"Ka … kamu?"
Kedua mata Kinara membelalak tak percaya. Seluruh tubuhnya mendadak terasa gemetar, saat ia melihat sosok pria itu berada tepat di belakangnya dalam cahaya yang remang-remang, sehingga ia sama sekali tak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas."Kamu sangat cantik, Kinara," puji pria itu dengan suara baritonnya yang masih terngiang jelas di telinga Kinara."A … apa yang kamu lakukan di sini?" Kinara bertanya dengan bibirnya yang bergetar.Namun, pria itu sama sekali tak menjawab pertanyaan dari Kinara. Tanpa diduga, kedua tangan kekarnya segera melingkar di perut ramping Kinara yang masih tertutup handuk. Seluruh tubuh Kinara meremang, ketika ia merasakan hangatnya lengan pria itu memeluk tubuhnya."Apa … apa yang kamu lakukan?" Tubuh Kinara terasa membeku. Sungguh dia sangat membenci pria yang kini tengah memeluknya itu, tetapi entah kenapa tubuhnya seakan tak bisa bergerak dan malah membiarkan tangan pria itu menjamah tubuhnya."Tolong, jangan lakukan ini," pinta Kinara dengan air matanya yang tiba-tiba jatuh mengalir di pipinya.Akan tetapi, pria itu sama sekali tak peduli. Ia tetap memeluk erat perut Kinara, dan bahkan kini tangannya mulai merayap ke atas tubuh gadis itu, hingga akhirnya berhenti tepat pada dua bukit kenyal menantang yang masih terbungkus handuk."Aku mohon, jangan lakukan itu!" rintih Kinara sembari menangis dan memejamkan matanya. Ingin sekali rasanya ia memberontak, tetapi sama sekali tak bisa.Pria itu malah meremas dua aset berharga milik Kinara itu, sembari mencumbu leher jenjang milik Viola. Gadis itu kembali menangis, sembari ia mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat.Tangis Kinara semakin menjadi, ketika ia merasakan pria itu menyesap kuat lehernya dan meremas asetnya dengan kencang. Amarah dalam diri Kinara pun semakin bergejolak. Gadis itu berusaha mengumpulkan keberanian dan kemarahannya dalam kepalan tangannya.Perlahan ia mulai bisa mengendalikan tubuhnya. Kinara mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan segera mengarahkannya dengan kuat tepat di wajah pria tampan itu.Bugh!Kinara tersentak ketika ia merasakan hanya memukul angin. Gadis itu membuka matanya lebar-lebar, menatap lurus pada cermin yang memantulkan bayangan dirinya di depan sana.Gadis itu terkejut bukan main, saat menyadari bahwa pria jahat itu tidaklah berada di belakangnya. Kinara bahkan sampai celingukan kesana kemari untuk memastikan bahwa pria itu benar-benar tidak ada di sampingnya."Astaga! Apa yang terjadi padaku? Apa aku baru saja berhalusinasi tentang pria jahat itu?" Tubuh Kinara mulai terhuyung, sambil memegangi kepalanya yang mendadak terasa pusing.Ia masih tak menyangka jika dirinya berhalu tentang pria itu. Namun, setidaknya kini Kinara bisa merasa lega, karena pria itu tidak benar-benar ada di dekatnya."Syukurlah kalau semua ini hanya halusinasi, karena sampai kapan pun aku nggak akan pernah sudi bertemu dengan pria jahat itu lagi." Kinara menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan."Ah, aku nggak mau mengingat masalah ini lagi. Lebih baik sekarang aku pergi memasak untuk Karina," angguk Kinara pada dirinya sendiri.Dengan cepat, gadis itu pun segera mengganti pakaiannya. Ia tak mau lagi mengingat pria itu, tetapi entah kenapa bayang-bayang tato kepala singa itu terus saja mengusik hati dan juga pikirannya.Untuk berusaha melupakan masalah yang baru saja mendera hidupnya, Kinara memutuskan untuk pergi ke dapur setelah berganti pakaian. Gadis itu mulai menyibukkan diri dengan pekerjaannya, segera memasak untuk sang adik tercinta. Meskipun pikirannya sama sekali tak bisa tenang, karena bayangan dan desahan menjijikkan pria itu terus melintas dalam pikirannya.