seorang dari pegawai di hotel ini? Arggh, kenapa aku bisa sebodoh dan seceroboh itu?" William mengacak-acak rambutnya dengan kasar.

Sesaat ia memang menyesali perbuatannya barusan, tetapi sejurus kemudian ia mulai berpikir bahwa tindakannya itu tak bisa disalahkan sepenuhnya.

"Hah, pasti wanita-wanita di sini juga sudah terbiasa melayani nafsu para tamu. Lagipula jika memang dia tidak bersedia melayaniku, kenapa wanita itu tidak menolak? Jadi, itu tidaklah murni kesalahanku." William lagi-lagi tersenyum kecut.

Ia pun memutuskan untuk segera membersihakn diri, lalu check out dari hotel mewah tersebut. Namun, baru saja William hendak melangkahkan kakinya menuruni ranjang, tiba-tiba saja pandangannya terhenti pada sprei yang menjadi tempat pergumulan panasnya tadi malam.

Kedua mata yang tadinya masih sangat malas untuk dibuka, kini justru membelalak lebar ketika melihat bercak berwarna merah pekat di atas sprei tersebut. Jantungnya berdegup sangat kencang menyaksikannya. Kemudian William bergegas mengalihkan tatapannya menuju pada pusaka miliknya yang masih terekspose begitu saja. Debaran di jantungnya semakin bertambah kencang, saat ia melihat bahwa ada cairan berwarna kemerahan yang menempel pada benda kebanggaannya tersebut. Suara William pun mendadak tercekat, seakan tak mampu lagi melalui kerongkongannya untuk sekedar mengucapkan sebuah kata.

"Gadis itu? Di …. Dia masih perawan?" William bertanya lirih dengan bibir bergetar.

Related chapters

  • Kesucian yang Ternoda   Bab 4. Penyesalan William

    "Astaga! Apa yang sudah aku lakukan? Aku … aku telah mengambil kesucian gadis itu. Oh no!" William berujar dengan suaranya yang terdengar bergetar.Tubuh pria itu mendadak terasa lemah dan lunglai. Kepala William mendadak pusing tujuh keliling. Ia sama sekali tak menyangka, jika gadis yang sudah ditidurinya tadi malam adalah seorang gadis perawan."Ya Lord, bagaimana ini mungkin?" William terlihat begitu frustasi dan meraup wajah tampannya itu dengan kasar. Dengan berat, ia membuang nafasnya kasar dan tampak memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.Wajar saja jika dia sangat shock dengan perbuatannya ini, karena sebelumnya William memang tak pernah mengoyak dinding kesucian seorang gadis. Meskipun sering tidur bersama Jesica, William bukanlah orang pertama yang mengambil kesucian Jesica.Tetapi kali ini?Dia benar-benar merasa sangat bersalah, karena telah merenggut kehormatan dari seorang gadis yang sama sekali tak dikenalnya. Tatapan matanya refleks mengarah pada sprei putih yang

    Last Updated : 2023-12-28
  • Kesucian yang Ternoda   Bab 5. Tangisan Kinara

    Kejadian malam tadi bersama dengan pria asing yang sudah menghancurkan kehormatannya, sungguh tak bisa dilupakan begitu saja oleh Kinara. Semejak keluar dari kamar hotel yang menjadi saksi kehancuran hidupnya itu, Kinara tak hentinya terus menitikkan air matanya.Dengan lutut yang terasa begitu lemas, Kinara melangkah gontai menuju ke luar gedung hotel tersebut. Suasana masih terlalu pagi, sehingga belum terlalu banyak tamu dan pegawai hotel yang berlalu lalang di sana.Sebenarnya Kinara juga sudah harus pulang pagi nanti, tapi kini dia memutuskan untuk pulang lebih awal. Rasanya ia tak ingin berlama-lama di tempat itu, karena bayangan buruk malam tadi akan kembali hinggap di pikirannya.Tangan mungilnya tampak membuka pintu gerbang hotel itu perlahan. Jam yang masih terlalu pagi, membuat kendaraan belum banyak berlalu lalang. Kinara memutuskan untuk naik bis saja.Tak lama, terlihat sebuah bis yang berhenti tepat di depannya. Kinara melangkah dengan lemah, dikarenakan bagian inti tub

