“Ck. Siapa yang menelpon di tengah malam seperti ini,” ucap Arion kesal.Dengan malas pria itu meraih ponselnya dan saat menyadari itu adalah panggilan video dari sang istri wajah nya langsung berubah senang.Ia menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut.“Kau baru pulang?” ucap Elena.Jelas wanita muda itu bisa melihat sang suami yang masih mengenakan pakaian kantornya.“Hay, kenapa diam saja? Kau marah padaku?” tanya Elena dengan alis terangkat.Arion menutupi wajah gembiranya dengan menatap tak suka pada sang istri, “Kemana kau? Kau pikir aku tidak khawatir?” tanya Arion dengan suara yang sedikit naik satu oktaf dan penuh penekanan.Elena berbaring miring sambil memegang ponsel, sementara Arion sambil membuka pakaian nya ia tak mengalihkan pandangan dari Elena.“Maaf, aku sudah membuat mu khawatir. Oh ya, apa tentang Lovi kau sudah tahu?” tanya Elena. Sengaja Elena membahas tentang Lovi untuk memancing agar Arion mau berbicara apa saja yang telah pria itu ketahui dari
“Yak! Ini rumah apa gudang?”Sekian lama Elena tak datang ke tempat tinggal asisten nya ini dan ternyata banyak perubahan yang terjadi, Elena ingat bahwa Vero adalah wanita yang tertata dan selalu berpenampilan rapi.Akan tetapi, lihatlah. Elena masih belum bisa menghilangkan rasa keterkejutan nya, mulutnya masih menganga dengan mata yang terbuka.Sedangkan Vero terlihat biasa saja dan tak peduli dengan kehadiran bos nya itu, “Ayo, masuklah,” ajak Vero.Ragu Elena melangkah kan kakinya masuk ke tempat yang lebih cocok di sebut gudang itu, “Kau tak berniat membersihkan nya?”“Kau sendiri tak berniat membiarkan ku istirahat,” sindir Vero yang masih kesal karena Elena yang tiba-tiba datang pada pukul empat pagi.Bahkan ini masih dikatakan dini hari bukan pagi.Elena cengengesan yang menyadari bahwa kedatangan nya juga terlalu pagi. Tapi, sebagai asisten pribadi Vero tak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.“Duduklah, aku akan mengambil minuman untuk mu,” seru Vero yang diangguki Elena.
“Cukup Lia! Jangan membahas masalah anak lagi!” pekik Tuan Miller.Dada pria itu nampak naik-turun dengan napas tidak beraturan, urat leher nya bahkan terlihat jelas dengan tangan nya memijat pelipis yang terasa tegang.Sementara di hadapannya sang istri yang tak lain Nyonya Lia tengah menangis, air mata terus mengalir di sudut matanya menandakan kesedihan yang begitu mendalam.“Aku menikah dengan mu karena aku mencintaimu, jangan terus memikirkan hal tidak penting,” ucap Tuan Miller.Kini suara pria itu lebih lembut dari sebelum nya, akan tetapi seberapa kuat ia mencoba sang istri masih belum bisa menerima kenyataan.“Bagaimana dengan orang tua mu yang terus menanyakan pewaris?” tanya Nyonya Lia dengan mata yang berkaca-kaca.Tuan Miller menghampiri dan merangkul pundak sang istri, ia menarik istrinya kedalam pelukan yang memberikan sejuta kehangatan.“Sudah, pikirkan kesehatan mu dulu,” seru Tuan Miller mencoba menenangkan.Sebuah pukulan besar bagi seorang wanita ketika mereka tak
