Share

Bab 9

Author: Jane Lestari
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

“Selamat Pagi, PT. Sky Building,” jawab seorang wanita di balik telepon. “Selamat Pagi Mbak,” jawab Putri.

“Ya Mbak, ada yang bisa kami bantu?”

“Mbak mohon informasinya, apa Pak Fikri masih tugas di kantor PT Sky Building?”

“Maaf, kalau boleh tahu kami berbicara dengan siapa?”

“Oh iya, saya Putri salah satu rekan bisnis Pak Fikri. Saya tertarik bekerja sama dengan beliau kembali, namun kontaknya tidak bisa saya hubungi.”

“Baik Mbak Putri. Pak Fikri sekarang sudah di kantor Pusat kami, jadi tidak di kantor ini lagi.”

“Apa saya bisa minta kontak beliau?”

“Kami hanya bisa memberi kontak perusahaan saja ya Mbak. Karena kami dilarang membagi kontak pribadi staf kami.”

“Baik, enggak masalah Mbak. Nomor kontak perusahaan saja.”

“Oke Mbak berikut nomor kontaknya 5236985.”

&l

Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 10

    Aisyah dan Putri menuju meja makan dan segera menyantap makanan yang telah disediakan Rumi. Mereka berdua memang sangat kelaparan, saking terburu-burunya ke kantor Fikri. Mereka tidak sempat memikirkan untuk makan siang.“Syah, jadwal wisudanya sudah ada belum?”tanya Rumi. “Sudah Kak, insyaaAllah awal bulan depan.”“Iya harus jelas, karena ibu dan ayah perlu datang, kan? Jadi bisa diatur waktunya, sehingga ayah dan ibu bisa hadir.”“Iya Kak, insyaaAllah itu sudah fix jadwalnya.”“Jadi Syah, apa rencanamu setelah ini?” tanya Putri. “Aku magang di tempatnya kak Rumi, sambil menunggu ijazah. Iya kan Kak?”“Iya,” jawab Rumi. “Andai aku juga kelar ya, aku juga bisa kerja di tempatnya Kak Rumi,” sambung Putri.“Ehm, yang ada kalian buat kerjaan Kak

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 11

    Ternyata sekian tahun, Kak Mira hidup sendiri, betapa sunyinya rumah ini, gumam Abduh setibanya di kamar. Dia lantas meletakkan barang-barangnya di kamar, yang akan menjadi tempatnya menghabiskan waktu. Setelah melaksanakan salat, dia menuju meja makan. Mira telah menunggunya “Abe?” panggil Mira, saat Abduh telah duduk di meja makan, tepat di depannya. “Iya Kak. Kak Mira masih ingat saja panggilan kecilku,” jawab Abduh dengan senyuman manis, ditambah lesung pipinya yang menawan. “Iya dong. Mulai hari ini, Kak Mira panggil kamu Abe ya?” “Siap, Kak.” “Ayo kita makan dulu, kamu pasti lapar.” “Iya Kak. Apalagi masakan Kak Mira sangat enak, persis masakan ibu.” “Iya dong, anak ibu.” “Iya, deh.” Abe tersenyum lebar menanggapi ucapan Mira. Dia pun menyantap makan siang yang telah tersedia di depannya. “Dik, kamu besok sudah ada jadwal ke kampus kan?” “Iya Kak

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 12

    Tiba di rumah, tepat azan magrib berkumandang.Suara azan begitu terdengar jelas di rumah Putri. Putri bersegera menunaikan salat magrib. Ada yang berbeda sore ini, ada sesuatu yang menarik Putri untuk melaksanakan salat di masjid, tidak seperti biasanya. Tiba-tiba ada kerinduan yang sangat untuk bertamu ke rumah Allah. Sesuatu yang telah berpuluh tahun dia tinggalkan.“Pa, ada apa dengan Putri?” tanya Fitri, ibunda Putri.“Kita harus bersyukur, Ma. Putri kini jauh berubah. Alhamdulillah, semoga inilah petanda, putri kita akan semakin dekat dengan Tuhannya.”Ayah dan ibu Putri, tercengang dengan perubahan sikap sang anak. Setelah perpisahan dengan Andi, hidayah seakan memeluknya erat.Sejak Putri keluar dari rumah sakit, ayah dan ibunya juga sudah mulai mengurangi aktivitas di luar rumah. Mereka sepakat untuk memberikan waktu lebih untuk putri mereka s

