Dalam hati, dia merasa rumit.Ya sudah kalau tidak boleh, dia tidak bisa memaksa.Akan tetapi, apa yang harus dia lakukan sekarang? Tidur di jalan? Tidak bisa. Pakaiannya saat ini bernilai jutaan dan sangat mencolok. Kalau dia berkeliaran seperti ini di tengah malam, tinggal tunggu sampai dia dirampok.Dia juga tidak bisa kembali ke kampus. Jika ada yang melihat, dia pasti akan menjadi berita utama di forum kampus.Apa yang harus dia lakukan? Mau menginap di hotel pun tidak bawa KTP.Karina terlihat kebingungan. Memikirkan beberapa cara, tidak ada yang mungkin dilakukan.Pada akhirnya, dia teringat kata-kata Neo.Katanya, dia boleh menelepon kalau masih di luar setelah lewat jam malam asrama.Meski dia merasa tidak enak harus mengganggunya, dia tidak punya pilihan lain! Dengan begitu, Karina meyakinkan dirinya. Jantungnya sedikit berdebar, tetapi juga sedikit takut-takut.Dia baru saja akan mengeluarkan ponsel untuk menelepon Neo ketika suara dingin Rafael kembali terdengar. "Kamu mau
"Kembalikan ponselku!" Karina sangat marah. Apa sebenarnya yang diinginkan pria ini?"Haha, Nona Karina, kamu terlalu sombong." Rafael menggoyang ponsel itu di depan mata Karina dan tertawa kecil. "Aku akan mengembalikannya kalau kamu memohon. Hormatlah sedikit di depanku.""Ponsel ini punyaku!" Karina sampai harus menyatakan fakta ini kepadanya.Atas dasar apa dia mengambil ponselnya? Masihkah ada keadilan di dunia ini?Setelah mendengar kalimat itu, Rafael mendengus dan akhirnya seperti baru ingat akan fakta ini. Dia memicingkan matanya dan berpikir sejenak. Tepat ketika Karina mengira dia menyadari kesalahannya dan berencana mengembalikan ponselnya, dia melontarkan sebuah kalimat."Oh, memangnya kenapa?""...."Memangnya kenapa?Bukankah sudah seharusnya Rafael mengembalikan ponselnya? Wajah Karina memerah karena terlalu marah. Napasnya terengah-engah, dan dia merasakan darah di sekujur tubuhnya mendidih. Dilemparnya jauh-jauh segala kehati-hatian dan keanggunannya sebagai seorang w
Sebelum Jeremy bisa mengatakan "kekanak-kanakan", Rafael menghentikannya dengan meliriknya dengan tajam.Rafael memandang Karina dengan sedikit kesal dan perasaan bersalah. Meskipun demikian, dia berjalan menghampiri Karina sambil memasukkan tangannya di sisi saku celana, berpura-pura santai dan berkata, "Itu hanya sebuah ponsel, lagi pula sudah sangat tua, aku akan berikan yang baru, oke?"Mendengar itu, Karina hanya tertawa dingin."Sudahlah, bukan masalah besar juga. Begitu paniknya hanya karena sebuah ponsel. Selama kamu ingin, aku bisa berikan ponsel yang paling bagus di dunia ini. Hujan semakin deras, jadi cepat masuk ke dalam mobil."Rafael meraih tangan Karina dan berencana membawanya masuk ke mobil.Namun, Karina tidak mau bergerak dan menatap Rafael dengan tatapan yang sangat marah. Saat melihat ini, tangan Rafael seketika berhenti. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia merasakan perasaan bersalah yang sangat kuat.Meskipun merasa seperti itu, dia tidak ada niat untuk minta