    Last Updated : 2023-12-28
  • Kesucian yang Ternoda   Bab 6. Halusinasi

    "Ka … kamu?"Kedua mata Kinara membelalak tak percaya. Seluruh tubuhnya mendadak terasa gemetar, saat ia melihat sosok pria itu berada tepat di belakangnya dalam cahaya yang remang-remang, sehingga ia sama sekali tak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas."Kamu sangat cantik, Kinara," puji pria itu dengan suara baritonnya yang masih terngiang jelas di telinga Kinara."A … apa yang kamu lakukan di sini?" Kinara bertanya dengan bibirnya yang bergetar.Namun, pria itu sama sekali tak menjawab pertanyaan dari Kinara. Tanpa diduga, kedua tangan kekarnya segera melingkar di perut ramping Kinara yang masih tertutup handuk. Seluruh tubuh Kinara meremang, ketika ia merasakan hangatnya lengan pria itu memeluk tubuhnya."Apa … apa yang kamu lakukan?" Tubuh Kinara terasa membeku. Sungguh dia sangat membenci pria yang kini tengah memeluknya itu, tetapi entah kenapa tubuhnya seakan tak bisa bergerak dan malah membiarkan tangan pria itu menjamah tubuhnya."Tolong, jangan lakukan ini," pinta Kina

    Last Updated : 2024-02-02
  • Kesucian yang Ternoda   Bab 7. Gina Memberitahu Kinara

    Wajah tampan William terlihat begitu bahagia dan berseri-seri ketika ia telah mendapatkan alamat rumah Kinara dari Gina. Dengan cepat pria itu segera melajukan mobilnya menuju ke alamat yang baru saja diperolehnya itu."Tunggu aku, Kinara. Aku datang," gumam Wiliam sembari tetap memfokuskan pandangannya pada jalanan yang ada di hadapannya.Besar keinginan dalam hatinya untuk meminta maaf kepada Kinara atas kesalahan yang sama sekali tak dia sengaja. Biar bagaimanapun juga William akan tetap bertanggung jawab atas perbuatannya kepada Kinara.Pria itu bahkan sudah menyiapkan sejumlah uang yang sangat besar, jika nanti Kinara akan meminta pertanggungjawabannya."Berapa pun yang gadis itu minta, pasti aku akan memberikannya sebagai bentuk dari tanggung jawabku." Pria itu berkata kepada dirinya sendiri.Namun, baru beberapa menit ia berkendara meninggalkan kawasan hotel, tiba-tiba saja ia mendapatkan telepon dari asisten kepercayaannya.Kring, kring, kring.Suara dering ponselnya berbunyi

    Last Updated : 2024-02-03
  • Kesucian yang Ternoda   Bab 8. Memutuskan Pergi

    Kinara sama sekali tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, ketika Gina tak sengaja mengingatkannya pada kejadian tadi malam. Kejadian yang sudah menghancurkan hidupnya dan mungkin seumur hidup tak akan pernah bisa dia lupakan.Begitu mendengar tentang nomor 2305 itu, membuat tangan Kinara tiba-tiba gemetar. Sendok besar yang tadi digunakan untuk mengaduk sayur tiba-tiba terjatuh di lantai begitu saja. Bahkan sebagian kuah sayur yang panas itu tumpah dan mengenai kakinya.Trangg!"Aaaa." Kinara menjerit kecil, ketika dia merasakan kakinya begitu panas terkena cipratan kuah sayurnya."Kinara, kamu kenapa?" Gina bertanya dengan paniknya.Gadis itu pun juga merasa terkejut ketika sendok besar jatuh dari tangan Kinara. Lebih terkejut lagi ketika dia melihat Kinara yang merintih kesakitan sambil memegangi kakinya."Kinara, kaki kamu melepuh?" pekik Gina seraya membungkam mulutnya sendiri.Baik Gina maupun Kinara sama-sama terkejut dan refleks menoleh ke arah kaki Kinara, di mana kaki gadis

