Share

Bab 3 : Langkah awal Naina

Penulis: Nur hikmah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-08 16:24:42

Pagi harinya, Naina masih tertidur sehabis sholat subuh ketika calon suaminya datang menjenguk.

Nadin yang pergi keluar mencari sarapan, terkejut melihat calon kakak iparnya duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruang inap kakaknya dengan mata terpejam.

"Loh, Kok kak Dzaki datangnya pagi-pagi banget kesini? Kalau kakak masih ngantuk kenapa gak tidur dulu? Setelah segar baru kesini lagi! " ucap Nadin dengan heran.

"Kakak sengaja datang pagi karena semalam kakak gak sempat ke sini karena pulang kemalaman semalam. Kakak gak mau nanti Naina marah karena gak di jenguk.. Apalagi kan dua hari lagi kami akan menikah. " ucap Dzaki setengah berbohong.

Jelas saja ia tidak benar-benar berkata jujur karena ia menghabiskan malam bersama kekasih gelapnya tanpa di ketahui siapapun. Ia sengaja datang pagi-pagi hanya untuk menarik perhatian Naina saja agar Naina percaya jika ia benar-benar mencintai Naina.

"Lebih baik kakak pulang saja! Istirahat dulu di rumah karena kakak juga gak bisa bertemu dengan Kak Naina. " jawab Nadin jujur.

"Loh kenapa? " tanya Dzaki dengan terkejut.

"Bukan apa-apa Kak.. Soalnya Kak Naina baru saja tertidur sehabis sholat subuh tadi karena baru di beri obat. Jadi percuma saja jika kakak datang sekarang karena gak bisa ketemu Kak Naina. " jawab Nadin panjang lebar sambil membuka pintu ruangan Naina.

"Tuh kakak lihat sendiri kalau Kak Naina sedang tertidur? " tunjuk Nadin kepada Dzaki yang ikut melongokkan kepalanya ke dalam ruangan Naina.

"Ya sudah kalau gitu.. Kakak pulang dulu.. Sampaikan salam sayang kakak buat kakakmu.. Nanti kakak akan datang lagi ke sini. " ucap Dzaki dengan lesu karena tidak bisa menarik simpati Naina.

Dzaki pun meninggalkan ruangan Naina dengan langkah yang gontai. Padahal ketika datang ia sudah bersemangat sekali untuk pura-pura peduli dengan keadaan Naina. Tapi sayang rencananya gagal total karena Naina tertidur dengan pulas tanpa bertemu dengannya.

Nadin menutup pintu ruangan kakaknya dengan pelan takut kakaknya terbangun.

"Apakah dia sudah pergi? " ucap Naina tiba-tiba.

"Astaghfirullah Hal Adzim Kakak! Bikin Nadin kaget aja! Nadin kira kakak tadi masih tidur? " jawab Nadin dengan kaget sambil memegang dadanya.

"Maaf! He... He... He... " jawab Naina sambil terkekeh.

"Kakak nanya Kak Dzaki? Iya, Kak Dzaki udah pulang barusan. " jawab Nadin dengan jujur.

"Bagus lah kalau gitu! Jadi kakak gak perlu ketemu dia lagi! " ucap Naina dengan nada malas.

"Kak, Nadin boleh nanya gak? " ucap Nadin takut-takut.

"Ya udah.. Tanya aja! Kok mau nanya kayak takut-takut gitu! Emangnya kalau kamu nanya kakak, kakak bakalan makan kamu apa! " jawab Naina dengan santai.

"Ishh kakak.. Nadin kan gak mau nanti kakak tersinggung dengan pertanyaan Nadin. " ucap Nadin mencebik bibirnya.

"Ya udah, mau nanya apa? " tanya Naina sambil duduk di ranjang nya.

"Kok kakak sekarang dingin banget kalau lagi ngomongin Kak Dzaki? Padahal kan dulu kakak senang banget setiap kita ngomongin Kak Dzaki? Kakak bahkan juga gak dandan kayak dulu lagi? Yah, walaupun Nadin senang liat kakak sekarang ini yang gak dandan heboh kayak dulu lagi. Tapi Nadin heran aja kakak tiba-tiba berubah setelah sadar kemarin. Kakak gak papa kan? Gak amnesia kayak di tivi-tivi itu? " tanya Nadin panjang lebar.