—Suasana terlihat di hotel mewah berbintang 5 yang menjadi tempat kerja Kinara malam tadi. Pria tampan dengan postur tubuh tinggi tegap itu nampak berjalan tergesa, keluar dari kamar 2305.Berulang kali William menatap layar ponselnya, berharap jika ada panggilan dari tunangannya yang bernama Jesica, tapi tetap saja hasilnya nihil."Cih, dimana dia? Apa dia benar-benar sedang bersenang-senang dengan selingkuhannya yang kepar*t itu?" William menggeram kesal dan kembali memasukkan ponselnya.Pikiran William benar-benar kalang kabut. Belum selesai masalahnya dengan Jesica, kini dia harus dihadapkan dengan permasalahan baru. Dimana William secara tak sengaja sudah menodai seorang gadis perawan yang sama sekali tak ia kenal.Meskipun demikian, tetapi William sudah bertekad untuk mencari gadis itu dan meminta maaf atas perbuatannya. Ia juga akan memberikan uang yang sangat banyak kepada gadis itu, sebagai bentuk dari rasa tanggung jawabnya.Kini William berjalan cepat untuk menemui salah satu staff hotel yang mengetahui identitas tentang para pegawai di hotel tersebut."Permisi, Nona. Aku ingin menanyakan sesuatu," ujar William, begitu ia tiba di staff bagian depan."Iya, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya wanita cantik berpakaian rapi tersebut."Aku ingin menanyakan tentang seorang pegawai yang tadi malam mengantarkan makanan ke kamar 2305.""Kalau boleh tahu, siapa namanya, Tuan?"William tercengang ketika staff itu menanyakan siapa nama gadis yang sudah ia nodai tadi malam, karena ia sama sekali tak tahu siapa nama gadis itu."Mmm, namanya …."William terlihat berpikir keras dan mulai mengingat-ingat kejadian tadi malam. Ya, akhirnya dia ingat bahwa gadis itu pernah menyebut namanya sebagai Kinara."Namanya Kinara," jawab William dengan yakin."Kinara? Baiklah, Anda bisa menanyakan pada Gina. Dia adalah sahabat sekaligus tetangganya Kinara." Staff hotel itu menyarankan."Gina?""Benar. Nah, itu orangnya," tunjuk wanita itu kepada pegawai hotel bernama Gina.William menoleh dan melihat pada Gina. Seketika ia langsung mengangguk dan berterima kasih pada staff itu, kemudian lekas berlari menghampiri Gina."Permisi, Nona Gina," sapa William, begitu tibanya ia di hadapan Gina."Iya, Tuan." Gina merasa sangat terkejut dan menatap lekat pria di hadapannya ini. Ia sama sekali tak menyangka bahwa dirinya akan didatangi oleh pria tampan berwajah kebulean seperti saat ini."Apa kamu mengenal Kinara? Aku dengar dari resepsionis, kalau kamu adalah tetangganya Kinara." William langsung to the point."Iya, Tuan. Itu benar. Ada apa ya mencari Kinara?" tanya Gina keheranan, karena ada pria tampan nan gagah seperti William yang sedang mencari Kinara."Boleh aku minta alamatnya?"Gina cukup terkejut mendengar pertanyaan William, tetapi ia juga tak ingin banyak tanya. Ia berpikir jika mungkin Kinara mempunyai hutang terhadap pria itu."Iya boleh."Gina kemudian memberikan alamat rumah Kinara kepada William. Wajah pria itu terlihat sangat bahagia dan berseri-seri saat ia telah mendapatkan alamat rumah Kinara."Baiklah, Nona. Terima kasih banyak," ucap William dengan senangnya.Pria itu pun bergegas melangkah keluar dari hotel, dan segera