    Last Updated : 2024-02-04
  • Kesucian yang Ternoda   Bab 9. Karina Kesakitan

    Hiruk pikuk kendaraan seakan menyambut dua kakak beradik yang kini sedang melangkah pergi semakin jauh dari rumah mereka.Kinara mengajak Karina menuju ke halte bis dan menunggu di sana. Cukup lama mereka menunggu, bahkan Karina sudah terlihat sangat kelelahan."Karina, kamu capek?" tanya Kinara khawatir pada keadaan sang adik."Iya, Kak. Perut aku sakit," rintih Karina sembari memegangi perutnya yang kian terasa sakit.Air mata Kinara mulai menitik, menatap penuh kasihan pada adiknya itu. Kinara segera mendekap tubuh Karina dengan sangat erat, lalu mendaratkan kecupan di puncak kepala sang adik. Gadis itu tak hentinya menitikkan air matanya."Maafkan kakak, Karina. Kamu harus jadi seperti ini karena kakak," sesal Kinara dalam hatinya, sambil tetap memeluk Karina.Cukup lama mereka menunggu dengan saling berpelukan. Hingga selang beberapa menit kemudian, bis pun berhenti di halte tersebut.Wajah Kinara nampak riang saat melihat kedatangan bis tersebut."Karina, bisnya datang. Ayo kita

    Last Updated : 2024-02-05
  • Kesucian yang Ternoda   Bab 1. Kinara Sang Pelayan Hotel

    Seorang gadis berpostur tinggi, berpinggang ramping, berdada sintal, dengan bentuk tubuh yang begitu proporsional, nampak sedang berlari-lari kecil di antara ratusan tamu yang sedang menghadiri pesta akbar salah seorang konglomerat. Para tamu undangan yang terdiri dari kalangan para CEO, direktur, serta beberapa pejabat tinggi negara itu, terlihat hadir dengan pasangan masing-masing yang berpenampilan sangat glamour.Alunan musik yang begitu merdu dan membahana, serta canda gurau dari para keluarga sultan itu memenuhi area gedung hotel berbintang lima tepatnya di lantai 30, tempat pesta itu diadakan.Namun, berbeda halnya dengan para tamu yang tampak saling berbincang dan tertawa bahagia, justru gadis cantik yang mengenakan seragam pegawai bertuliskan nama 'Kinara' itu terlihat sangat panik dan gugup, ketika harus menghidangkan jamuan kepada para tamu bangsawan yang hadir. Beberapa tamu bahkan ada yang meminta Kinara supaya membawakan wine ke hadapan mereka. Awalnya Kinara bingung, ka

    Last Updated : 2023-12-28
  • Kesucian yang Ternoda   Bab 2. Kesucian yang Ternoda

    Kedua kaki Kinara terasa bergetar hebat, bersamaan dengan detak jantungnya yang berpacu melebihi kecepatan pada umumnya. Ia beranjak dari posisinya, dan mulai terlihatlah siluet seorang pria yang tengah bertelanjang dada, dengan membawa sebuah botol minuman di tangan kirinya."Jesica, kamukah itu, Sayang? Akhirnya kamu kembali padaku." Pria itu meracau tak jelas, entah siapa yang sedang dipanggilnya dengan sebutan Jesica.Kinara mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar, untuk mencari tahu barangkali ada orang selain mereka berdua di dalam kamar tersebut. Namun, tak ada seorang pun yang terlihat di mata Kinara, dan memang hanya ada dirinya serta pria bertubuh kekar itu saja di dalam kamar."Jesica, jangan marah-marah terus seperti itu. Aku sedih kalau kamu selalu bersikap seperti itu kepadaku," racau pria itu lagi sambil melangkah semakin mendekati Kinara.Ia berjalan dengan sempoyongan, mungkin karena pengaruh alkohol yang sudah dikonsumsinya, dan sepertinya pria itu sudah mene