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 13

    Berselang beberapa menit, Aisyah muncul dari dalam rumah. “Kak Mira sudah ada? Aku pikirnya tadi Kak Mira masih lama, jadinya Aisyah hanya menunggu di dalam.” “Iya Syah. Ini Abduh juga sudah siap. Enggak apa-apa, Abduh yang bawa mobil?” “Oh iya, Kak,” jawab Aisyah dengan senyuman tulus. “Oh ya, aku belum kenalin kalian berdua ya. Syah ini Abduh, adik Kak Mira.” “Salam kenal Abduh,” “Salam kenal, kak Aisyah,” sahut Abduh. “Aku serasa tua banget ya dipanggil Kakak, haha.” Aisyah tertawa lebar mendengar Abduh memanggilnya dengan sebutan Kakak. “Kan kamu memang lebih tua Syah.” “Tetapi kan, enggak tua-tua amat Kak Mira. Panggil Aisyah saja ya, aku enggak enak dipanggil Kakak.” “Baiklah. Dengar ya Be, kamu jangan manggil Kakak, kalau dia ngamuk bahaya lho,” canda Mira yang disertai tawa, yang membuat wajah Aisyah berubah cemberut.

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 14

    Aisyah terus mengawasi Mira yang tertidur pulas. Tampak kelelahan yang sangat di wajahnya. Aisyah lantas mengambil posisi di sebelah tempat tidur Mira, sambil menoleh ke arah buku-buku yang tersusun rapi di meja kerja Mira. Dia mengambil salah satu buku untuk menemaninya menuju tidur malam ini. Berat sekali rasanya, matanya ingin terpejam, sedang disampingnya ada seseorang yang tengah terbaring lemah. Setiap menit, Aisyah selalu berusaha memantau panas Mira. Aisyah akhirnya memutuskan, jika suhu badan Mira tak jua turun sampai besok pagi, Mira harus dibawa ke rumah sakit. Dia khawatir, kondisi Mira semakin lemah. Aisyah menatap wajah Mira. Dia melihat ketegaran yang luar biasa. Seorang wanita yang mampu berdiri tegak dengan status jandanya selama dua tahun ini. Kak Mira memang luar biasa. Aku menyayangkan kegagalan pernikahan kak Mira. Mengapa harus kak Mira? Wanita

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 15

    “Pak Rayhan itu mau melamar aku, Put!” Tersentak! “Melamar? Ya Allah, Aisyah kok kamu enggak pernah cerita?” Giliran Putri yang terperanjat kaget. “Kan, ini aku sudah cerita.” “Sejak kapan kalian dekat?” “Sebenarnya kami enggak pernah dekat. Hampir setahun aku kerja di kantor kak Rumi, dia selalu berusaha mau dekat dengan aku, dia langsung bilang begitu.” “Memangnya dia orangnya, bagaimana sih?” “Sebenarnya kami nyambung, kami punya banyak kesamaan”. “Tetapi dia masih single, kan?” sambung Putri. “Iyalah Put, masa aku mau membuka hati dengan orang yang sudah punya keluarga!” “Membuka hati? Jadi kamu sudah ada hati dengan dia?” “Kamu Put, jago banget mancingnya.” “Syah, aku sahabat kamu. Aku sangat kenal kamu. Kamu tidak pernah membuka hati ke siapa pun. Jadi aku terkejut, saat kamu bilang barusan,

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 16

    Setelah magrib, semuanya telah bersiap-siap, sangat rapi. “Syah, lho kok kamu tampak seperti enggak mandi seharian?” tegur Rumi, saat melihat Aisyah masih dengan penampilan yang sama. “Kak Rumi!!! Ngapain sih?” sahut Aisyah, dongkol. Aisyah mulai merasa bosan dengan permainan yang sedang dimainkan kakaknya. “Kamu ganti baju Adikku sayang, jangan bikin malu Kakak dong. Atau perlu Kakak yang gantikan bajunya?” “Apa sih Kak Rumi, aku bukan anak kecil,” kesal Aisyah. Dia pun berlari menuju kamar mengganti pakaian. Dengan perasaan yang sangat tidak enak, dia berusaha tetap menghargai perintah Rumi. Dia merasa diperlakukan seperti anak kecil hari ini. Beberapa menit berlalu, Aisyah sudah kembali menemui kakaknya. “Alhamdulillah, begitu dong. Sekarang kan, baru tampak Aisyah yang sebenarnya,” lanjut Rumi, saat Aisyah tampak berpakaian lebih rapi. Aisyah