Tidak lama kemudian, Karina baru menyadari apa yang telah Rafael lakukan padanya. Dia tidak bisa lagi menahan amarah di hatinya, menampar wajah Rafael dan berteriak, "Kamu bajingan!"Umpatan yang dilontarkan Karina itu bergema di jalanan yang kosong untuk beberapa saat.Jeremy tercengang menyaksikan apa yang dia lihat. Dia sungguh tidak menyangka Karina akan berani menampar Rafael dan anehnya Rafael tidak melawan kembali.Jeremy mulia berpikir siapakah Karina sebenarnya?Karina sangat marah hingga sekujur tubuhnya gemetar. Dia tidak ingin melihat pria bajingan ini lagi, jadi dia berbalik dan pergi dengan tegas.Tatapannya sedingin es setajam pisau ketika melirik Jeremy. Bulu kuduk Jeremy seketika bergidik dan dia menutupi wajahnya, tidak berani menatap mata Rafael.Setelah melirik Jeremy, Rafael yang masih terlihat masam itu mengejar Karina dan memutar bahunya."Kamu mau apa? Turunkan aku!" seru Karina yang terkejut karena tubuhnya tiba-tiba terangkat. Rafael menggendongnya dan berjala
Karina ingin sekali berperilaku seperti tokoh utama dalam drama, menolak Rafael dengan tegas dan berjalan pergi dengan anggun.Namun kenyataannya, dia akan hidup di jalanan jika melakukan hal itu.Ketika nalar dan perasaan Karina saling bertentangan, nalarnya selalu menang.Itu sebabnya, meskipun dia sudah berkali-kali mengatakan pada diri sendiri, dia tidak ingin melihat pria arogan ini lagi, dia tetap saja melanggar perkataannya sendiri.Akan tetapi, dia tidak tahu bahwa Rafael juga melakukan hal yang sama setiap bertemu dengannya.Setelah tiba di depan pintu rumah Rafael, Karina baru merasa lega dan akhirnya berpikir Rafael tidak ingkar janji lagi.Setelah mengantar Rafael dan Karina kembali, Jeremy langsung pergi.Di rumah yang sangat besar ini hanya ada dua orang di dalamnya. Setelah pengalaman terakhir, kali ini Karina tampak jauh lebih tenang.Suhu di dalam rumah sangatlah hangat, membuat suhu tubuh Karina langsung kembali hangat, bahkan kedua pipinya memerah.Karina melirik Raf
Omong kosong?Padahal Karina hanya tidak ingin Rafael membuang-buang uang untuk dirinya!Uang yang dimiliki siapa pun tidaklah muncul dengan sendirinya. Jika melakukan pemborosan seperti ini, bukankah akan dihukum oleh Tuhan?Melihat Rafael yang bersikeras menolak pengembalian barang-barang itu, Karina tidak tahu harus berbuat apa.Pada saat ini, Rafael tiba-tiba bertanya, "Kenapa kamu keluar begitu cepat? Kamu nggak mandi dulu?""Um ...." Karina merasa sedikit malu saat ditanya seperti itu. Bagaimana bisa dia mandi di rumah orang asing, bukan? Ya, mungkin mereka berdua sudah tidak asing lagi, tetapi hubungan mereka masih belum sampai di mana Karina bisa mandi dengan tenang di rumah Rafael.Selain itu, Karina tidak membawa perlengkapan mandi, jadi dia tidak bisa mandi meski ingin mandi."Kamu basah kuyup karena kehujanan, apa kamu ingin mengotori kasurku? Kalau kamu nggak mandi, jangan tidur di kasur." Rafael mulai marah lagi.Raut wajah Karina juga terlihat masam. 'Kenapa dia bersikap
Karina menatap Rafael dengan marah, dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi.Sejak pertama kali bertemu, dia dapat merasakan bahwa pria di depannya ini jahat.Kemudian, setelah berinteraksi dengannya, terbukti Rafael memang sangat jahat!"Terima kasih atas kebaikanmu!" seru Karina dengan sangat ketus.Alis Rafael terangkat ketika dia melihat Karina menjadi marah. Suasana hatinya yang buruk tiba-tiba membaik. Sudut bibirnya sedikit melengkung sebelum dia mengatakan sesuatu yang membuat Karina semakin kesal."Jangan serang aku saat tengah malam."Karina sangat terkejut dan kesal setelah mendengar itu. Dia gila jika menyerang Rafael saat tengah malam!Rafael berbalik dan berjalan pergi, tetapi baru beberapa langkah, ekspresi tiba-tiba berubah. Pupil matanya tiba-tiba menyusut dan dia wajahnya terlihat sangat pucat.Karina masih menggertakkan giginya karena marah. Saat menoleh, dia melihat Rafael terjatuh, tepat di depan matanya."Rafael!"Karina langsung bangkit karena terkejut.