"Ini nih kalau kebanyakan nonton serial ikan terbang! Jadinya halu kalau kakaknya amnesia. Kakak gak amnesia, kakak hanya sadar kalau kakak sebenarnya gak cinta-cinta banget sama Mas Dzaki. Selama ini kakak ngejar-ngejar dia juga karena obsesi kakak semata, bukan benar-benar karena cinta. Lagi pula kakak sudah berniat sewaktu sadar kemarin kalau kakak gak akan lagi ngejar-ngejar cinta Mas Dzaki seperti orang bodoh dengan dandanan yang menor seperti badut kayak dulu. " ucap Naina dengan menghela nafas kasar.

"Nadin senang dengarnya! Mulai sekarang biarkan Kak Dzaki yang akan ngejar-ngejar kakak. Kakak tinggal liat aja perjuangan Kak Dzaki mendapatkan cinta kakak! Pasti seru liat Kak Dzaki bucin sama kakak. " ucap Nadin dengan cekikikan sendiri.

"Dia pasti akan ngejar-ngejar kakak karena kakak adalah ATM berjalannya dia.. Cih.. Kita lihat saja bagaimana cara dia mengemis-ngemis sama kakakmu ini! " ucap Naina dalam hati dengan seringai liciknya.

"Oh ya Nad... Tolong temuin Dokter! Kakak pengen pulang! Udah gak betah di sini! Lagian kakak juga sudah sehat-sehat aja. Lama-lama di sini bisa-bisa kakak sakit beneran lagi. Kemarin kan kakak cuma pingsan! " ucap Naina dengan tegas.

"Iya.. Kakak tunggu dulu di sini! Nadin ke ruangan Dokter dulu minta izin agar kakak bisa pulang hari ini. " jawab Nadin sambil beranjak keluar ruangan Naina menuju ruangan Dokter yang bertugas mendiagnosa Naina.

Setelah Nadin pergi keluar menemui Dokter, Naina mengambil ponselnya dan menelpon seseorang dengan nada yang serius.

[Ya Hallo]

[Saya Naina Wijaya Binti Abraham Bagus Wijaya! Tolong bilang pada Pak Herman Johannes untuk menemui saya secepatnya! Kalau bisa siang ini! ]

[Baik Mbak! Akan saya sampaikan! ]

[Hubungi saja nomor ini jika ingin menghubungi saya]

[Baik Mbak! Secepatnya saya akan menghubungi Mbak Naina lagi! ]

[Terimakasih]

[Ya Mbak, Sama-sama]

Bersambung..

Bab terkait

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 4 : Kembali ke rumah

    Naina pulang ke rumah nya lebih awal dari anjuran Dokter yaitu pukul 11 siang. Ia sengaja keluar cepat dari rumah sakit agar tidak bertemu dengan Dzaki jika ia datang menjenguk. Karena ia yakin jika Dzaki pasti akan kembali ke rumah sakit untuk menemuinya, berpura-pura peduli dan sedih seperti biasanya agar Naina semakin luluh dan percaya jika ia benar-benar mencintai Naina. Naina pulang bersama Nadin dengan mengendarai mobil Nadin. Nadin sengaja cuti dari tempat ia mengajar selama dua hari untuk merawat Naina di rumah sakit. "Alhamdulillah, sampai juga kita di rumah! " ucap Nadin ketika mobil sudah memasuki pekarangan rumah yang sangat besar dan mewah seperti istana Yunani di film-film. Naina termenung ketika melihat rumah mewah bergaya Eropa di hadapan nya dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia keluar dari mobil dengan gemetaran sambil menatap rumah tersebut dengan sedih.Tiba-tiba air mata nya turun tanpa ia sadari sehingga m

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-11
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 5 : Menemui pengacara