menuju basement untuk mengambil mobilnya."Tunggu aku, Kinara. Aku akan datang menemuimu," gumam William seraya memacu mobilnya menuju ke rumah Kinara.Wajah tampan William terlihat begitu bahagia dan berseri-seri ketika ia telah mendapatkan alamat rumah Kinara dari Gina. Dengan cepat pria itu segera melajukan mobilnya menuju ke alamat yang baru saja diperolehnya itu."Tunggu aku, Kinara. Aku datang," gumam Wiliam sembari tetap memfokuskan pandangannya pada jalanan yang ada di hadapannya.Besar keinginan dalam hatinya untuk meminta maaf kepada Kinara atas kesalahan yang sama sekali tak dia sengaja. Biar bagaimanapun juga William akan tetap bertanggung jawab atas perbuatannya kepada Kinara.Pria itu bahkan sudah menyiapkan sejumlah uang yang sangat besar, jika nanti Kinara akan meminta pertanggungjawabannya."Berapa pun yang gadis itu minta, pasti aku akan memberikannya sebagai bentuk dari tanggung jawabku." Pria itu berkata kepada dirinya sendiri.Namun, baru beberapa menit ia berkendara meninggalkan kawasan hotel, tiba-tiba saja ia mendapatkan telepon dari asisten kepercayaannya.Kring, kring, kring.Suara dering ponselnya berbunyi
Kinara sama sekali tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, ketika Gina tak sengaja mengingatkannya pada kejadian tadi malam. Kejadian yang sudah menghancurkan hidupnya dan mungkin seumur hidup tak akan pernah bisa dia lupakan.Begitu mendengar tentang nomor 2305 itu, membuat tangan Kinara tiba-tiba gemetar. Sendok besar yang tadi digunakan untuk mengaduk sayur tiba-tiba terjatuh di lantai begitu saja. Bahkan sebagian kuah sayur yang panas itu tumpah dan mengenai kakinya.Trangg!"Aaaa." Kinara menjerit kecil, ketika dia merasakan kakinya begitu panas terkena cipratan kuah sayurnya."Kinara, kamu kenapa?" Gina bertanya dengan paniknya.Gadis itu pun juga merasa terkejut ketika sendok besar jatuh dari tangan Kinara. Lebih terkejut lagi ketika dia melihat Kinara yang merintih kesakitan sambil memegangi kakinya."Kinara, kaki kamu melepuh?" pekik Gina seraya membungkam mulutnya sendiri.Baik Gina maupun Kinara sama-sama terkejut dan refleks menoleh ke arah kaki Kinara, di mana kaki gadis
Hiruk pikuk kendaraan seakan menyambut dua kakak beradik yang kini sedang melangkah pergi semakin jauh dari rumah mereka.Kinara mengajak Karina menuju ke halte bis dan menunggu di sana. Cukup lama mereka menunggu, bahkan Karina sudah terlihat sangat kelelahan."Karina, kamu capek?" tanya Kinara khawatir pada keadaan sang adik."Iya, Kak. Perut aku sakit," rintih Karina sembari memegangi perutnya yang kian terasa sakit.Air mata Kinara mulai menitik, menatap penuh kasihan pada adiknya itu. Kinara segera mendekap tubuh Karina dengan sangat erat, lalu mendaratkan kecupan di puncak kepala sang adik. Gadis itu tak hentinya menitikkan air matanya."Maafkan kakak, Karina. Kamu harus jadi seperti ini karena kakak," sesal Kinara dalam hatinya, sambil tetap memeluk Karina.Cukup lama mereka menunggu dengan saling berpelukan. Hingga selang beberapa menit kemudian, bis pun berhenti di halte tersebut.Wajah Kinara nampak riang saat melihat kedatangan bis tersebut."Karina, bisnya datang. Ayo kita