“Aku akan menyetir sendiri,”Arion menghentikan langkahnya yang sedang menuruni tangga, “ Kau akan kabur lagi dariku?” tanya Arion mengintimidasi.Ketakutan terbesar dalam hidup Arion adalah saat wanita di hadapannya ini kembali seperti dulu, ia mungkin akan lebih gila dari sebelumnya jika hal itu sampai terjadi kedua kalinya.Elena tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku tidak akan pernah kabur dari mu. Kau harus percaya padaku,” ucap Elena berusaha meyakinkan Arion.“Hm,”Setelah selesai dengan sarapan, mereka berpisah untuk pergi ke tempat kerja masing-masing.Jalanan kota yang sudah mulai padat dengan kendaraan tak menghentikan semangat para pejuang cuan untuk keluar.Dibalik semangat mereka tersimpan harapan orang yang mereka hidupi, dari keringat nya lah mereka bisa bertahan untuk hidup.“Selamat pagi, Tuan,” sapa Jeff melihat Arion yang baru saja tiba.“Hm,” Hanya menyahuti tak berniat untuk membalas sapaan selamat pagi Jeff yang secercah cahaya mentari pagi.“Dan,
“Ini hari ulang tahun Arion,” gumam Elena.Elena menoleh menatap ke arah Lovi yang duduk tak jauh dari nya, “Lovi, apa kau sudah menyiapkan hadiah untuk paman mu?” tanya Elena.Lovi mengalihkan pandangan ke arah Elena, “Sudah, tapi aku belum memberikan nya pada paman,” jawab Lovi.“Apa yang kau berikan?” tanya Elena penasaran.Mata Lovi memicing menatap Elena, “Apa bibi belum menyiapkan apapun?” tanya Lovi.Ditatap dan ditanya seperti itu membuat Elena sedikit gelagapan, ia menoleh menatap ke arah lain untuk menghindari tatapan Lovi.“Aku tentu sudah menyiapkan nya,” balas Elena bangga.“Benarkah?” ucap Lovi skeptis.“Iya, dan hari ini kau boleh pulang setelah makan siang,” sambungnya lagi.Mendengar itu Lovi mengerutkan kening dengan satu alis terangkat, “Apa pekerjaan bibi sudah selesai?” “Iya, aku bosan melihat wajah musuh ku,” seru Elena yang hanya dibalas decakan sebal oleh Lovi.Elena bangkit dari duduknya, berjalan keluar ruangan untuk menemui Vero. Sebenarnya bisa saja ia mem
"Aku ingin mengantarkan berkas ini padamu," Elena menerima berkas yang disodorkan oleh Azalea, "Baiklah, kau boleh kembali ke ruangan mu," ucap Elena.Azalea pergi meninggalkan ruangan Elena, saat kembali ke ruangannya ia menghentakkan kakinya dengan kesal.Bukan itu tujuan sebenarnya Azalea masuk ke ruangan Elena, kehadiran Lovi membuat rencana nya gagal."Gadis sialan! Aku harus segera menyingkirkan nya," geram Azalea.Setelah kepergian Azalea, Lovi masih kesal dengan Elena yang tak mau mendengar penjelasannya. Gadis itu diam seribu bahasa dengan tangan terlipat di depan dada.Elena menghela napas panjang, "Sudah waktunya makan siang, ayo kita makan dulu. Setelah itu kau boleh pulang," ucap Elena.Lovi diam tapi tetap mengikuti Elena untuk pergi ke restoran yang tak jauh dari kantor. Sebenarnya bisa saja mereka makan di kantin perusahaan, Elena bahkan sering makan bersama Vero.Akan tetapi, mengingat ada Lovi. Elena berpikir mungkin makanan kantor tak ada yang cocok dengan selera g
“Elena!” teriak Arion saat Elena benar-benar terjun ke lantai dasar.Tubuh Elena melayang, ia bisa melihat Arion yang berlari untuk menggapai nya akan tetapi belum sempat tangan mereka bertemu tubuh Elena sudah terjatuh.Beruntung ternyata di bawah Jeff sudah menyiapkan bantalan untuk pendaratan, namun karena terkejut membuat Elena tak sadarkan diri.Elena tersenyum getir saat mengingat kejadian itu, “Bodoh,” gumam Elena.Waktu bergulir begitu cepat, matahari kini sudah mulai terbenam dan memancarkan sinarnya yang berwarna jingga.Bayangan orang-orang mulai memanjang di jalanan, kendaraan kembali padat menuju arah pulang.Elena berdiri di sebrang jalan sebuah cafe yang tak jauh dari grup Dominic, ketika lampu berwarna merah ia melangkah kan kakinya untuk menyebrang.Drett...drett!Sebuah pesan masuk di ponsel Elena membuat wanita itu menyalakan ponsel untuk memeriksa pesan dari siapa.“Apa kau ingin tahu siapa ibumu?” Elena melebarkan matanya saat mendapati pesan dari nomor tak diken