    Keesokan harinya, Naina pergi menemui pengacara untuk mengesahkan surat wasiat almarhumah Mama nya di sebuah firma hukum terkenal di kota ini. "Permisi Mbak! Bisa kah saya menemui Pengacara Herman Johannes? " tanya Naina dengan sopan. "Apakah Mbak sudah membuat janji untuk bertemu? Karena tidak bisa jika tidak membuat janji terlebih dahulu.. Pak Herman orang yang sangat sibuk! " jawab resepsionis yang ber nama Diana tersebut. "Saya sudah membuat janji kemarin dengan sekretaris beliau! " jawab Naina sedikit berbohong. "Kalau begitu Mbak silahkan menuju lantai 3 lorong kiri sebelah kanan. Itu ruangan Pak Herman. " jawab Diana dengan sopan. "Baiklah! Terimakasih! " ucap Naina sambil melangkah pergi menuju lift untuk ke lantai tiga. Pintu lift pun terbuka, Naina keluar dengan langkah yang pasti dan hati yang mantap. Ia pun menuju ruangan yang di katakan sang resepsionis tadi. Dari jauh Naina melihat seorang pria

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 6 : Keluarga parasit

    "Ki, anterin Mama ke rumah jeng Rosa! Mama mau arisan di sana, sekalian Mama Minta uang untuk beli tas impian Mama sama jeng Dona nanti. " ucap Nyonya Rina pada Dzaki sambil membenahi riasannya. Dzaki yang baru saja pulang dari rumah sakit langsung mendelik kaget ketika mendengar Mama nya minta uang lagi. "Kok uang lagi sih Ma? Baru tiga hari yang lalu Dzaki kasih buat bayar arisan Mama itu? Masa sekarang sudah minta lagi! " jawab Dzaki sedikit kesal dengan Mama nya. "Itukan kemarin! Sekarang kan beda! Mama mau beli tas yang keluaran terbaru! Malu dong sama teman-teman Mama, kalau Mama gak pake tas yang model terbaru. " ucap Nyonya Rina dengan enteng. "Dzaki gak ada uang! Lagi pula gajian masih seminggu lagi! Pake uang Mama aja kenapa sih! " jawab Dzaki dengan malas dan beranjak pergi ke kamarnya. "Kiki, mau kemana kamu! Enak aja pake uang Mama! Ayo anterin Mama dulu kalau gak mau kasih uang! " teriak Nyonya Rina ketika Dzaki be

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-15
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 7 : Hari pernikahan

    Pagi ini, Naina sudah di bangun kan Nadin sebelum subuh untuk mandi. Karena sehabis sholat subuh, Naina akan di rias oleh MUA ternama untuk acara pernikahan nya yang di gelar hari ini. Selesai sholat subuh, Naina pun di tarik paksa Nadin untuk ke kamar rias karena ia melihat Naina yang bermalas-malasan untuk di rias wajahnya. "Nah! Ini dia Mbak calon pengantinnya! " ucap Nadin pada seorang MUA sambil mendudukkan paksa Naina di kursi rias. "Ya ampun! Mbak Naina cantik banget! Kalau gini sih pasti yang lihat pada terpesona nantinya. Gak di rias aja cantik, apalagi kalau di rias.. Bisa-bisa para bidadari merasa tersaingi ini sama Mbak Naina! " ucap sang MUA memuji sambil bercanda. "Betul banget itu Mbak! Kakakku ini memang paling cantik. Ya udah Mbak, silahkan di mulai kerjaannya. " jawab Nadin membenarkan dan mempersilahkan sang MUA untuk memulai merias Naina. Naina yang mendengar obrolan mereka hanya tersenyum kecut. Jika saja bu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-17
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 8 : Pergi bulan madu