Seorang gadis berpostur tinggi, berpinggang ramping, berdada sintal, dengan bentuk tubuh yang begitu proporsional, nampak sedang berlari-lari kecil di antara ratusan tamu yang sedang menghadiri pesta akbar salah seorang konglomerat. Para tamu undangan yang terdiri dari kalangan para CEO, direktur, serta beberapa pejabat tinggi negara itu, terlihat hadir dengan pasangan masing-masing yang berpenampilan sangat glamour.Alunan musik yang begitu merdu dan membahana, serta canda gurau dari para keluarga sultan itu memenuhi area gedung hotel berbintang lima tepatnya di lantai 30, tempat pesta itu diadakan.Namun, berbeda halnya dengan para tamu yang tampak saling berbincang dan tertawa bahagia, justru gadis cantik yang mengenakan seragam pegawai bertuliskan nama 'Kinara' itu terlihat sangat panik dan gugup, ketika harus menghidangkan jamuan kepada para tamu bangsawan yang hadir. Beberapa tamu bahkan ada yang meminta Kinara supaya membawakan wine ke hadapan mereka. Awalnya Kinara bingung, ka
Kedua kaki Kinara terasa bergetar hebat, bersamaan dengan detak jantungnya yang berpacu melebihi kecepatan pada umumnya. Ia beranjak dari posisinya, dan mulai terlihatlah siluet seorang pria yang tengah bertelanjang dada, dengan membawa sebuah botol minuman di tangan kirinya."Jesica, kamukah itu, Sayang? Akhirnya kamu kembali padaku." Pria itu meracau tak jelas, entah siapa yang sedang dipanggilnya dengan sebutan Jesica.Kinara mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar, untuk mencari tahu barangkali ada orang selain mereka berdua di dalam kamar tersebut. Namun, tak ada seorang pun yang terlihat di mata Kinara, dan memang hanya ada dirinya serta pria bertubuh kekar itu saja di dalam kamar."Jesica, jangan marah-marah terus seperti itu. Aku sedih kalau kamu selalu bersikap seperti itu kepadaku," racau pria itu lagi sambil melangkah semakin mendekati Kinara.Ia berjalan dengan sempoyongan, mungkin karena pengaruh alkohol yang sudah dikonsumsinya, dan sepertinya pria itu sudah mene
Keesokan paginya, cahaya matahari terasa begitu menyilaukan mata. Cahaya panas nan terang itu masuk menerobos ventilasi, melalui kaca jendela yang sudah tersibak dari tirai penutupnya. Suara-suara berisik mulai terdengar di luar kamar hotel bertuliskan angka 2305, membuat si penghuni kamar berangsur-angsur membuka kedua matanya, karena suara bising yang amat mengganggu pendengarannya.Perlahan-lahan, Kinara membuka kedua matanya, lalu mengerjap sebentar untuk memperjelas penglihatannya yang masih terasa buram. Gadis cantik itu memegangi kepalanya yang terasa sangat berat, kemudian mengalihkan pandangannya yang berangsur membaik, menuju ke seluruh sudut kamar.Akan tetapi, pandangannya terhenti seketika, detakan jantungnya seakan telah berhenti berfungsi, tubuhnya begitu kaku, dan lidahnya juga terasa kelu untuk digerakkan. Semua itu terjadi tatkala Kinara melihat tubuhnya sedang terkulai di atas ranjang berukuran king size, dengan tubuh polos tanpa sehelai benang pun. Hanya sebuah sel
"Astaga! Apa yang sudah aku lakukan? Aku … aku telah mengambil kesucian gadis itu. Oh no!" William berujar dengan suaranya yang terdengar bergetar.Tubuh pria itu mendadak terasa lemah dan lunglai. Kepala William mendadak pusing tujuh keliling. Ia sama sekali tak menyangka, jika gadis yang sudah ditidurinya tadi malam adalah seorang gadis perawan."Ya Lord, bagaimana ini mungkin?" William terlihat begitu frustasi dan meraup wajah tampannya itu dengan kasar. Dengan berat, ia membuang nafasnya kasar dan tampak memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.Wajar saja jika dia sangat shock dengan perbuatannya ini, karena sebelumnya William memang tak pernah mengoyak dinding kesucian seorang gadis. Meskipun sering tidur bersama Jesica, William bukanlah orang pertama yang mengambil kesucian Jesica.Tetapi kali ini?Dia benar-benar merasa sangat bersalah, karena telah merenggut kehormatan dari seorang gadis yang sama sekali tak dikenalnya. Tatapan matanya refleks mengarah pada sprei putih yang