"Maaf, maafkan aku. Ini semua salahku yang membiarkan Nona pergi sendiri," ucap Vero penuh penyesalan.Wanita lajang itu berdiri tertunduk di belakang Arion yang masih mematung menatap nanar ke arah ruang penanganan."Seharusnya aku berada di sisinya," seru Vero dengan terisak.Tangis wanita itu sudah tak terbendung lagi, bayangan saat Elena tertabrak tercetak jelas dalam ingatannya."Apa yang kalian lakukan di sana?" tanya Arion pelan.Suara pria itu terdengar serak, air mata sudah mengering bahkan matanya sedikit memerah karena menahan tangis sejak tadi."Nona..." ragu Vero menjawab pertanyaan Arion."Nona menyiapkan makan malam di sana untuk merayakan hari ulang tahun anda," ucap Vero pada akhirnya.Degh!Air mata yang sedari tadi Arion tahan kembali menetes saat mendengar itu, "Dia ingat hari ulang tahun ku?" tanya Arion pelan.Vero mengangguk cepat meski Arion tak memandang ke arah nya, sementara Jeff yang sedari tadi berdiri di samping Vero hanya bisa tertunduk diam dan ikut mer
“Dasar Elena, ternyata di sini dia menyimpannya,”Vero menemukan berkas yang ia cari sebelumnya di meja yang masih ada di ruangan Elena, setelah menuliskan data yang ia perlukan Vero segera menelepon Elena untuk memberikan kabar.Saat mendapatkan telepon dari Vero yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan berkas itu, Elena merasa lega dan kembali menutup telepon.“Sudah ada?” tanya Arion, dan Elena mengangguk sebagai jawaban.Baru Elena akan bertanya lebih lanjut mengenai surat-surat rumah sakit yang ia temukan, Arion menyela ucapan Elena, “Aku harus kembali ke kantor, sekarang ada rapat penting,” pamit Arion.Sebelum pergi, ia tak lupa mengecup kening sang istri dan tersenyum, “Baiklah, hati-hati,” seru Elena sebelum Arion pergi.Setelah Arion pergi, Elena mencari keberadaan Bu Rah untuk menanyakan tentang surat rumah sakit itu. Elena yakin ada yang Arion sembunyikan dan membuat hatinya ada yang mengganjal, surat sebanyak itu tidak mungkin semuanya milik Jeff.Dan, untuk apa Jeff meny
Jeff dan Noah bernapas lega saat Arion membawa Elena menjauh dari sana, setelah beberapa saat mereka baru menyadari posisi mereka yang bisa saja membuat orang lain salah paham.Noah segera menjauh dari Jeff, dan pria itu segera membenarkan kembali pakaiannya yang terbuka, “Pulanglah, nanti aku akan mengantar Tuan ke rumah sakit, “ ucap Jeff sambil memalingkan wajahnya.Noah mengangguk dan keluar dari mobil menuju mobilnya sendiri, “Baiklah, aku pulang dulu,” pamit Noah sebelum pergi.Setelah Noah pergi, Jeff memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia yakin Arion akan lama jika sudah bersama Elena, maka dari itu ia akan kembali sendiri.Di ruang kerja Arion, adegan panas itu harus terhenti karena suara perut Elena yang minta untuk segera diisi, “Kau belum makan?” tanya Arion.Wajah Elena bersemu merah menahan malu, ia mengangguk pelan membuat Arion segera menggendongnya ala anak koala, “Arion, turunkan aku,” seru Elena yang malu.Apalagi saat bertemu dengan Bu Rah dan beberapa pelayan ia s