Sebelum tubuhnya mendekat, Karina dapat merasakan hawa dingin yang menusuk tulang dari tubuh Rafael.Hanya seperti itu Karina sudah sangat kedinginan. Bagaimana dengan Rafael yang merupakan sumber hawa dingin itu? Rasa sakit seperti apa yang dia tanggung?Karina tidak ingin terlalu banyak pikir. Dia membuka bibir Rafael dengan paksa, memasukkan obat dan air ke dalam mulutnya.Karena dia menutup bibir Rafael, Rafael tidak bisa memuntahkan obat dan air tersebut. Setelah melihat Rafael menelan obatnya, Karina baru merasa lega. Ketika dia hendak bangun, sebuah tangan besar tiba-tiba menekan lehernya, mendekapnya sekuat tenaga.Suhu tubuh Karina yang sangat panas merupakan godaan besar bagi Rafael yang saat ini merasa sangat kedinginan.Sentuhan hangat di bibirnya membuat tubuh Karina menegang. 'Terulang lagi?'Dia tidak tahu bagaimana harus mengeluh. Penyakit Rafael sangat aneh. Penyakitnya datang tiba-tiba, lalu tubuhnya akan sedingin es dan akan kehilangan kesadaran. Namun, ketika mendap
"Kalian!" teriak Karina.Karina merasa kesal. Dia memandang para wartawan dengan marah, lalu hendak membungkuk untuk mengambil dokumen-dokumen yang berserakan di tanah. Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang ini peduli? Demi mendapatkan berita utama, mereka semua tidak segan-segan menggunakan cara apa pun.Dokumen yang tercecer di tanah itu sudah diinjak-injak oleh mereka sebelum sempat diambil Karina. "Cukup! Hubunganku dengan Pak Rafael memangnya ada hubungan dengan kalian?" teriak Karina dengan kesal sambil kembali berdiri tegak.Orang-orang itu sudah menghabiskan kesabaran Karina."Nona Karina, apakah Nona marah karena pernyataan kami benar? Apakah Nona benar-benar merayu CEO Grup Stalin demi bisa menjadi bagian dari keluarga kaya raya?""Nggak!" balas Karina dengan cepat."Jika tidak, bisakah Nona mengungkapkan bagaimana Nona dan Pak Rafael bertemu? Apakah Nona merasa bisa menjadi seperti Cinderella?""Benar, Nona Karina, Keluarga Stalin adalah keluarga terkenal. Apakah Nona y
Pada akhirnya yang mendapatkan keuntungan dari keseluruhan kejadian ini adalah Amy.Di dalam mobil.Karina berdebar-debar dan bergumam, "Hubungan kita telah diketahui publik, aku nggak tahu bagaimana reaksi dari pihak kampus ...."Memiliki hubungan dengan Rafael pasti akan menimbulkan sensasi. Karina tahu itu dan dia hanya berharap reaksi orang-orang tidak terlalu berlebihan.Namun, pasti akan menarik banyak perhatian orang terhadapnya.Karina menghela napas, dia merasa tidak ingin pergi ke kampus untuk sementara waktu.Begitu Karina selesai berbicara, Rafael sudah memegang tangannya. Sentuhan hangat itu membuat Karina terkejut. Karina menoleh, menatap Rafael dengan bingung. Terlihat Rafael sedang memandang keluar jendela mobil sambil menopang dagunya, seperti sedang menikmati pemandangan, dan berkata dengan datar, "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu."Wanita mana pun pasti akan tersentuh hatinya mendengar perkataan itu.Sudut mata Karina melengkung. Dia menggeser p
