Selain sifat Rafael tidak terlalu bagus, Karina tidak dapat menemukan kekurangan yang lain.'Memang tak ada orang yang sempurna!'Saat makan, mereka berdua sangat diam, sepenuhnya menunjukkan tata krama tidak berbicara saat sedang makan.Namun, suasana seperti itu justru sangat menyedihkan.Teringat Rafael tumbuh dalam lingkungan keluarga seperti itu, Karina mulai bersimpati kepada Rafael. Keluarga bangsawan penuh dengan berbagai aturan, berbeda dengan keluarga biasa yang jauh lebih santai.Jika harus memilih, Karina pasti akan memilih hidup bebas daripada terikat oleh banyak aturan.Sesudah makan, Karina ingin mencuci piring, tetapi Rafael bilang padanya tidak perlu karena nanti akan ada orang yang datang mencucinya.Sekarang, ada hal yang lebih penting yang ingin Rafael beri tahu kepada Karina.Karina seketika merasa sedikit takut, melihat api hasrat yang terpancar dari mata gelap Rafael.'Seharusnya nggak akan terjadi apa-apa, 'kan?'Karina mengikuti Rafael masuk ke ruang kerja. Beg
Karina tiba-tiba merasa tidak dapat menanggung detak jantungnya saat ini, sepasang mata berwarna cokelat terangnya sedikit bergetar saat dia terpaksa menatap Rafael.'Aneh! Rafael memang sangat aneh!'Sebelumnya, dia merasa Rafael memiliki aura hangat meski bersikap mengintimidasi.Selalu membuat dirinya sangat kesal, tetapi tidak membuatnya takut.Namun, aura yang terpancar saat ini membuat orang merasa tertekan dan merinding.Gigi Karina bergemeletuk. "Aku ... nggak takut ....""Nggak takut?" Rafael tertawa kecil, menyentuh wajah kecil Karina yang pucat dengan lembut dan tatapannya semakin mendalam. "Kalau nggak takut, kenapa wajahmu begitu pucat?" tanya Rafael.Kulit yang disentuh oleh Rafael terasa seperti terbakar. Karina langsung menghindari tangan Rafael seperti baru tersengat listrik."Sebenarnya kamu mau apa? Kalau nggak ada hal penting, aku pulang dulu!"Karina tidak tahan dengan situasi aneh seperti ini. Rafael bersikap aneh, dia tidak punya alasan untuk ikut bersikap aneh j
"Aku sudah menyuruh orang untuk mengurus pindahanmu. Sekarang barang-barangmu di asrama sudah hampir selesai dikeluarkan," ujar Rafael sambil melihat jam tangannya."Kamu ....." Wajah Karina memucat, dia sudah tidak bisa menahan amarahnya dan berteriak, "Rafael, apa kamu nggak bisa menanyakan pendapatku sebelum melakukan sesuatu?"Mendengar ini, Rafael pun bertanya, "Kamu bisa pindah dan tinggal bersamaku?""Nggak bisa!""Oke. Aku sekarang sudah tanya pendapatmu, 'kan?"Karina kehilangan kata-kata setelah mendengar itu.Karina ingin sekali mencekik pria di depannya ini. "Sekarang ini adalah masyarakat demokratis, kita harus mematuhi hukum!"Rafael mengangguk, "Benar, kita tentu saja harus mematuhi hukum. Kamu tentu saja pindah dengan sukarela."Karina mendengus marah, "Kapan aku sukarela pindah kemari?"Rafael meliriknya, "Saat aku bilang kamu sukarela."Sekali lagi, Karina tidak bisa berkata-kata.Sebelum Karina dapat berbicara, Rafael sudah berbalik dan berjalan ke meja. Matanya tert
"Nona Karina, coba periksa apa ada yang ketinggalan? Teman sekamarmu bilang hanya ini saja," ujar Jeremy dengan sopan.Karina tampak marah, "Siapa yang suruh kalian memindahkan barang-barangku?"Jeremy terkejut, lalu menatap Rafael dengan ekspresi tidak berdaya."Aku." Rafael datang, dia menatap Karina sambil melanjutkan ucapannya, "Aku sudah minta pendapatmu tadi."Karina merasa mustahil untuk bicara baik-baik dengan Rafael. Dia sekarang bingung, mengapa Rafael tiba-tiba berubah pikiran setelah satu malam.Melihat situasi kedua orang itu, Jeremy tahu bahwa Rafael gagal membujuk Karina."Tuan Muda Rafael, apa Nona Karina sudah tanda tangan kontrak itu?" tanya Jeremy dengan pelan.Mengingat hal tersebut, ekspresi Rafael menjadi masam. Jeremy yang berdiri cukup dekat dengannya seketika merinding.Rafael memelototi Karina dengan ekspresi masam sambil berkata, "Gadis ini sangat keras kepala."Karina menggertakkan giginya setelah mendengar ini, "Kamu sendiri sangat nggak tahu malu.""Bilang