    "Kak, kakak hebat! Untung aja kakak membatalkan undangan untuk tamu-tamu penting. Kalau saja tetap seperti rencana awal, kita pasti malu melihat tingkah ibu mertua kakak yang norak dan sombong itu, Hi... Hi... Hi... " ucap Nadin berbisik dengan cekikikan. "Kakak gitu loh.. " jawab Naina bangga dengan terkikik geli di balik cadarnya. "Kak, apakah habis ini kita langsung pulang? " tanya Nadin penasaran. "Kau saja yang pulang! Kakak akan langsung pergi ke Lombok untuk berbulan madu. " ucap Naina dengan santai. "Koper kakak mana? Kakak gak bawa pakaian ke sana? " tanya Nadin lagi. "Tidak perlu! Kakak ada urusan sebentar, kau bilang pada kakak ipar mu untuk bersiap-siap berangkat bulan madu, dua jam dari sekarang. Bilang juga jika ia terlambat satu menit, tiketnya hangus. " ucap Naina dengan dingin. "Ok " jawab Nadin sambil memberikan jempolnya. Setelah mengatakan pesannya kepada Nadin, Naina keluar dari aula utam

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 9 : Keluarga Dzaki memaksa pindah ke rumah Naina

    Dzaki yang uring-uringan, menunggu di kursi tunggu bandara dengan kesal. Naina keluar dari mobil dengan santai memasuki bandara dengan membawa ransel di punggungnya. Ia melirik sinis ketika melihat Dzaki duduk di ruang tunggu dengan wajah yang berlipat-lipat. Ia dengan santainya duduk di sebelah Dzaki sehingga membuat Dzaki melonjak kaget melihat ada yang duduk di sebelah nya dengan tiba-tiba. "Tidak usah kaget begitu! " ucap Naina dengan dingin sambil mengutak-atik ponselnya. Dzaki mengurut dada nya karena lega, ternyata yang duduk di sebelahnya adalah Naina istrinya. Ia pun menampilkan senyum palsunya dan bersikap manis kepada Naina. "Jelas aja aku kaget sayang? Aku kira tadi orang lain yang duduk di sebelah ku! " jawab Dzaki dengan lembut sambil tersenyum. Ia kemudian kembali duduk di samping Naina. Dan tak lama kemudian, datang lah seorang pria yang langsung berdiri di hadapan Naina. "Permisi Nona, ini tiket Anda dan saya sudah melakukan cek in. " ucap pria itu dengan sopan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-28
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 10 : Rencana kotor Dzaki

    Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Dzaki meninju dinding melampiaskan kekesalannya kepada sang ibu yang selalu memaksakan kehendaknya tanpa peduli dengan keadaan dirinya. Dzaki membuka pintu kamar dengan wajah kesal dan dia terbelalak kaget melihat kamar yang akan ia tempati. "Apa-apaan ini! Kenapa aku ada di kamar jelek begini? Gak ada AC, gak ada televisi, apalagi kulkas! Ini lagi, kasur nya cuma kasur single. Aaakkhhh... Sialan... Brengsek.. Kurang ajar kau Naina! Berani nya kau membuat aku seperti ini? Kau belum tahu siapa Dzaki yang sebenarnya! Awas kau! Akan aku buat kau menyesal karena sudah mempermainkan aku! " teriak Dzaki dengan marah sambil melempar semua yang ada di kamar tersebut. Sedangkan Naina sedang tertawa melihat reaksi Dzaki di kamarnya melalui rekaman CCTV yang ada di kamar khusus untuk pemilik hotel ini. Yah, memang benar kalau Naina lah pemilik hotel ini yang sebenarnya. Hotel ini adalah salah satu aset tersembunyi yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 11 : Senjata makan tuan

    Dzaki yang sedang duduk di belakang Naina, tertawa pelan di balik buku menu ketika ia melihat Naina meminum minuman yang sudah ia beri obat pencahar. "Ha... Ha... Ha... Rasain istri durhaka! Untung saja obat itu selalu ada di dalam kantong ku. Jadi aku bisa kasih pelajaran sama istri kurang ajar seperti itu biar dia tidak bisa berbuat macam-macam kepada suaminya sendiri. Di pesawat di kasih duduk di kelas ekonomi, di hotel juga di kasih kamar jelek kayak kos-kosan. Udah gitu di tinggalin lagi gak di kasih makan. Rasain lah kau istri ku sayang! " ucap Dzaki sambil cekikikan sendiri dengan pelan. Cukup lama ia menunggu reaksi dari minuman yang Naina minum tadi, sehingga membuat Dzaki celingak celinguk mengintip dari balik buku menu hanya untuk memastikan jika obat yang ia berikan bekerja dengan baik. Tiba-tiba saja seorang pelayan mendatangi mejanya dengan membawa berbagai makanan dan minuman. "Permisi tuan! Ini jamuan gratis di restoran kami ini untuk tuan! Setiap ada yang datang da