Kejadian malam tadi bersama dengan pria asing yang sudah menghancurkan kehormatannya, sungguh tak bisa dilupakan begitu saja oleh Kinara. Semejak keluar dari kamar hotel yang menjadi saksi kehancuran hidupnya itu, Kinara tak hentinya terus menitikkan air matanya.Dengan lutut yang terasa begitu lemas, Kinara melangkah gontai menuju ke luar gedung hotel tersebut. Suasana masih terlalu pagi, sehingga belum terlalu banyak tamu dan pegawai hotel yang berlalu lalang di sana.Sebenarnya Kinara juga sudah harus pulang pagi nanti, tapi kini dia memutuskan untuk pulang lebih awal. Rasanya ia tak ingin berlama-lama di tempat itu, karena bayangan buruk malam tadi akan kembali hinggap di pikirannya.Tangan mungilnya tampak membuka pintu gerbang hotel itu perlahan. Jam yang masih terlalu pagi, membuat kendaraan belum banyak berlalu lalang. Kinara memutuskan untuk naik bis saja.Tak lama, terlihat sebuah bis yang berhenti tepat di depannya. Kinara melangkah dengan lemah, dikarenakan bagian inti tub
Hiruk pikuk kendaraan seakan menyambut dua kakak beradik yang kini sedang melangkah pergi semakin jauh dari rumah mereka.Kinara mengajak Karina menuju ke halte bis dan menunggu di sana. Cukup lama mereka menunggu, bahkan Karina sudah terlihat sangat kelelahan."Karina, kamu capek?" tanya Kinara khawatir pada keadaan sang adik."Iya, Kak. Perut aku sakit," rintih Karina sembari memegangi perutnya yang kian terasa sakit.Air mata Kinara mulai menitik, menatap penuh kasihan pada adiknya itu. Kinara segera mendekap tubuh Karina dengan sangat erat, lalu mendaratkan kecupan di puncak kepala sang adik. Gadis itu tak hentinya menitikkan air matanya."Maafkan kakak, Karina. Kamu harus jadi seperti ini karena kakak," sesal Kinara dalam hatinya, sambil tetap memeluk Karina.Cukup lama mereka menunggu dengan saling berpelukan. Hingga selang beberapa menit kemudian, bis pun berhenti di halte tersebut.Wajah Kinara nampak riang saat melihat kedatangan bis tersebut."Karina, bisnya datang. Ayo kita
Kinara sama sekali tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, ketika Gina tak sengaja mengingatkannya pada kejadian tadi malam. Kejadian yang sudah menghancurkan hidupnya dan mungkin seumur hidup tak akan pernah bisa dia lupakan.Begitu mendengar tentang nomor 2305 itu, membuat tangan Kinara tiba-tiba gemetar. Sendok besar yang tadi digunakan untuk mengaduk sayur tiba-tiba terjatuh di lantai begitu saja. Bahkan sebagian kuah sayur yang panas itu tumpah dan mengenai kakinya.Trangg!"Aaaa." Kinara menjerit kecil, ketika dia merasakan kakinya begitu panas terkena cipratan kuah sayurnya."Kinara, kamu kenapa?" Gina bertanya dengan paniknya.Gadis itu pun juga merasa terkejut ketika sendok besar jatuh dari tangan Kinara. Lebih terkejut lagi ketika dia melihat Kinara yang merintih kesakitan sambil memegangi kakinya."Kinara, kaki kamu melepuh?" pekik Gina seraya membungkam mulutnya sendiri.Baik Gina maupun Kinara sama-sama terkejut dan refleks menoleh ke arah kaki Kinara, di mana kaki gadis