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 17

    Saat Aisyah dan Putri merasakan duka yang sama, Abduh pun tenggelam dalam kepahitan takdir. Saat dia baru mulai menyadari perasaannya, takdir justru berkata lain. “Kamu kenapa enggak ikut ke acara lamarannya Aisyah, padahal Rumi juga mengundang kamu?” tanya Mira, sesampainya di rumah. “Kak Mira seperti tidak tahu perasaanku.” “Be, sejak awal Kakak sudah minta, kamu jangan berharap terlalu jauh. Kamu dan Aisyah terlalu banyak perbedaan. Kamu fokus ke kuliah kamu, Dik.” “Tetapi hati tidak bisa dipaksakan Kak. Sampai saat ini pun, aku tidak bisa menghilangkan perasaanku ke Aisyah. Ditambah lagi dia kemarin menginap di sini, merawat Kakak, bagaimana aku bisa berpaling Kak? Dia sangat menyayangi Kak Mira, aku akan sangat bahagia jika impianku bisa saja terkabul. Aisyah wanita yang selama ini sangat kuimpikan Kak.” “Abe, Kakak ngomong ini sekali lagi. Kamu fokus kuliah dulu ya Dik, insyaaAllah akan ada wanita lain dan terbaik untuk kamu. Ka

    Huling Na-update : 2024-10-29

Pinakabagong kabanata

  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 30

    Aisyah terus berjalan sambil menoleh, ke beberapa ruangan yang dilaluinya. Kemudian langkahnya akhirnya terhenti, di depan ruangan yang tertutup.“Kamar Abduh,” ucap Mira ke Putri. “Apa yang mau dia lakukan, Kak?” bisik Putri. Dia merasa khawatir.Mira hanya memberikan isyarat, untuk Putri tetap tenang. Mira yakin ada sesuatu yang terjadi dengan Aisyah.Kamar Abduh, pikir Aisyah. Kamarnya tidak terkunci. Aku minta maaf ya Abduh, langsung masuk kamar kamu, tanpa permisi.Memasuki kamar Abduh, ada rasa berbeda hadir dalam relung hati Aisyah. Saat dia menoleh ke dinding kamar, air matanya mengalir, melihat foto-fotonya bersama Abduh.Ya Allah, kenapa foto-fotoku ada di kamar ini? Fotoku bersama Abduh, ya Allah, lengkap dengan tanggal diambilnya foto ini. Satu tahun ini, terlalu banyak hal yang kuhabiskan bersamamu, Abduh. Maafkan aku. Aku tidak sadar, akan cinta dan kasih sayangmu.

  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 29

    Vas itu, mendarat mulus mengenai kepala Abduh. “Ada apa ini?” Rumi tiba, bersama Adam. “Kak Rumi, kenapa Abduh jadi kurang ajar seperti ini? Dia masuk ke dalam kamarku, dan memelukku, dalam keadaan hanya memakai handuk. Ya Allah, kenapa kamu jadi murahan seperti ini Abduh?” “Ya Allah, Abduh, kepalamu berdarah. Mas, minta tolong bawa Abduh dulu ya.” Adam langsung membawa Abduh, dengan kepala yang mengeluarkan darah, setelah vas bunga yang dilemparkan Aisyah, mendarat mulus di pelipisnya. Adam lantas memapah Abduh keluar dari kamar Aisyah. “Kak Rumi, kenapa lebih memperhatikan Abduh? Kak Rum, aku adikmu! Dia sudah melecehkanku, Kak! Harga diriku sudah hancur! Kenapa dia seenaknya masuk ke dalam rumah, ke dalam kamarku? Ya Allah semuanya hancur, harga diriku hancur, tidak ada lagi yang tersisa!” “Adikku, ada hal yang perlu kami jelaskan,” jelas Rumi, lembut. “Apa lagi Kak Rumi? Bukannya mengecam Abduh, K