“Iya, iya maafkan aku,”Noah berucap pelan, baru saja Jeff mengomel padanya kini disusul Arion yang ikut melakukan hal yang sama. Ini memang kecerobohan dirinya, tapi ia malas mendengar ocehan dua orang itu.Setelah mendengar perkataan Arion yang cukup panjang, Noah barulah mulai memeriksa Arion. Bukan pemeriksaan berat, ini hanya pemeriksaan sederhana seperti mengecek tekanan darah dan irama jantung.“Lagi pula mana kutahu Elena ada di rumah,” gumam Noah yang masih menggerutu.Sementara dua orang di hadapannya ini nampak tak peduli dengan keluhan Noah, membuat pria itu hanya bisa mendengus membuang napas kesal.Setelah Arion pergi menyusul Noah, Elena baru ingat bahwa makanan yang ia beli belum sama sekali ia sentuh. Ia lekas pergi ke dapur untuk memakannya, sebelum Arion kembali.“Dimana makanan ku?” tanya Elena pada diri sendiri yang tidak melihat keberadaan makanan nya.Dari arah belakang, Bu Rah datang dengan kepala tertunduk. Saat Elena berbalik dan melihatnya, ia mengerutkan ke
“Jika bukan karena uang aku malas datang kesini,” gerutu Noah.Ya, itu hanya gerutuan semata saja. Dalam hati kecilnya, ia ingin sang sahabat segera sembuh dan terbebas dari penyakitnya.Noah turun dari mobilnya, ia baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran kediaman Arion. Lengkap dengan peralatan medis di tangannya, Noah segera melangkah untuk masuk.Akan tetapi, langkah Noah terhenti saat melihat mobil Elena yang terparkir, “Apa Elena ada di rumah?” tanya Noah pada diri sendiri.Tapi, ia kembali teringat dengan Arion yang tidak ingin Elena tahu masalah penyakitnya, mana mungkin wanita itu ada di rumah. Noah berpikir mungkin Elena bekerja di antar supir dan tidak membawa mobil.Ia kembali melangkahkan masuk, dan saat masuk Bu Rah menyambutnya. Bu Rah yang sudah tahu akan kedatangan Noah segera mempersilahkan pria itu untuk duduk, tak lupa ia juga menyajikan minuman untuk tamu tuannya.Sementara itu, Elena baru saja berganti pakaian dan keluar dari kamar. Dari lantai dua ia bisa meli
Hari libur yang singkat itu telah berlalu, semua orang sudah disibukkan kembali dengan pekerjaan mereka. Begitu pula dengan Elena, sejak pagi ia sudah berkutat dengan layar di depannya dan menghadiri berbagai rapat.Saat ini ia tengah fokus dengan semua berkas yang perlu di tandatangani, namun fokusnya teralihkan saat ada seorang yang masuk.Wanita lajang yang hampir setiap hari berada di sisinya itu masuk dengan membawa laptop di tangannya, “El, berkas tentang ibumu itu kau ada menyimpan nya? Aku butuh untuk mencocokan dengan data ini, sebelumnya aku lupa membuat salinan,” seru Vero.Elena terdiam, mengingat-ingat sejenak sambil jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja, “ Aku lupa, sepertinya aku menyimpan di sini,” ucap Elena.Ia kemudian membuka satu persatu laci yang ada di sekitarnya, kiranya ia menyimpan berkas yang Vero cari. Akan tetapi nihil, sepertinya berkas itu tak ada di ruangan Elena.Vero ikut membantu mencarinya, setelah beberapa saat mereka masih belum menemukan tumpukan