    Last Updated : 2023-12-28

Latest chapter

  • Kesucian yang Ternoda   Bab 9. Karina Kesakitan

    Hiruk pikuk kendaraan seakan menyambut dua kakak beradik yang kini sedang melangkah pergi semakin jauh dari rumah mereka.Kinara mengajak Karina menuju ke halte bis dan menunggu di sana. Cukup lama mereka menunggu, bahkan Karina sudah terlihat sangat kelelahan."Karina, kamu capek?" tanya Kinara khawatir pada keadaan sang adik."Iya, Kak. Perut aku sakit," rintih Karina sembari memegangi perutnya yang kian terasa sakit.Air mata Kinara mulai menitik, menatap penuh kasihan pada adiknya itu. Kinara segera mendekap tubuh Karina dengan sangat erat, lalu mendaratkan kecupan di puncak kepala sang adik. Gadis itu tak hentinya menitikkan air matanya."Maafkan kakak, Karina. Kamu harus jadi seperti ini karena kakak," sesal Kinara dalam hatinya, sambil tetap memeluk Karina.Cukup lama mereka menunggu dengan saling berpelukan. Hingga selang beberapa menit kemudian, bis pun berhenti di halte tersebut.Wajah Kinara nampak riang saat melihat kedatangan bis tersebut."Karina, bisnya datang. Ayo kita

  • Kesucian yang Ternoda   Bab 8. Memutuskan Pergi

    Kinara sama sekali tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, ketika Gina tak sengaja mengingatkannya pada kejadian tadi malam. Kejadian yang sudah menghancurkan hidupnya dan mungkin seumur hidup tak akan pernah bisa dia lupakan.Begitu mendengar tentang nomor 2305 itu, membuat tangan Kinara tiba-tiba gemetar. Sendok besar yang tadi digunakan untuk mengaduk sayur tiba-tiba terjatuh di lantai begitu saja. Bahkan sebagian kuah sayur yang panas itu tumpah dan mengenai kakinya.Trangg!"Aaaa." Kinara menjerit kecil, ketika dia merasakan kakinya begitu panas terkena cipratan kuah sayurnya."Kinara, kamu kenapa?" Gina bertanya dengan paniknya.Gadis itu pun juga merasa terkejut ketika sendok besar jatuh dari tangan Kinara. Lebih terkejut lagi ketika dia melihat Kinara yang merintih kesakitan sambil memegangi kakinya."Kinara, kaki kamu melepuh?" pekik Gina seraya membungkam mulutnya sendiri.Baik Gina maupun Kinara sama-sama terkejut dan refleks menoleh ke arah kaki Kinara, di mana kaki gadis

  • Kesucian yang Ternoda   Bab 7. Gina Memberitahu Kinara

    Wajah tampan William terlihat begitu bahagia dan berseri-seri ketika ia telah mendapatkan alamat rumah Kinara dari Gina. Dengan cepat pria itu segera melajukan mobilnya menuju ke alamat yang baru saja diperolehnya itu."Tunggu aku, Kinara. Aku datang," gumam Wiliam sembari tetap memfokuskan pandangannya pada jalanan yang ada di hadapannya.Besar keinginan dalam hatinya untuk meminta maaf kepada Kinara atas kesalahan yang sama sekali tak dia sengaja. Biar bagaimanapun juga William akan tetap bertanggung jawab atas perbuatannya kepada Kinara.Pria itu bahkan sudah menyiapkan sejumlah uang yang sangat besar, jika nanti Kinara akan meminta pertanggungjawabannya."Berapa pun yang gadis itu minta, pasti aku akan memberikannya sebagai bentuk dari tanggung jawabku." Pria itu berkata kepada dirinya sendiri.Namun, baru beberapa menit ia berkendara meninggalkan kawasan hotel, tiba-tiba saja ia mendapatkan telepon dari asisten kepercayaannya.Kring, kring, kring.Suara dering ponselnya berbunyi

