Agni yang tengah berkutat di dapur, mengalihkan perhatiannya saat mendengar langkah kaki. Terlihat mbok Inem berjalan dengan tergopoh-gopoh kearah Agni.
“Ada apa, Mbok?”
“Itu, Mbak... Ada tamu di depan.”
“Tamu? Siapa?”Agni mengerutkan keningnya.
“Mama nya pak Samudera, mbak,” jawab Mbok Inem.
Agni terkejut mendengar ucapan mbok Inem. Ada keperluan apa, sampai calon ibu mertuanya itu datang kemari?
Tidak ingin berlarut dalam dugaan, Agni bergegas mencuci tangannya, dan menghampiri Mayang.
“Mama....”
Mayang yang tengah melihat foto-foto masa kecil Aska, menoleh saat mendengar suara Agni.
“Hai, sayang... Apa mama mengganggu?”
Agni menggeleng pelan. “Sama sekali tidak, Mah... Oh iya, duduk Mah, biar aku buatkan minum.”
“Tidak usaha.” Cegah Mayang, “Mama hanya sebentar di sini. Emm... Bisa kita bicara sebentar?&
Dan wanita itu adalah Celline, sepupu saya.” Mayang mengambil jeda, untuk menarik nafas panjang.“Celline adalah seorang yatim piatu, yang sejak kecil dirawat oleh kedua orang tua saya. Selama bertahun-tahun, ayah saya menjalankan bisnis yang ditinggalkan almarhum ayah Celline. Hingga suatu hari, perusahaan yang dipimpin oleh ayah saya mengalami kerugian besar.“Dan perusahaan ayah Celline itu, membutuhkan suntikan dana yang besar. Sementara saat itu, Lautan yang baru menjadi CEO salah satu cabang perusahaan Aditama, tidak dapat membantu.“Ditengah keputusasaan kami, Bimasakti Aditama muncul menawarkan bantuan. Dengan syarat, Celline harus menikah dengan Lautan. Singkat cerita, pernikahan mereka terlaksana. Padahal saat itu, baik Lautan maupun Celline sama-sama sudah memiliki kekasih.“Namun, Celline yang sangat menghargai ikatan suci pernikahan langsung memutuskan hubungannya dengan sang kekasih. Berbeda dengan Lautan, yang
Setelah mengantar Mayang sampai ke Mobil, telepon genggam Agni berdering. Tertera nama Samudera sebagai indentitas sang penelepon. Hal itu langsung menerbitkan senyum manis di bibir Agni, saat melihat kalau kekasihnya lah yang menelepon. “Halo, Sam....” setelah menekan ikon hijau, Agni langsung menyapa sang kekasih. ‘Sedang apa?’ suara Samudera terdengar dari balik telepon. “Sedang berbicara dengan calon suami,” jawab Agni sedikit menggoda kekasihnya. Dan ucapan Agni berhasil membuat Samudera tertawa geli. ‘Sudah mulai berani menggoda rupanya.” “Salah?” Tanya Agni lagi. Lalu, mereka mulai membahas banyak hal, dari pekerjaan hingga persiapan pernikahan. Mendengar suara ceria disertai tawa dari Samudera, membuat Agni bahagia. Dia senang karena Sam mau membagi cerita tentang kegiatannya dengan dia. Saat mendengar cerita Mayang tadi, Agni jadi mengerti mengapa Samudera melamarnya dengan Lily putih, dan bukan mawar merah. Ru
Bryan tersenyum samar, saat melihat wajah Agni yang berubah pias.“Kamu pasti tahu, seperti apa keadaan Tony waktu itu, kan? Alat vitalnya sampai dipenggal oleh calon suami kamu itu,” Bryan dengan sekuat tenaga menyakinkan Agni.“Apa kamu masih mau, menikah dengan orang seperti itu? Menikah dengan monster mengerikan yang dengan mudahnya menyiksa orang lain? Dia bahkan tidak pandang bulu, keluarganya sekalipun tidak diberi ampun.“Apakah kamu yakin, rumah tangga kalian akan harmonis? Ini hanya tinggal menunggu waktu, sampai kamu menjadi korban selanjutnya, dari keganasan monster itu.” Brian mengambil jeda, agar Agni bisa berfikir dengan jernih.....Tanpa mereka sadari, sebuah alat penyadap tengah berkedip sejak tadi. Benda itu telah terpasang di sana, bahkan sebelum Bryan memasuki ruangan itu. Orang suruhan Rio langsung bergegas memasang penyadap, begitu Agni memutuskan sambungan telepon.Sementara tiga kepala t
Agni keluar dari ruang VIP dengan cepat. Sesekali dia masih menghentakkan kakinya menahan kesal.“Mbak Angi....” Rara yang berniat menyapa Agni, menghentikan ucapannya saat bos-nya itu berlalu begitu saja.Agni baru sampai di samping mobilnya, tiba-tiba telepon genggamnya berdering. Saat melihat kalau Samudera lah yang menelepon, wajah Agni yang semula terlihat menahan kesal, menjadi relaks.Agni tersenyum manis, walaupun dia tahu Samudera tidak bisa melihatnya. Lalu menggeser ikon hijau dan menempelkan benda pipih itu pada telinganya.“Halo, Sam,” sapa Agni lembut.“Sudah selesai bertemu Bryan?’ Suara Samudera terdengar dari seberang telepon.Mendengar nama Bryan disebut, wajah Agni kembali terlihat kesal. Wanita cantik itu tidak menjawab pertanyaan Samudera selama beberapa waktu.“Kamu masih disana?’“Oh, I-iya masih. Emm... Aku sudah selesai bertemu dengan Bryan, dan seka
