Reaksi Rafael merupakan tipe orang yang merasa senang, tetapi tidak mau mengaku.Karina menatap Rafael, menyeringai kecil dan berkata, "Oh? Kalau begitu, ke depannya aku nggak akan seperti ini lagi.""Apa kamu berani?"Rafael memelototi Karina.Karina tersenyum, terlihat makin bahagia, dan berkata, "Benar-benar sulit meladenimu. Aku nggak mengutarakan perasaanku, kamu selalu curiga. Aku mengutarakan perasaanku, kamu malah bilang itu membuatmu merinding, jadi aku harus bagaimana?""Harus utarakan!" seru Rafael dengan tegas. Kemudian, dia menambahkan, "Tapi kamu hanya boleh menggombal padaku. Kalau sampai aku tahu kamu memperlakukan pria lain seperti ini ....""Aku tahu, kamu akan membuangnya ke sungai, 'kan?" Karina sudah sangat paham apa yang akan dikatakan Rafael."Bagus kalau kamu tahu," ujar Rafael dengan sangat bangga sambil mengangkat dagunya.Setelah itu, mereka berdua lanjut bermesraan.Sang sopir hanya bisa diam-diam meratapi dirinya yang masih lajang dan harus melihat orang la
Telapak tangan Rafael terasa dingin ketika menempel di pipi Karina.Karina yang sedang menikmati elusan tangan Rafael itu tiba-tiba teringat sesuatu. Dia segera memegang tangan Rafael dan bertanya dengan cemas, "Rafael, apa frigofobia kamu nggak bisa disembuhkan?"Rafael menundukkan kepalanya dan menatap Karina yang terlihat sedikit khawatir. Sudut bibirnya terangkat sedikit. Dia kemudian menarik Karina ke dalam pelukannya, menyisir rambutnya yang lembut sambil berkata, "Kenapa kamu tiba-tiba tanya hal ini?"Karina juga memeluk balik Rafael dan tiba-tiba merasa tenang.'Untungnya badannya masih terasa sangat hangat.'"Hei, kamu pagi-pagi sudah memelukku seperti ini, apa kamu ingin menguji pengendalian diriku?"Suara Rafael sangat magnetis. Bagaikan ada arus hangat yang mengalir ke dalam hati, membuat orang merasakan kehangatan yang nyata.Seperti binatang kecil, Karina memeluk Rafael lebih erat dan berbisik, "Aku menyadari kalau suhu tubuhmu jauh lebih rendah daripada orang normal. Aku
"Kalau bisa disembuhkan sepenuhnya, apa aku masih akan menggunakan obat untuk mengendalikannya? Apa yang terpikirkan olehmu, sudah terpikirkan oleh kami juga. Kamu jangan khawatir, aku akan selalu membawa obatnya, jadi kondisiku bisa dikendalikan sepenuhnya."Karina menggigit bibirnya. Ketika dia hendak mengatakan sesuatu lagi, Rafael menyentuh bibirnya dengan jarinya dan berkata, "Sudah, kita akhiri topik pembicaraan ini."Terlihat jelas bahwa Rafael tidak ingin melanjutkan topik pembicaraan tersebut.Mungkin karena ada sesuatu yang dia sembunyikan atau mungkin dia hanya tidak suka membahas topik tersebut.Karena Rafael sudah berkata seperti itu, Karina pun tidak bertanya lagi.Rafael sudah mengatakan selama perawatan dilakukan dengan baik, kondisinya dapat dikendalikan sepenuhnya. Karina pun diam-diam memutuskan untuk merawat Rafael dengan baik, meminimalkan kambuhnya frigofobia tersebut.Karina memegang tangan nakal Rafael dan bertanya dengan serius, "Kamu nggak pergi kerja? Kenapa
Karina berpikir bahwa orang yang memiliki suhu tubuh rendah harus minum lebih banyak sup dan makan lebih banyak makanan hangat. Selain itu, cuaca makin dingin akhir-akhir ini, jadi Karina memutuskan untuk membuat sup.Dia pun pergi membeli buku memasak, lalu memilih sup yang ingin dia buat dan pergi ke pasar sayur.Setelah semua persiapan selesai, waktu sudah menunjukkan hampir jam 11 siang. Untungnya Rafael biasanya baru pulang pada malam hari dan makan di luar pada siang hati. Jika tidak, dia siang ini tidak akan mendapatkan makanan apa pun di rumah.Setelah makan dua potong roti panggang untuk makan siang, Karina mulai sibuk dengan bahan masakannya. Dia sangat sibuk sekali, bahkan sampai merasa mengerjakan laporan tidak pernah terasa sesibuk ini.Dia meletakkan buku memasak di depannya, mengikuti setiap langkah yang tertulis di dalamnya.Cara terbaik membuat sup adalah menggunakan panci tanah liat karena panasnya akan merata. Dengan menggunakan panci itu jenis sup yang membutuhkan w