  • Kesucian yang Ternoda   Bab 6. Halusinasi

    "Ka … kamu?"Kedua mata Kinara membelalak tak percaya. Seluruh tubuhnya mendadak terasa gemetar, saat ia melihat sosok pria itu berada tepat di belakangnya dalam cahaya yang remang-remang, sehingga ia sama sekali tak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas."Kamu sangat cantik, Kinara," puji pria itu dengan suara baritonnya yang masih terngiang jelas di telinga Kinara."A … apa yang kamu lakukan di sini?" Kinara bertanya dengan bibirnya yang bergetar.Namun, pria itu sama sekali tak menjawab pertanyaan dari Kinara. Tanpa diduga, kedua tangan kekarnya segera melingkar di perut ramping Kinara yang masih tertutup handuk. Seluruh tubuh Kinara meremang, ketika ia merasakan hangatnya lengan pria itu memeluk tubuhnya."Apa … apa yang kamu lakukan?" Tubuh Kinara terasa membeku. Sungguh dia sangat membenci pria yang kini tengah memeluknya itu, tetapi entah kenapa tubuhnya seakan tak bisa bergerak dan malah membiarkan tangan pria itu menjamah tubuhnya."Tolong, jangan lakukan ini," pinta Kina

  • Kesucian yang Ternoda   Bab 5. Tangisan Kinara

    Kejadian malam tadi bersama dengan pria asing yang sudah menghancurkan kehormatannya, sungguh tak bisa dilupakan begitu saja oleh Kinara. Semejak keluar dari kamar hotel yang menjadi saksi kehancuran hidupnya itu, Kinara tak hentinya terus menitikkan air matanya.Dengan lutut yang terasa begitu lemas, Kinara melangkah gontai menuju ke luar gedung hotel tersebut. Suasana masih terlalu pagi, sehingga belum terlalu banyak tamu dan pegawai hotel yang berlalu lalang di sana.Sebenarnya Kinara juga sudah harus pulang pagi nanti, tapi kini dia memutuskan untuk pulang lebih awal. Rasanya ia tak ingin berlama-lama di tempat itu, karena bayangan buruk malam tadi akan kembali hinggap di pikirannya.Tangan mungilnya tampak membuka pintu gerbang hotel itu perlahan. Jam yang masih terlalu pagi, membuat kendaraan belum banyak berlalu lalang. Kinara memutuskan untuk naik bis saja.Tak lama, terlihat sebuah bis yang berhenti tepat di depannya. Kinara melangkah dengan lemah, dikarenakan bagian inti tub

  • Kesucian yang Ternoda   Bab 4. Penyesalan William

    "Astaga! Apa yang sudah aku lakukan? Aku … aku telah mengambil kesucian gadis itu. Oh no!" William berujar dengan suaranya yang terdengar bergetar.Tubuh pria itu mendadak terasa lemah dan lunglai. Kepala William mendadak pusing tujuh keliling. Ia sama sekali tak menyangka, jika gadis yang sudah ditidurinya tadi malam adalah seorang gadis perawan."Ya Lord, bagaimana ini mungkin?" William terlihat begitu frustasi dan meraup wajah tampannya itu dengan kasar. Dengan berat, ia membuang nafasnya kasar dan tampak memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.Wajar saja jika dia sangat shock dengan perbuatannya ini, karena sebelumnya William memang tak pernah mengoyak dinding kesucian seorang gadis. Meskipun sering tidur bersama Jesica, William bukanlah orang pertama yang mengambil kesucian Jesica.Tetapi kali ini?Dia benar-benar merasa sangat bersalah, karena telah merenggut kehormatan dari seorang gadis yang sama sekali tak dikenalnya. Tatapan matanya refleks mengarah pada sprei putih yang