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31

Bab terbaru

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   109. Galau mau jadi kakak

    Tian mendengus kesal mendengar teriakan Nadin dari atas balkon rumah Naina. Naina yang malu langsung cepat-cepat memasuki rumahnya tanpa berpamitan lagi pada Tian. "Dasar calon adik ipar durhalim! Kalau bukan adiknya pujaan hati sudah aku tenggelam kan di selokan depan rumah! " gerutu Tian sembari masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan orang yang di sebutkan tadi tertawa cekikikan di dalam kamar nya karena dugaan nya pasti Tian sedang mengumpat nya karena kesal. "Seru juga ngerjain tuh bujang lapuk! Ternyata pesona janda cantik kayak kakak ku memang sangat hebat! Apalagi jandanya janda yang masih bersegel, pasti klepek-klepek tuh bujang lapuk karena mendapatkan doorprize tidak disangka sangka! Hihihihi... " gumam Nadin sambil tertawa cekikikan. "Gimana nya ekspresi Bang Tian saat tau Kak Naina masih bersegel? Pasti lucu lihat wajah shock nya itu! Jadi gak sabar lihat mereka nikah! Pasti tuh bujang lapuk cengengesan kayak orang gila karena baru mendapatkan durian runtuh! Hahahaha... "

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   108. Kekerasan Pada Adik Ipar (KPAI)

    "Kalau kamu kriteria cowok idaman mu seperti apa? " tanya Dewa balik ke pada Nadin. "Hemmm apa ya... Setia kali ya? Penyayang, loyal dan gak main tangan jika sedang marahan sama istrinya jika sudah menikah nanti! " jawab Nadin dengan senyum-senyum sendiri membayangkan semua itu. "Oh ya masuk kak yuk kedalam! Aku lapar nih! Marah-marah tadi bikin perut aku lapar lagi! " ajak Nadin sambil mengelus perutnya yang memang mulai keroncongan. "Gak usah ke dalam! Di depan sana ada warung tenda nasi uduk, enak banget pokoknya! Itu kalau kalau kamu mau makan di tempat seperti itu? " ucap Dewa dengan agak sanksi mengajak Nadin makan di tempat favorit nya jika di daerah ini. "Wah, beneran enak Mas? Kuy lah kita ke sana! " sahut Nadin dengan sumringah. "Duh, jadi ngiler makan nasi uduk pakai nila bakar dan sambal nya yang pedes! Ayo Mas cepetan! Udah gak sabar aku! " ucap nya lagi sambil menarik tangan Dewa dan menggandeng nya berjalan ke luar hotel berjalan kaki. Dewa panas dingin di perlaku

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   107. Berbeda dari yang lain

    "Udah, udah... Gak perlu menegangkan urat hanya untuk orang yang seperti ini! Ayo kita keluar saja! Oh ya, terimakasih atas basa basi elo sama gue! " lerai Dewa ikut berdiri dan menggenggam tangan Nadin. Ia langsung membawa Nadin keluar setelah mengucapkan terimakasih kepada pasangan tersebut. "Mau kemana mereka? Kenapa Nadin marah-marah sama pasangan itu? " kata Naina dengan kening berkerut. "Iya, kenapa adik kamu marah-marah sama Pras ya? Tapi, gak aneh sih! Pras kan suka banget bikin gara-gara! " ucap Karina ikut menimpali perkataan Naina. "Serem banget adik kamu itu! Galak dan judes banget! " sahut Juan dengan bergidik ngeri. "He.... He... He... Maklum lah jiwa muda! Gampang banget emosian! " jawab Naina dengan tersenyum kikuk. Naina melirik ke arah Dewa membawa Nadin dengan sangat gelisah. "Gak usah gelisah gitu! Dewa gak bakalan ngapa-ngapain Nadin! Dewa bukan orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan! " hibur Tian yang mengerti kekhawatiran Naina. "Aku bukan

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   106. Canda berselimut hinaan...