Setelah semuanya selesai, Karina duduk di sofa untuk beristirahat. Dia mengecek waktu di ponselnya, sudah hampir jam setengah sembilan.Dia meletakkan ponselnya ke samping, menundukkan kepalanya, melirik ke tangan yang terluka dan menemukan bahwa kain kasa itu sudah sangat merah. Hanya menggerakkan tangannya sedikit saja, rasa sakit yang terasakan seakan-akan sampai ke tulang-tulangnya.Karina seharusnya mengganti kain kasanya setelah melihat kondisi itu, tetapi dia terlalu malas melakukannya. Dia berpikir bahwa dia tidak akan mati hanya karena mengeluarkan darah sedikit itu ...."Kenapa kamu belum kembali?"Karina bersandar di sofa, mengeluarkan ponselnya lagi, melihat waktu yang tertera di sana dan bergumam pada dirinya sendiri.Mungkin kegiatan seharian ini membuatnya lelah, jadi merasa mengantuk begitu bersandar di sofa. Kelopak matanya perlahan-lahan terasa makin berat. Karina mencoba melawan rasa kantuk itu, tetapi pada akhirnya dia tertidur.Karina kemudian baru terbangun karena
Rafael melihat Karina yang sedang menatap dirinya tanpa berbicara, terlihat sedikit lucu. Rafael pun menjentikkan jari ke dahi Karina, lalu berkata sambil tersenyum, "Kenapa ekspresimu terlihat bodoh seperti itu? Bukankah kamu tadi meneleponku dan bilang membuatkan aku sup?""Sup?" Karina mengerjap-ngerjap, lalu teringat akan sesuatu. Dia menoleh ke arah dapur sambil berteriak, "Supku!"Pada saat tidak ada yang mengawasi sup itu, kuah di dalam panci itu tinggal setengah, daging kambing di dalamnya pun sudah hancur dan berbagai sayuran lain sama sekali tidak bisa dilihat bentuknya.Pekerjaan memuaskan yang menyita sebagian besar waktu kini hancur total.Karina menatap isi panci yang sudah menjadi aneh, merasa sedikit sedih di dalam hatinya. Dia berpikir bahwa setidaknya supnya sudah matang meskipun tangannya tergores pisau, tetapi siapa sangka kini sup lezatnya sudah lenyap.Karina menyimpulkan hari ini adalah hari yang buruk. Sungguh kurang kerjaan.Namun, tidak ada makanan lain selain
Zayn mengamati interaksi antara dua orang yang duduk di depannya dan senyuman di wajahnya sedikit memudar.Sambil menopang dagunya, dia menatap mangkuk sup yang penuh dengan sayuran-sayuran berwarna hitam. Dia mengaduknya dengan santai beberapa kali, tersenyum pada Rafael dan berkata, "Rafael, kamu benar-benar bekerja keras untuk menyenangkan Karina ya."Rafael menyeka sudut mulutnya dengan tisu dengan sangat elegan, tersenyum ringan dan berkata, "Bukankah banyak yang hilang cinta itu perlu perjuangan? Aku masih jauh dari level itu."Zayn mengangkat alisnya saat mendengar ini. "Menurutku, kalau kamu terus seperti ini, kamu nggak akan jauh dari level itu," ujarnya."Nggak ada yang salah dengan itu."Rafael tidak menganggapnya serius. Dia mengulurkan tangan dan memeluk Karina. Dia tersenyum padanya dan bertanya, "Ini pertama kalinya aku mencicipi sup yang begitu buruk. Bagaimana kamu akan menebusnya?"Mata amber Karina dipenuhi dengan sosok Rafael. Dia menatap Rafael dengan penuh kasih s
Begitu Zayn pergi, Rafael berjalan sambil memeluk Karina ke samping sofa dengan suasana hati yang baik. Dia kemudian dengan hati-hati mengamati luka di tangan Karina."Ke depannya jangan melakukan hal-hal yang merepotkan seperti ini lagi. Bukankah ada pembantu? Kamu tinggal beri tahu Bibi Ida apa yang ingin kamu makan. Dia adalah seorang koki kelas atas, berbeda denganmu."Karina mengerucutkan bibirnya. 'Aku 'kan hanya ingin memberimu kejutan.'Sayangnya, kejutan tersebut berbeda dengan yang dibayangkannya.Meskipun kejutan Karina berantakan, ekspresi bahagia di wajah Rafael sangat menarik perhatian.Karina menatap Rafael dengan curiga selama beberapa saat, lalu bertanya karena tidak bisa menahan rasa penasaran di hatinya "Rafael, kamu yang panggil Zayn ke sini?""Ya." Rafael mengakuinya, sama sekali tidak ada niat menyembunyikannya.Rafael menengadah, menatap mata amber Karina, lalu tersenyum dan berkata, "Bukankah kamu bilang membuatkan sup? Dia kebetulan ada di tempat, jadi aku seka