  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 28

    Untuk pertama kalinya, Abduh masuk ke dalam kamar Aisyah. Kamar yang sangat nyaman. Di meja belajar Aisyah, terlihat fotonya bersama Rayhan. Senyuman Aisyah, begitu sempurna di samping mendiang suaminya. Cintanya yang begitu besar, terlihat nyata, melalui pancaran cahaya di mata dan senyumannya. Bagaimana bisa aku bisa menjadi cintanya, Ya Allah. Apakah ini tidak akan semakin menyakitinya? Abduh tidak bisa menahan kesedihannya, air mata itu kembali membasahi pipinya. Dia merasakan duka yang sangat. Dia begitu takut menghadapi kenyataan, jika nanti, Aisyah tahu dan membencinya. Setelah beberapa saat berdiri kaku, memerhatikan foto Aisyah dan Rayhan, Aisyah terbangun dari tidurnya. Aisyah merasakan kehadiran Abduh. “Mas Rayhan, dari mana saja? Aisyah kesepian di kamar sendiri. Kak Rumi juga melarang Aisyah ke mana-mana,” ucap Aisyah, manja. Betapa sakitnya hati ini ya Allah. Istr

  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 27

    Putri dan Mira kembali saling bertatapan. Aisyah menyangka Abduh adalah Rayhan, suaminya. “Mas Raihan kok di situ, sudah enggak sayang lagi, dengan Aisyah?” sambung Aisyah. “Kak, bagaimana?” bisik Abduh ke Mira. “Enggak apa-apa Dik, niatkan hanya untuk memulihkan kondisi Aisyah, kamu mendekat ke sana,” perintah Mira, Abduh mendekat ke Aisyah, walaupun hatinya merasa sangat bersalah. Takut, jika tindakannya, akan semakin membuat Aisyah, terluka. Dalam diam, dia masih menaruh cinta yang besar pada Aisyah, yang semakin hari justru semakin tumbuh. Walaupun begitu, dia juga sangat berduka dengan kematian Rayhan. “Mas, Aisyah kangen banget. Kenapa Mas Rayhan tega meninggalkan Aisyah?” Tiba-tiba, Aisyah memeluk Abduh. “Kak, bagaimana?” Putri ikut panik dengan sikap Aisyah, pada Abduh. “Enggak masalah Put, nantilah kita bicarakan kembali. Setidaknya, kita memberikan sedikit kebahagiaan untuk Aisyah. Agar dia kembali punya harapan,” ucap Mira.

  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 26

    Hari-hari pun, dilalui dengan langkah berat, oleh Aisyah. Dia lupa caranya tertawa. Hanya air matanya, yang kini menjadi saksi, setiap detik yang dia lalui, menyaksikan suaminya, merasakan kesakitan yang sangat. Setiap hari, dia bolak balik ke rumah sakit, untuk menjaga dan mengurus Rayhan. Dia terus berupaya, memberikan perhatian dan kasih sayangnya, kepada seseorang yang selalu menghadirkan tawa untuknya. Rumi, Putri dan Mira, bahkan kehilangan kalimat, untuk terus menguatkan Aisyah. Mereka begitu paham, kondisi hati Aisyah saat ini, mereka tidak banyak bicara. Mereka hanya terus hadir, berharap itu akan menjadi kekuatan untuk Aisyah, terus berjuang demi kesembuhan Rayhan. Namun, dua pekan berlalu, Rayhan belum juga membaik. Belum selesai, beban Putri dengan kondisi Aisyah, sebuah kejutan kembali hadir, menemuinya, siang ini. Dia mendapat pesan, lagi-lagi dari Dinda. Di

  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 25

    Betapa bahagianya hatiku ya Allah. Aku bisa mengantarkan kakakku tersayang ke jenjang pernikahan. Aku tak lagi khawatir, dia sendiri dan kesepian. InsyaaAllah, ini jalan terbaik untuk kami. Amin. “Jadi, Kakak sudah kabari ayah dan ibu?” “Besok, Kakak rencana memberi kabar.” “Aisyah siap, jadi apa pun, di acara pernikahan Kakak nanti.” “Kok jadi apa pun, ya tetap jadi adik Kakak, dong. Cukup mendampingi Kakaknya.” Aisyah kembali memeluk Rumi. Ada bahagia, namun, juga ada sedikit rasa kehilangan. Dia mungkin akan kehilangan kakaknya setelah menikah. Tetapi, dia sadar tak mungkin menjaga egonya, tanpa memikirkan kebahagiaan kakak, yang sangat menyayanginya. “Aisyah sangat bahagia, Kak. Ini impian Aisyah, bisa mendampingi Kak Rumi bertemu dengan seseorang, yang akan menjaga Kak Rumi, selamanya.” “Terima kasih, ya, Adikku.” Beberapa menit berlalu, Aisyah kembali ke kamar. Kekasih hatinya se