    "Jes, mendingan elo minta maaf gih sama Naina daripada Bu Inggrid datang kesini! Emang elo mau Bu Inggrid memarahi elo di depan orang banyak kayak gini? Atau elo mau reputasi elo sebagai anak emasnya Bu Inggrid lepas dan elo gak punya bekingan lagi? " ucap Karina dengan santai kepada Jessi yang masih saja tegak mematung. Jessi mendongakkan kepala nya mendengar ucapan Karina dengan ekspresi kaget. "Ayolah Jes, ikutin aja apa kata Karina itu! Gue gak mau Jes gara-gara kejadian ini pernikahan gue sama Niko gagal! Ayolah Jes! Ayolah! " bisik Marta dengan wajah memelas menyenggol pelan lengan Jessi. "Sialan! Awas aja loe perempuan ninja! Kalau bukan elo pemilik hotel ini, gue ogah merendahkan diri gue di hadapan elo-elo semua! Bagaimana pun gue gak rela jika Ibas milih elo! Awas aja loe, tunggu pembalasan gue! " geram Jessi dalam hatinya dengan tangan terkepal. Jessi merutuk dalam hatinya dengan wajah menunduk. Perlahan ia berjalan ke depan Naina kemudian mengangkat wajahnya agar semua

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   105. Mati kutu...

    Semua orang yang ada di aula tersebut terkejut mendengar ucapan Nadin tidak terkecuali Karina dan Sadewa yang belum mengetahui siapa sosok Naina. Marta menyenggol lengan Jessica dengan wajah pucat pasi. Ia benar-benar tidak tahu jika perempuan bercadar yang di bawa Tian adalah pemilik hotel yang mereka sewa ini. "Gimana ini Jes? Gue gak mau di penjara! Bisa-bisa gue gak jadi nikah sama Niko tahun ini kalau gue masuk penjara juga! Mana mau Niko punya istri yang mantan narapidana! " bisik Marta di telinga Jessi sehingga membuat Jessi mendengus semakin kesal. "Gak usah kenapa sih elo Ta! Lagian bukan cuma elo doang yang gak mau masuk penjara, gue juga gak mau! Bisa jatuh reputasi gue kalau gue tercatat sebagai mantan narapidana seperti yang elo bilang! " jawab Jessi juga dengan berbisik. "Gimana? Masih mau melaporkan gue ke polisi? " tantang Nadin dengan tersenyum mengejek. "Ada apa ini ribut-ribut! " ucap seorang laki-laki yang baru saja datang. "Sayang, kamu udah nelpon nya? Gak

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   104. Ulat bulu

    Tian yang kaget langsung mendorong perempuan itu hingga ia terjatuh di lantai. "Elo apa-apaan sih Jes main gandeng aja! Loe gak tau apa kalau Bastian udah ada yang punya! Lagian ngapain sih elo ngaku-ngaku kangen segala! " cerocos Karina dengan wajah tidak suka melihat Jessica agresif seperti itu dengan Tian. Naina hanya melihat pemandangan di depannya dengan raut muka biasa saja. Beberapa orang berbisik-bisik melihat perlakuan kasar Tian kepada perempuan bernama Jessica itu. "Eh Tian, elu apain teman gue sampai jatuh gitu? Elo gak papa Jes? " ucap seorang wanita yang datang menolong si Jessi dan memarahi Tian. "Elo juga Marta! Kalau elo gak tahu bagaimana kejadiannya gak usah ikutan ngomong! Sekarang gue tanya sama elo Jes, apa maksud elo bilang kangen segala dengan Tian hah! " sahut Karina sambil berkacak pinggang di depan mereka berdua. "Apa-apaan sih elo Karin, emang gak boleh gue kangen sama cinta pertama gue? Lagian kan Ibas belum milik siapa-siapa, jadi sah-sah saja dong

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   103. Reunian.