Karina menggeleng, raut wajahnya tampak bimbang. "Nggak, hanya saja ini terlalu mendadak, aku merasa belum siap.""Apa yang perlu kamu takutkan? Bukankah aku ada di depanmu untuk melindungimu? Kamu hanya perlu bersembunyi di belakangku dengan tenang," jawab Rafael dengan sangat santai dan lancar seakan-akan dia telah berlatih berkali-kali.Hati Karina menjadi hangat. Awalnya dia merasa sedikit bimbang, tetapi sekarang semuanya seketika menjadi jelas. Apa pun yang terjadi, bukankah Rafael selalu ada untuknya?Mengapa dirinya harus khawatir berlebihan?Karina pun mengangguk dengan bersemangat, tersenyum manis dan berkata dengan gaya menggemaskan, "Mulai sekarang, aku akan mengandalkanmu."Rafael mengangkat alisnya ketika dia melihat ekspresi antusias Karina dan berkata, "Kalau aku nggak melindungimu, aku harus melindungi siapa?"Mendengar itu, Karina tertawa lebih bahagia.....Setelah itu, atas permintaan keras Rafael, Karina baru bisa keluar dari ruang perawatan khusus di rumah sakit s
"Eh?" Karina mengusap hidungnya, lalu menatap Rafael."Kamu sudah tahu aku sebaik ini, jadi kamu menikah denganku atau nggak?" tanya Rafael sambil memegang dagu Karina, tersenyum lebar.Karina mengangguk mantap dan berkata, "Asalkan kamu mau menikahiku, aku akan menikah denganmu."Rafael benar, jika kamu ingin memakai mahkota, harus siap menanggung bebannya. Rafael telah melakukan begitu banyak hal untuknya, lalu mengapa dirinya tidak menghadapi orang-orang yang datang untuk memprovokasinya demi Rafael?Jika sudah mencintai, mengapa dirinya tidak sanggup menghadapi sedikit kesulitan demi Rafael?Mendengar jawaban yang pasti, Rafael tersenyum lebar, matanya yang hitam penuh arti. "Kamu yakin?"Karina mengangguk tegas. "Aku yakin."Tiba-tiba, Rafael menekan bahu Karina, menghela napas panjang dan berkata, "Sekarang aku merasa lega.""Eh?"Karina tertegun, matanya berkedip-kedip. 'Apa maksudnya?'Ekspresi Rafael tiba-tiba tampak serius, menatap ke arah Karina dan berkata dengan sungguh-su
Dia bilang ingin berjalan bersama dengan Rafael, tetapi tidak dapat melakukan banyak hal untuk Rafael dan ini membuatnya merasa sangat tidak berdaya.Karina menghela napas, sorot matanya berkilap dan dia bertanya dengan tidak percaya diri, "Rafael, kenapa kamu begitu baik padaku? Kupikir aku sudah cukup baik, tapi setelah bersamamu, aku baru menyadari kalau aku masih jauh dari cukup baik. Apa aku benar-benar bisa menjadi wanita yang berdiri di sisimu?""Bisa atau nggak kamu menjadi wanita yang berada di sisiku, itu terserah padaku. Aku bilang kamu bisa, maka kamu bisa.""Tapi aku masih belum cukup baik," ujar Karina sambil menggigit bibirnya, kembali merasa ragu."Oh?""Aku punya temperamen yang buruk."Rafael mengangguk, mengakuinya, "Memang, temperamenmu ini sulit ditoleransi oleh kebanyakan orang. Selain itu, kamu suka mempermasalahkan hal-hal kecil, seperti landak yang bisa menyakiti orang jika ia terdesak."Mendengar komentar itu, Karina makin merasa tertekan, "Dan aku juga nggak
"Bukan begitu!" Karina tiba-tiba menjadi emosional, lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Aku sungguh menyukaimu!""Tapi kamu bahkan nggak memiliki keberanian untuk menghadapi masa depan bersamaku. Kalau kamu ingin memakai mahkota, berarti harus siap menanggung bebannya. Apa kamu bahkan nggak mengerti prinsip ini?""Aku mengerti semua itu!""Kamu benar-benar mengerti?" Rafael mengangkat alisnya.Karina mengangguk dengan tegas, dia menggigit bibirnya dan wajahnya terlihat sedikit bingung."Aku sudah memikirkan semua ini sejak lama, tapi ... aku kurang percaya diri," ujar Karina.Karina menundukkan kepala, suaranya melemah, "Dibandingkan berurusan dengan keluargamu dan teman-temanmu, aku lebih suka berada di laboratorium dengan peralatan dingin. Aku punya temperamen yang buruk, kalau ada orang yang membuatku kesal, aku akan membalasnya. Nggak masalah kalau hanya dengan orang luar, tapi kalau itu terjadi pada orang-orang terdekatmu, aku khawatir akan membuat mereka marah. Aku nggak ingin mem
