Karena kedatangan mereka yang terbilang masih sore, Agni dan Mayang memanfaatkan waktu yang ada untuk mengobrol saja.
Mayang, Celline dan Agni tengah membahas hal-hal menyangkut urusan wanita. Dari mulai fashion hingga makanan.
Sementara Aska tengah dikuasai oleh Lautan. Beberapa kali Rio ikut menggoda Aska sampai anak itu tertawa terbahak-bahak. Dan Lautan akan mulai mengusir Rio karena sudah mengganggu waktunya bersama Aska.
Sungguh, pemandangan yang indah bagi Agni. Namun, ada hal yang sedikit mengganggu Agni sejak tadi. Hal itu adalah Samudera. Sejak kedatangan mereka, Agni tidak melihat Samudera berbicara dengan orang tuanya, bahkan menyapa mereka saja tidak.
Sekarang saja, Samudera sedang mengasingkan diri. Dan duduk di dekat kolam renang sambil mengutak-atik telepon genggamnya. Sangat aneh menurut Agni.
Mayang yang menyadari Agni tengah memandang Samudera, tersenyum tipis. Dia bahagia, tapi juga sedih. Agni pasti sadar akan keanehan yan
“Itu... Aska,” lirih Celline.Lirihan Celline membuat mereka semakin memusatkan perhatian pada tangan Tasya. Dan mereka tidak bisa menahan geram, saat melihat Tasya tengah merenggut rambut Aska dengan sebelah tangan, sementara tangan yang lain memegang pisau buah.Kondisi Aska sangat memprihatikan, entah apa yang Tasya lakukan pada anak itu, terlihat sedikit lebab di pipi kanan Aska. Namun, anak itu tidak terlihat terganggu sama sekali, bahkan dia tidak meringis saat Tasya menjambak rambutnya.Dan hal itu justru membuat Agni dan Samudera khawatir.Agni yang sudah kehilangan akal karena melihat putranya di perlakukan seperti binatang, mengambil langkah maju. Namun, langkah Agni terhenti saat Tasya meletakan pisau di tangannya pada leher Aska.“Ayo maju, kenapa berhenti, takut?” Tasya tertawa dengan keras, melihat wajah khawatir mereka.“Kenapa? Maju dong, katanya jago....” ucapnya lagi, kemudian kembali ter
Setelah Samudera dan Agni pulang, Lautan dan Mayang kembali masuk untuk melihat keadaan Tasya. Dan ya, seperti perkiraan mereka. Keadaan Tasya, jauh dari kata baik.Tasya sudah di pindahkan ke sofa ruang keluarga, terdapat banyak sekali ‘hasil karya’ Agni di wajah Tasya. Lautan hanya bisa menggelengkan kepalanya.Tampaknya calon menantunya itu bukan wanita biasa. Dari bahasa tubuhnya, Agni sepertinya seseorang yang mempunyai basic keterampilan beladiri. Terlihat dari cara dia menyeret kemudian membanting Tasya dengan mudahnya tadi.Sementara Celline, gadis cantik itu tidak henti-hentinya berdecak kagum, setelah melihat aksi heroik Agni. “Aku kayaknya terlalu naif, pas mikir kak Sam milih kak Agni hanya karena cantik. Aku lupa, kalau sekedar cantik saja tidak bisa menarik perhatiannya kakak. Iya ‘kan, Bang?”Rio ikut mengangguk. “Kamu benar. Aku juga sempat terkecoh dengan wajah lugunya kak Agni,” jawab Mario diser
“Ya, aku begini karena dia. Karena wanita yang tidak sadar telah di jadikan barang tukar untuk kepentingan keluarga kalian. Wanita yang selama ini tidak sadar sudah di jual untuk kepentingan perusahaan kalian.” Rani sampai meneteskan air matanya.“Dia akhirnya bisa keluar dari neraka ini. Tapi kenapa ibu ingin menariknya kembali? Jika ibu ingin menyelamatkan perusahaan ibu, kenapa ibu tidak mengorbankan salah satu cucu ibu? Andin misalnya?” Rani berkata sambil melirik Andin.Andin yang saat itu duduk di sudut bersama para sepupunya, tersentak mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan Rani, ibunya.“RANI CUKUP!” Shaka ikut berdiri, setelah mendengar ucapan Rani.“Kenapa? Apa ada yang salah, hm?” Rani tidak segan menantang Shaka. “Aku benar, bukan? Yang akan bangkrut itu keluarga Pramono. Kenapa Agni yang harus dijadikan korban LAGI? Lagi Shaka, LAGI!”Rani menekan ujung jari telunjuknya d
“Tutup mulut kamu!” Ruangan yang tadi sunyi, semakin senyap saat Friska melayangkan tamparan di pipi Rani. “Jaga sikap kamu Rani. Bicara sesuai porsi kamu, jangan melebihi batas.” Friska menatap Rani tajam. “Jangan karena seorang wanita miskin, kamu melupakan siapa diri kamu. Wanita bermartabat tidak akan berteriak seperti tadi. Ingat Rani, kamu itu wanita terhormat, menantu dari keluarga terpandang. Tidak seharusnya kamu kehilangan kendali, dan melupakan tata Krama seperti itu.” Friska tidak melepaskan pandangannya dari Rani. Begitu juga dengan anggota keluarga Pramono yang lain. Mereka tengah memandang Rani yang sejak tadi menunduk dengan sebelah tangan menutup pipi, bekas tamparan Friska. Hening sesaat, hingga Rani kembali tertawa seperti orang tidak waras. “Wanita bermartabat... Menantu dari keluarga terpandang... Tata Krama?” Rani mengulang ucapan Friska, disertai tawa keras yang lebih mirip orang frustasi daripada bahagia. Tawa R