Wajah tampan William terlihat begitu bahagia dan berseri-seri ketika ia telah mendapatkan alamat rumah Kinara dari Gina. Dengan cepat pria itu segera melajukan mobilnya menuju ke alamat yang baru saja diperolehnya itu."Tunggu aku, Kinara. Aku datang," gumam Wiliam sembari tetap memfokuskan pandangannya pada jalanan yang ada di hadapannya.Besar keinginan dalam hatinya untuk meminta maaf kepada Kinara atas kesalahan yang sama sekali tak dia sengaja. Biar bagaimanapun juga William akan tetap bertanggung jawab atas perbuatannya kepada Kinara.Pria itu bahkan sudah menyiapkan sejumlah uang yang sangat besar, jika nanti Kinara akan meminta pertanggungjawabannya."Berapa pun yang gadis itu minta, pasti aku akan memberikannya sebagai bentuk dari tanggung jawabku." Pria itu berkata kepada dirinya sendiri.Namun, baru beberapa menit ia berkendara meninggalkan kawasan hotel, tiba-tiba saja ia mendapatkan telepon dari asisten kepercayaannya.Kring, kring, kring.Suara dering ponselnya berbunyi
"Ka … kamu?"Kedua mata Kinara membelalak tak percaya. Seluruh tubuhnya mendadak terasa gemetar, saat ia melihat sosok pria itu berada tepat di belakangnya dalam cahaya yang remang-remang, sehingga ia sama sekali tak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas."Kamu sangat cantik, Kinara," puji pria itu dengan suara baritonnya yang masih terngiang jelas di telinga Kinara."A … apa yang kamu lakukan di sini?" Kinara bertanya dengan bibirnya yang bergetar.Namun, pria itu sama sekali tak menjawab pertanyaan dari Kinara. Tanpa diduga, kedua tangan kekarnya segera melingkar di perut ramping Kinara yang masih tertutup handuk. Seluruh tubuh Kinara meremang, ketika ia merasakan hangatnya lengan pria itu memeluk tubuhnya."Apa … apa yang kamu lakukan?" Tubuh Kinara terasa membeku. Sungguh dia sangat membenci pria yang kini tengah memeluknya itu, tetapi entah kenapa tubuhnya seakan tak bisa bergerak dan malah membiarkan tangan pria itu menjamah tubuhnya."Tolong, jangan lakukan ini," pinta Kina
Kejadian malam tadi bersama dengan pria asing yang sudah menghancurkan kehormatannya, sungguh tak bisa dilupakan begitu saja oleh Kinara. Semejak keluar dari kamar hotel yang menjadi saksi kehancuran hidupnya itu, Kinara tak hentinya terus menitikkan air matanya.Dengan lutut yang terasa begitu lemas, Kinara melangkah gontai menuju ke luar gedung hotel tersebut. Suasana masih terlalu pagi, sehingga belum terlalu banyak tamu dan pegawai hotel yang berlalu lalang di sana.Sebenarnya Kinara juga sudah harus pulang pagi nanti, tapi kini dia memutuskan untuk pulang lebih awal. Rasanya ia tak ingin berlama-lama di tempat itu, karena bayangan buruk malam tadi akan kembali hinggap di pikirannya.Tangan mungilnya tampak membuka pintu gerbang hotel itu perlahan. Jam yang masih terlalu pagi, membuat kendaraan belum banyak berlalu lalang. Kinara memutuskan untuk naik bis saja.Tak lama, terlihat sebuah bis yang berhenti tepat di depannya. Kinara melangkah dengan lemah, dikarenakan bagian inti tub
"Astaga! Apa yang sudah aku lakukan? Aku … aku telah mengambil kesucian gadis itu. Oh no!" William berujar dengan suaranya yang terdengar bergetar.Tubuh pria itu mendadak terasa lemah dan lunglai. Kepala William mendadak pusing tujuh keliling. Ia sama sekali tak menyangka, jika gadis yang sudah ditidurinya tadi malam adalah seorang gadis perawan."Ya Lord, bagaimana ini mungkin?" William terlihat begitu frustasi dan meraup wajah tampannya itu dengan kasar. Dengan berat, ia membuang nafasnya kasar dan tampak memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.Wajar saja jika dia sangat shock dengan perbuatannya ini, karena sebelumnya William memang tak pernah mengoyak dinding kesucian seorang gadis. Meskipun sering tidur bersama Jesica, William bukanlah orang pertama yang mengambil kesucian Jesica.Tetapi kali ini?Dia benar-benar merasa sangat bersalah, karena telah merenggut kehormatan dari seorang gadis yang sama sekali tak dikenalnya. Tatapan matanya refleks mengarah pada sprei putih yang