Karina tercekat.Melihat ekspresi konyol Karina, Rafael tersenyum dan mencubit wajah kecilnya. "Kenapa? Kamu sangat bahagia sampai nggak bisa berkata-kata?" tanya Rafael.Karina mengatupkan bibirnya dan menghindari tangan Rafael. Dia menyipitkan matanya dan berkata dengan muram, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk nggak bercanda? Hal ini nggak mungkin terjadi.""Kenapa?" tanya Rafael, yang senyumannya sedikit memudar, sambil menatap Karina.'Kenapa?'Karina juga menanyakan hal sama pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Karena kesenjangan status di antara mereka terlalu besar. Meskipun sekarang mereka bersama, tidak ada jaminan mereka tetap dekat seperti ini di masa depan.Dua orang dengan nilai dan pandangan hidup yang berbeda, Karina tidak berpikir mereka bisa melangkah jauh bersama.Secara rasional, dia dan Rafael tidak akan pernah bisa mencapai akhir, jadi sebaiknya mereka menghentikan hubungan ini. Akan tetapi, secara emosional, putus setelah jatuh cinta lebih sulit dari per
'Kenapa reaksi Rafael malah aneh?'Tepat ketika pikiran Karina melayang ke mana-mana, Rafael tiba-tiba tersenyum. Senyuman yang menghiasi wajah tampannya itu sungguh membuat orang terpesona."Karina, jujur saja, cara kamu mengungkapkan perasaanmu berstandar rendah, nggak ada tekniknya sama sekali. Di antara wanita yang pernah menyatakan perasaannya padaku, kamu mungkin yang terburuk.""...."Senyuman Karina memudar.Namun, Rafael melanjutkan tanpa menyadari perubahan ekspresi itu, "Aku sarankan kamu untuk belajar bagaimana menyatakan cinta. Apa yang kamu katakan terlalu lugas dan nggak romantis sama sekali."Kali ini, senyuman di wajah Karina sepenuhnya hilang, lalu terdengar suara gertakan gigi.'Siapa pun tolong seret bajingan bermulut tajam ini keluar dari sini!''Di tengah suasana yang begitu indah, bisa-bisanya dia mengungkit wanita lain! Nggak hanya itu, dia bahkan mengatakan cara aku menyatakan perasaanku adalah terburuk!''Romantis! Romantis!''Kalau kamu begitu ingin romantis,
Karina bingung, dia menempelkan pipinya ke dada Rafael, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan merasakan detak jantungnya sendiri ikut sinkron.Karena begitu dekat, dia sepertinya dapat merasakan Rafael sedikit gemetar, gemetar yang disebabkan oleh rasa takut.'Dia sebenarnya sangat takut, bukan?'Karina berpikir, meskipun dirinya tidak bodoh, sebodoh apa pun dirinya pada saat ini, dia tetap tahu bahwa Rafael gemetar karena dirinya. Dirinya yang tiba-tiba menghilang pasti membuat Rafael sangat panik.Dia ingin memeluknya kembali Rafael dan memberitahunya bahwa dia ada di sini sekarang, bahwa dia tidak menghilang dan tidak akan menghilang.Begitu dia bergerak, Rafael menghentikannya dengan suara rendah."Jangan bergerak."Gerakan Karina tiba-tiba berhenti. Karina berbisik di pelukannya, "Rafael, apa kamu takut?"Berdasarkan sikap biasanya, Rafael pasti akan menyangkalnya. Bagaimana mungkin dia yang begitu arogan membiarkan dirinya merasakan ketakutan?Tepat ketika Karina mengira Ra