“Baik, Nek. Aku akan mencari Agni sampai ketemu.” Friska mengusap kepala Andi dengan penuh kasih sayang. “Bagus. Kamu memang cucu kesayangan nenek,” ucap Friska dengan senyum cerah. Laras yang melihat kebodohan Andi, tidak bisa menahan rasa jijiknya. Pria yang dia perjuangkan sampai mengorbankan persahabatannya, tidak lebih dari seorang pengecut bodoh yang serakah. Setelah puas dengan jawaban Andi, tanpa melihat yang lain, Friska berbalik dan masuk kedalam kamarnya. Rani yang melihat kebodohan putranya, menjadi goyah. Dia hampir jatuh karena tidak sanggup menopang tubuhnya sendiri. Untung saja, Kinan cepat tanggap dan menahan tubuh Rani. “Tante... Tante, sakit?” tanya Kinan dengan wajah khawatir. Rani menggelengkan kepalanya. “Tante baik-baik saja, Kin. Makasi ya,” ucap Rani dengan senyum tulus. Kinan balas tersenyum, kemudian membisikkan sesuatu ditelinga Rani. Rani membelalakkan matanya saat mendengar bisikan Kinan. “
Kinan berdiri sambil menatap Agni dengan tatapan sulit diartikan, Agni pun ikut menatap penuh heran kearah Kinan. Namun, bukan itu yang menjadi fokus Agni, akan tetapi kehadiran Rani Pramono lah, yang membuat Agni terkejut. Untuk apa ibu mertuanya itu ada disini?"Ki-kinan... Ha-hai....""Ternyata beneran kamu, akhirnya...." Bukan, bukan Kinan, tetapi Rani Pramono lah berbicara.Rani melangkah maju, kemudian menggenggam kedua tangan Agni dengan erat. Tatapan Rani menunjukkan rasa puas. Seolah-olah dia telah menunggu saat seperti ini sejak lama.Rani dan Kinan memang sedang mencari Agni. Selama satu minggu terakhir, mereka berdua berkeliling kota hanya untuk mencari keberadaan Agni.Beberapa waktu lalu, hal yang Kinan bisikan pada Rani adalah tentang keberadaan Agni. Karena itulah mereka langsung datang ke kota ini pada malam itu juga. Namun, menemukan Agni tidak semudah yang mereka pikirkan. Informan yang dipekerjakan
Pertanyaan Rani membuat Agni mengalihkan pandangannya. "Menurut Mama?" Agni mengangkat sebelah alisnya. Agni memberikan pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban."Jika ditanya apa aku bahagia atau tidak. Jawabannya sangat bahagia. Samudera adalah pria terbaik yang pernah aku temui. Dia adalah orang yang menarik aku keluar dari kegelapan." Agni menjeda ucapannya, lalu menarik nafas dalam."Setelah kejadian dua tahun silam itu, aku bertekad untuk tidak membuka hati lagi. Tujuan hidupku hanya membahagiakan Aska saja. Setiap hari aku berkerja keras hanya agar Aska hidup bahagia. Tidak pernah terbersit dalam pikiranku untuk memulai hubungan yang baru."Sampai... Samudera datang. Pria aneh yang untungnya tampan, yang tiba-tiba muncul dan menawarkan hubungan serius. Aku sempat ragu. Tanpa aku sadari, kejadian dua tahun silam menyimpan trauma yang cukup serius. Alam bawah sadarku menolak untuk memulai hubungan yang baru. Menolak untuk percaya dengan ma
"Sebenarnya, Laras terbilang beruntung karena bisa melarikan diri. Dan dia juga beruntung karena memiliki keluarga Prayoga sebagai pelindung, tidak seperti kamu."Agni mengerutkan keningnya, lalu menunjuk dirinya sendiri. "Aku?"Rani mengangguk lemah. "Iya, Kamu... Kamu juga korban seperti Laras, Agni. Bedanya Laras bisa melarikan diri, sementara kamu tidak. Dan bahkan kamu memiliki hasil dari kemalangan itu." Rani mengalihkan pandangannya pada Aska.Agni mengikuti arah pandang Rani. Dan...Deg"A-apa maksud, Mama?""Kamu tidak sebodoh itu, Agni. Sampai tidak mengerti maksud saya." Rani kembali menatap Agni.Mata Agni mulai berkaca-kaca, dia menatap Rani dan Aska secara bergantian. "Ta-tapi, bagaimana mungkin... A-aska adalah anakku dan mas Andi. Juga cucu Mama," ucap Agni dengan suara sedikit bergetar.Agni tidak percaya dengan ucapan Rani. Agni yakin, Andi merupakan satu-satunya pria yang pernah