    Acara reuni kampus Dharmawangsa di gelar di sebuah gedung hotel Prameswari yang merupakan salah satu hotel milik Naina. Naina tahu jika salah satu hotelnya di sewa untuk sebuah acara tetapi ia tidak tahu jika itu acara reuni yang akan ia hadiri bersama Tian. Selama perjalanan tak henti-hentinya Tian melirik ke arah Naina sehingga membuat Naina tersipu malu. "Ngenes banget nasib gue hanya di jadikan obat nyamuk! " sindir Nadin dari bangku belakang. Tian pura-pura tidak mendengar sindiran Nadin untuk nya itu. Ia fokus menyetir mobil sambil sesekali melirik Naina yang duduk di sebelahnya. Naina agak terkejut ketika mobil yang di kendarai Tian memasuki halaman parkir hotel miliknya. Tapi ia hanya diam saja, mungkin saja Tian ada urusan dulu di hotel miliknya ini. Ketika mobil berhenti Naina tidak kuasa untuk tidak bertanya langsung kepada Tian. "Kenapa kita kesini? Kenapa gak langsung aja ketempat acaranya? " tanya Naina memicingkan matanya melihat banyaknya mobil yang berdatangan.

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   102. Pergi reuni...

    Tian tergelak kencang mendengar ucapan Nadin yang berkata demikian. Naina hanya tersenyum kecil melihat interaksi mereka terlihat dari matanya yang tampak menyipit. "Dah yuk Kak kita pulang! Malas lama-lama dekat orang gaje kayak gitu! " ajak Nadin mendengus kesal sambil mengamit tangan Naina. "Jangan lupa dandan yang cantik ya biar nanti laku dan gak jomblo lagi! Jam 7 aku jemput! " teriak Tian sambil meledek Nadin. "Aku gak jomblo! Aku single! Jomblo kok teriak jomblo! " jawab Nadin balik sambil ikutan berteriak. "Astaga ini anak! Makin di ladenin makin jadi mereka berdua! Sejak kapan mereka jadi akrab begini ya? " gumam Naina dengan tepuk jidat melihat kelakuan Nadin dan Tian. "Bisa tambah kacau kalau Ida ikut gabung sama mereka berdua! Tambah saling meledek dengan tingkah ajaib Ida yang selalu ada aja yang di jadikan bahan ledekan! " tambah Naina bergumam pelan. "Kakak ngomong apa tadi? " tanya Nadin menoleh ke arah Naina. "Gak ngomong apa-apa kok! Kamu salah dengar kali!

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   101. Keadilan untuk Diana

    Semenjak duo Yola dan Miska di tangkap dini hari kemarin, lapas wanita makin di jaga dan di awasi dengan ketat. Setiap pelaksanaan kegiatan narapidana selalu di awasi oleh penjaga minimal dua sampai tiga orang. Ruang penyimpanan bahan makanan pun di jaga dan awasi oleh sipir langsung, para tahanan tidak di perbolehkan keluar dari ruang sel kamarnya dan di kunci dari luar oleh sipir penjara. Pihak penyidik menginterogasi mereka berdua di tempat terpisah dengan menanyakan keterlibatan mereka dalam kematian Diana. Awalnya mereka berdua membantah, tetapi setelah di perlihatkan bukti catatan terakhir milik Diana mereka hanya diam. Tidak mengiyakan dan tidak membantah. Bripka Fahrul menginterogasi mereka dengan menjebak mereka pertanyaan yang tidak dalam konteks penyelidikan. Hal itu berhasil dan membuat Yola keceplosan bicara. Dengan kepiawaian Bripka Fahrul menginterogasi mereka, akhirnya mereka berdua mengaku dan saling menyalahkan satu sama lainnya jika mereka kebablasan memberikan Di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status