  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 24

    Suasana kantor kini sangat berbeda bagi Aisyah, setelah Rayhan kembali bekerja. Dia berada di kantor yang sama dengan kakaknya, pun dengan suaminya. Kadang terdengar suara teman-teman kantornya bercanda, “Ini sudah jadi kantor keluarga kamu, ya, Syah?” Hening. Walaupun hanya candaan, tetapi Aisyah merasa terganggu dengan ucapan-ucapan tersebut. Akhirnya, niatnya yang telah dia pikirkan beberapa hari ini, dia sampaikan ke suaminya. “Mas, bagaimana kalau Aisyah, pindah kerja saja?” “Lho, kok mau pindah kerja?” “Aku enggak nyaman, Mas. Sekantor sama suami sendiri, aku risih jadinya.” “Kok, begitu sih, Sayang? Kan kalau sekantor dengan suami sendiri, kamu bisa melepaskan rindu setiap saat.” “Mas, aku serius! Tolong deh, jangan selalu bercanda.” “Siapa yang bercanda, Sayang. Mas serius. Kenapa kamu risih, apa ada orang yang menyakiti kamu di kantor?”

  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 23

    Kembali ke rumah sakit, Rayhan masih dirawat. Tampak Aisyah, sangat semangat mengurusi kebutuhan suaminya. Terlihat kasih sayang dan ketulusannya, yang begitu besar pada Raihan. Di tengah kesibukannya merapikan pakaian Rayhan, ada panggilan telepon dari kakaknya, Rumi. “Assalamu’alaykum.” “Wa’alaykumussalam, iya Kak?” “Bagaimana kabar Rayhan, Syah?” “Alhamdulillah kata dokter, besok sudah bisa pulang, Kak.” “Alhamdullilah. Kak Rumi sangat bahagia mendengarnya. Jadi kalian pulang ke mana?” “Mas Rayhan setuju, untuk sementara ke rumah Kakak? Boleh kan, Kak?” “Apa enggak masalah, Syah?” “Tidak dong, Kak. Kan, Aisyah sudah berdiskusi dengan Mas Rayhan. Mas Rayhan juga mengerti, Aisyah belum bisa jauh dari Kak Rumi.” “Kalau Kak Rumi sih, enggak masalah.” “Terima kasih, Kak.” “Kok malah terima kasih, Kakak kan, masih Kakak kamu, Syah. Sudah tugas Kakak

  • Kesempatan Kedua untuk Saling Menemukan   Bab 22

    Tanpa disadari Aisyah, perasaan yang sama, juga berselimut dalam hati semua orang-orang, yang sangat menyayanginya. Namun, semuanya berusaha, memahami keputusan Aisyah. Semuanya menampakkan kebahagiaan, untuk menguatkan Aisyah. Tidak sampai tiga puluh menit, mereka tiba di rumah sakit. Mereka langsung menuju kamar perawatan Rayhan. Rayhan masih terbaring sangat lemah. Namun penampillannya sangat istimewa. Dia tampil menggunakan kemeja putih dilengkapi dengan jas hitam. Ketampanannya menyeruak, walaupun wajahnya sangat pucat. Ya Allah, betapa pria ini sangat sempurna, Engkau kirimkan untukku. Ya Allah, semoga ini awal kebahagiaan kami. Aisyah begitu terpana, melihat sosok pria yang dicintainya, terlihat sangat sempurna pagi ini. Semua telah hadir, orang tua Rayhan, seorang pejabat KUA dan saksi dari keluarga Rayhan. “Alhamdulillah semuanya telah berkumpul. Baiklah kita segerakan saja akad nikahnya,” ujar Rumi, memulai.

DMCA.com Protection Status