Keesokan paginya, cahaya matahari terasa begitu menyilaukan mata. Cahaya panas nan terang itu masuk menerobos ventilasi, melalui kaca jendela yang sudah tersibak dari tirai penutupnya. Suara-suara berisik mulai terdengar di luar kamar hotel bertuliskan angka 2305, membuat si penghuni kamar berangsur-angsur membuka kedua matanya, karena suara bising yang amat mengganggu pendengarannya.Perlahan-lahan, Kinara membuka kedua matanya, lalu mengerjap sebentar untuk memperjelas penglihatannya yang masih terasa buram. Gadis cantik itu memegangi kepalanya yang terasa sangat berat, kemudian mengalihkan pandangannya yang berangsur membaik, menuju ke seluruh sudut kamar.Akan tetapi, pandangannya terhenti seketika, detakan jantungnya seakan telah berhenti berfungsi, tubuhnya begitu kaku, dan lidahnya juga terasa kelu untuk digerakkan. Semua itu terjadi tatkala Kinara melihat tubuhnya sedang terkulai di atas ranjang berukuran king size, dengan tubuh polos tanpa sehelai benang pun. Hanya sebuah sel
Kedua kaki Kinara terasa bergetar hebat, bersamaan dengan detak jantungnya yang berpacu melebihi kecepatan pada umumnya. Ia beranjak dari posisinya, dan mulai terlihatlah siluet seorang pria yang tengah bertelanjang dada, dengan membawa sebuah botol minuman di tangan kirinya."Jesica, kamukah itu, Sayang? Akhirnya kamu kembali padaku." Pria itu meracau tak jelas, entah siapa yang sedang dipanggilnya dengan sebutan Jesica.Kinara mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar, untuk mencari tahu barangkali ada orang selain mereka berdua di dalam kamar tersebut. Namun, tak ada seorang pun yang terlihat di mata Kinara, dan memang hanya ada dirinya serta pria bertubuh kekar itu saja di dalam kamar."Jesica, jangan marah-marah terus seperti itu. Aku sedih kalau kamu selalu bersikap seperti itu kepadaku," racau pria itu lagi sambil melangkah semakin mendekati Kinara.Ia berjalan dengan sempoyongan, mungkin karena pengaruh alkohol yang sudah dikonsumsinya, dan sepertinya pria itu sudah mene
Seorang gadis berpostur tinggi, berpinggang ramping, berdada sintal, dengan bentuk tubuh yang begitu proporsional, nampak sedang berlari-lari kecil di antara ratusan tamu yang sedang menghadiri pesta akbar salah seorang konglomerat. Para tamu undangan yang terdiri dari kalangan para CEO, direktur, serta beberapa pejabat tinggi negara itu, terlihat hadir dengan pasangan masing-masing yang berpenampilan sangat glamour.Alunan musik yang begitu merdu dan membahana, serta canda gurau dari para keluarga sultan itu memenuhi area gedung hotel berbintang lima tepatnya di lantai 30, tempat pesta itu diadakan.Namun, berbeda halnya dengan para tamu yang tampak saling berbincang dan tertawa bahagia, justru gadis cantik yang mengenakan seragam pegawai bertuliskan nama 'Kinara' itu terlihat sangat panik dan gugup, ketika harus menghidangkan jamuan kepada para tamu bangsawan yang hadir. Beberapa tamu bahkan ada yang meminta Kinara supaya membawakan wine ke hadapan mereka. Awalnya Kinara bingung, ka