"Tuan Muda Rafael, apa Anda serius akan melakukan ini?" tanya Jeremy yang terlihat sudah pasrah.Anggota Keluarga Stalin jarang muncul di media. Jika diberikan berita ini, Jeremy yakin berita utama besok adalah mengenai kekasih yang disembunyikan Rafael.Rafael melirik Karina sejenak, lalu berkata dengan geram, "Gadis ini perlu diberi pelajaran, jadi segera lakukan perintahku!"Jeremy tentu akan menuruti perintah Rafael. Dia tahu bahwa tidak ada yang bisa mengubah keputusan yang sudah dibuat Rafael. Karena itu, dia hanya menghela napas dan hendak pergi.Tepat dia baru melangkah maju, Karina sudah menghentikannya. "Tunggu dulu!"Rafael melirik Karina sejenak, lalu berkata dengan kesal kepada Jeremy, "Abaikan dia."Mata Karina memerah. Jika teman dan keluarganya mengetahui hal ini, dia pasti akan menjalani sisa hidupnya dengan penuh cemooh. "Kalian nggak boleh pergi!""Kalau begitu tanda tangan ini, jangan bernegosiasi lagi denganku," ujar Rafael yang sangat mengintimidasi.Sekali lagi,
"Sudahlah. Begitu saja nangis. Apa kamu nggak bisa bersikap lebih tegar?" Rafael dengan datar mengucapkan kata-kata yang terdengar aneh.Ekspresi Jeremy tiba-tiba menegang.Karina awalnya merasa sangat sedih, tetapi setelah mendengar kata-kata Rafael, muncul pemikiran untuk membunuh pria di depannya ini saat tengah malam, lalu melemparnya ke sungai untuk dijadikan makanan ikan.'Kenapa ada orang yang seberengsek ini?''Dipaksa menjadi seorang pelacur dianggap masalah sepele? Kehidupan tiba-tiba menjadi seperti, apa aku nggak boleh bersedih? Apa dia pikir hatiku ini terbuat dari besi!'Sorot mata Karina penuh dengan niat membunuh. Rafael menghampirinya tanpa tahu hal itu dan mengelus ujung rambutnya. Rafael seperti sedang membujuk anak kecil yang sedang marah, "Ada banyak wanita menginginkan perhatianku, tapi aku nggak pernah peduli. Apa kamu tahu, kamu begitu beruntung?"Seketika, keheningan memenuhi ruangan ini.Jeremy menutupi wajahnya dan menggerutu di dalam hati, 'Tuan Muda, bukan
Rafael tidak peduli dengan sikap dingin Karina. Setelah mengantar Karina ke bawah, dia menyuruh para petugas pemindah barang untuk mengikuti instruksi Karina, sementara dirinya pergi bersama Jeremy.Begitu keluar dari pintu, Rafael tiba-tiba teringat sesuatu dan berkata, kepada Karina yang sedang memeriksa barang-barangnya, "Karina, apa nggak ada yang ingin kamu katakan padaku?"Pupil mata Karina bergerak-gerak sedikit. Dia langsung mengerti apa yang sedang dibicarakan Rafael. Dia meletakkan barang-barangnya, menatap Rafael dan berkata dengan tenang, "Nggak ada."Raut wajah Rafael tiba-tiba menjadi masam dan sorot matanya juga menjadi dingin. "Kamu yakin?" tanyanya.Karina menyipitkan matanya dan berkata dengan tenang, "Yakin."Dengan wajah masam, Rafael masuk kembali dan menghampiri Karina. Dia menatap lurus Karina dan bertanya, "Ketika aku, anggota keluargamu, keluar, bukankah kamu harus mengatakan 'hati-hati di jalan' padaku?"Karina menatap Rafael dengan dingin, dia ingin sekali be
Pertanyaan yang sangat menyakitkan.Raut wajah Karina seketika memucat, perasaan seperti ketahuan melakukan hal tercela membuatnya merasa malu.Dia ingin menjelaskan, tetapi tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Bukankah dirinya sekarang memang adalah simpanan Rafael, 'kan? Karena dia sendiri yang telah menandatangani kontrak itu, jadi apa masih punya hak untuk menjelaskan?Meskipun berpikir demikian, Karina sudah tidak bisa menahan rasa sakit di hatinya lagi.Sangat menderita, seperti akan segera mati.Karina tidak menyadari kapan Ida pergi. Dia hanya berdiri diam di tempat, seakan-akan telah berubah menjadi patung.Setelah beberapa saat, bulir-bulir air mata mengalir di pipinya tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Suhu air mata itu baru yang membuat Karina tersadar kembali. Dia pun menangis dengan keras.Dia tidak ingin berada di sini, dia tidak ingin dianggap wanita yang merusak diri sendiri dengan menjadi wanita simpanan.Namun, konsekuensi jika dia pergi dari sini adalah hubunga