  • Kesucian yang Ternoda   Bab 3. Aku Sangat Membencinya

    Keesokan paginya, cahaya matahari terasa begitu menyilaukan mata. Cahaya panas nan terang itu masuk menerobos ventilasi, melalui kaca jendela yang sudah tersibak dari tirai penutupnya. Suara-suara berisik mulai terdengar di luar kamar hotel bertuliskan angka 2305, membuat si penghuni kamar berangsur-angsur membuka kedua matanya, karena suara bising yang amat mengganggu pendengarannya.Perlahan-lahan, Kinara membuka kedua matanya, lalu mengerjap sebentar untuk memperjelas penglihatannya yang masih terasa buram. Gadis cantik itu memegangi kepalanya yang terasa sangat berat, kemudian mengalihkan pandangannya yang berangsur membaik, menuju ke seluruh sudut kamar.Akan tetapi, pandangannya terhenti seketika, detakan jantungnya seakan telah berhenti berfungsi, tubuhnya begitu kaku, dan lidahnya juga terasa kelu untuk digerakkan. Semua itu terjadi tatkala Kinara melihat tubuhnya sedang terkulai di atas ranjang berukuran king size, dengan tubuh polos tanpa sehelai benang pun. Hanya sebuah sel

  • Kesucian yang Ternoda   Bab 2. Kesucian yang Ternoda

    Kedua kaki Kinara terasa bergetar hebat, bersamaan dengan detak jantungnya yang berpacu melebihi kecepatan pada umumnya. Ia beranjak dari posisinya, dan mulai terlihatlah siluet seorang pria yang tengah bertelanjang dada, dengan membawa sebuah botol minuman di tangan kirinya."Jesica, kamukah itu, Sayang? Akhirnya kamu kembali padaku." Pria itu meracau tak jelas, entah siapa yang sedang dipanggilnya dengan sebutan Jesica.Kinara mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar, untuk mencari tahu barangkali ada orang selain mereka berdua di dalam kamar tersebut. Namun, tak ada seorang pun yang terlihat di mata Kinara, dan memang hanya ada dirinya serta pria bertubuh kekar itu saja di dalam kamar."Jesica, jangan marah-marah terus seperti itu. Aku sedih kalau kamu selalu bersikap seperti itu kepadaku," racau pria itu lagi sambil melangkah semakin mendekati Kinara.Ia berjalan dengan sempoyongan, mungkin karena pengaruh alkohol yang sudah dikonsumsinya, dan sepertinya pria itu sudah mene

  • Kesucian yang Ternoda   Bab 1. Kinara Sang Pelayan Hotel

    Seorang gadis berpostur tinggi, berpinggang ramping, berdada sintal, dengan bentuk tubuh yang begitu proporsional, nampak sedang berlari-lari kecil di antara ratusan tamu yang sedang menghadiri pesta akbar salah seorang konglomerat. Para tamu undangan yang terdiri dari kalangan para CEO, direktur, serta beberapa pejabat tinggi negara itu, terlihat hadir dengan pasangan masing-masing yang berpenampilan sangat glamour.Alunan musik yang begitu merdu dan membahana, serta canda gurau dari para keluarga sultan itu memenuhi area gedung hotel berbintang lima tepatnya di lantai 30, tempat pesta itu diadakan.Namun, berbeda halnya dengan para tamu yang tampak saling berbincang dan tertawa bahagia, justru gadis cantik yang mengenakan seragam pegawai bertuliskan nama 'Kinara' itu terlihat sangat panik dan gugup, ketika harus menghidangkan jamuan kepada para tamu bangsawan yang hadir. Beberapa tamu bahkan ada yang meminta Kinara supaya membawakan wine ke hadapan mereka. Awalnya Kinara bingung, ka

DMCA.com Protection Status