Andi pergi ke tempat yang ditunjukkan pada pesan teks anonim tadi. Dan dia mendapati hamparan hutan lebat, yang membuatnya sedikit ragu. Apa benar tempatnya disini? Andi tahu kalau kawasan ini merupakan hutan lindung, yang biasa dipakai untuk resepsi pernikahan, foto prewedding hingga berkemah. Namun, apa mungkin seseorang seperti kepala keluarga Aditama, mengadakan pesta pernikahannya di tempat seperti ini? Meskipun sedikit ragu, Andi tetap melangkahkan kakinya. Saat memasuki hutan, Andi merasa lega karena melihat resepsi pernikahan mewah, tengah berlangsung dihadapannya. Tanpa membuang waktu, Andi bergegas berbaur dengan tamu undangan. Apalagi, dia melihat tingkat keamanan yang sedikit lengang. Andi yang mengenali beberapa pengusaha ternama, ikut berbincang mencari relasi. Satu hal yang sedikit membuatnya heran adalah, dia tidak melihat kehadiran kedua mempelai di manapun. ‘Mungkin mereka sudah beristirahat,' pikir Andi. Dia tidak peduli dengan hal
Karena alasan stamina Agni kurang fit, maka ritual malam pertama mereka harus tertunda. Namun, bukan berarti Samudera melepaskannya begitu saja. Pria itu tetap mencuri kesempatan.Cakaran pada punggung Samudera dan tanda merah yang tersebar dari tulang selangka hingga pangkal paha Agni, adalah saksinya...Agni perlahan membuka matanya dan menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia masih mengumpulkan nyawa, hingga suara pintu yang dibuka membuat Agni mengalihkan pandangannya. Dan mendapati, Samudera keluar dari kamar mandi dengan mengenakan pakaian santai.“Selamat pagi, istri....” Ucap Samudera sambil mengecup kening Agni.“Pagi suami....” Agni melebarkan kedua tangannya meminta pelukan.“Mandi dulu, setelah itu makan. Sarapannya sudah aku pesan. Dan, baju kamu juga sudah Ku siapkan yang baru. Yang lebih layak pakai,” ucap Samudera setelah melepas pelukan mereka.“Aku??” Agni mengangkat sebelah
Mbok Inem masih menunggu Aska di depan pintu Toilet, tetapi hampir lima belas menit, anak itu belum juga keluar. Sejak tadi hanya seorang pria yang membawa carrier¹ saja, yang keluar dari dalam Toilet. Selebihnya tidak ada. “Aska....” Karena merasa ada yang aneh, Mbok Inem mencoba memanggil Aska. Namun, tidak ada sahutan dari anak itu. Tok tok tok... “Aska... Sudah selesai apa belum?” Wanita paruh baya itu sampai mengetuk berkali-kali. Namun, lagi dan lagi, tidak ada jawaban dari Aska. Hal itu membuat mbok Inem gelisah. Ia takut jika anak itu terjatuh di kamar mandi atau apa. Mbok Inem masih terus mengetuk, hingga suara langkah kaki dari ujung lorong, membuatnya memalingkan wajah. Dan terlihat Butler Karim berjalan dengan terburu-buru kearahnya. “Ada apa?” tanya Butler Karim. “Aska... Sudah lebih dari lima belas menit dia di dalam, dan belum keluar sampai sekarang,” jawab Mbok Inem tanpa memandang Butler Karim. “Biar saya lihat.” Butle
Bunyi ban berdecit, membuat orang-orang terkejut. Terlihat, Agni dan Samudera keluar dari mobil dengan wajah khawatir.Semua orang yang ada di sana tidak bisa menyembunyikan raut penyesalan dari wajah mereka. Apalagi mbok Inem, wajah wanita paruh baya itu pucat pasih. Dia terus menyalahkan dirinya atas kejadian ini.Agni berjalan kearah mbok Inem, lalu memeluknya.“Maaf, Mbak....”“Ssttt... Tidak apa-apa, Mbok. Ini bukan salah Mbok Inem, penculik itu yang terlalu licik,” ucap Agni sembari mengusap punggung Mbok Inem.“Tapi, Mbak....”Agni menggeleng, “Nggak apa-apa, Mbok. Sekarang serahkan semuanya pada aku dan Samudera,” ucap Agni setelah melepas pelukan mereka. “Mbok tidak perlu khawatir. Sebaiknya, mbok istirahat saja ya, biar kami yang mencari Aska.”Mbok Inem ingin menolak keinginan Agni. Akan tetapi, saat melihat raut tidak ingin dibantah dari majikannya itu, Mbok Inem