“Kau darimana? Apa yang terjadi padamu,” tanya Azalea dengan khawatir saat melihat keadaan Lucas.Lucas datang ke taman tersebut tak sendirian, ia sudah tahu rencana Elena dan Arion yang akan jalan-jalan kesana. Hingga dengan sengaja ia mengajak Azalea untuk berjalan-jalan kesana.Azalea begitu khawatir saat melihat Lucas kembali dengan kesakitan dan memegangi perutnya, sebelumnya pria itu pergi untuk membelikan ice cream untuk Azalea.Lucas menghindar dan menggeleng saat Azalea akan memegang wajahnya yang lebam, “Aku baik-baik saja. Ayo kita pulang,” ucap Lucas yang berjalan ke arah parkiran.“Tapi, Lucas. Kita baru tiba,” ucap Azalea dengan lesu.Mereka baru saja tiba-tiba beberapa menit yang lalu, namun belum sempat menikmati bunga-bunga yang tengah bermekaran itu. Lucas sudah mengajaknya untuk kembali.Lucas mendengus kesal saat mendengar Azalea merengek, “Kau tidak melihat keadaan ku, Hagh! Pergilah sendiri,” ucap Lucas dengan kesal.Ia langsung masuk mobil dan meninggalkan Azale
“Lucas? Sedang apa kau disini?”Elena menatap tidak percaya, saat ini dirinya sedang menikmati liburan akhir pekan bersama suaminya, Arion. Keduanya berada di sebuah taman bunga tulip yang terkenal di kota.Dan, hal yang tidak ia sangka adalah bertemu dengan Lucas. Pria itu berdiri dengan berani tak jauh darinya, sementara Arion tengah membeli makanan untuk Elena. Bahkan suaminya itu rela untuk mengantri demi membawakan makanan yang ia inginkan.Lucas semakin mendekat dan berdiri tak jauh dari Elena berada, “Mungkin kita memang jodoh, terus saja dipertemukan,” ucap Lucas sambil menaiki turunkan alisnya.Elena mendengus kesal dan membuang muka ke sembarang arah. Akan tetapi ia kemudian tersenyum, inilah kesempatan lain yang akan ia gunakan untuk membalaskan dendam selama ini pada Lucas. Pelan-pelan saja, tidak perlu terburu-buru.Elena berbalik menatap Lucas sambil tersenyum, membuat pria itu mengerutkan keningnya, “Ah, iya kau benar. Kita sepertinya memang jodoh,” ucap Elena dan mende
Elena benar-benar di buat terkejut dengan pemandangan di depannya, ruangan yang biasanya tersimpan banyak berkas di meja kini sudah berubah seketika.Gorden menutupi kaca-kaca besar itu, ada sebuah meja dengan lilin aroma dan bunga yang menghiasinya. Elena masih berdiri mematung, “Arion, ini—““Ayo, kita makan siang bersama,” ucap Arion sambil mengulurkan tangannya.Suasananya begitu temaran, bahkan Elena hampir lupa bahwa ini masih siang hari. Elena membalas uluran tangan sang suami, dan berjalan bersama pria itu.Arion menarik kursi untuk Elena duduk, memperlakukan lembut wanita itu layaknya seorang ratu. Senyuman bahkan terus terukir di wajah kakunya.Setelah memastikan Elena merasa nyaman, ia duduk di kursi yang ada di sebrang Elena. Berhadapan dengan istrinya, Arion menggenggam tangan mungil Elena.Hal itu membuat Elena mendongak menatap heran ke arahnya, “Maafkan aku, untuk yang kemarin. Aku tidak berniat membohongi mu, tapi aku lupa memberitahu mu,” ucap Arion pelan.Elena terd
“Apa yang masih bekerja di kediaman Mauren sekarang tak ada yang mengenal wanita ini?” Elena menggeleng pelan, ia tidak yakin mereka masih mengenal wanita yang ia cari, “Aku tidak kenal dengan para pelayan di rumah. Pengasuh ku yang dulu sudah pergi entah kemana,” jawab Elena dengan lesu.Dua hari telah berlalu, Elena telah menyelesaikan tugasnya di kota Gotham. Dan, sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang.Baru Elena akan memejamkan mata, merasa kantuk mulai mendera. Padahal matahari masih begitu terik, akan tetapi ia sudah mengantuk. Ponsel Elena berdering, membuatnya urung untuk memejamkan mata, “Arion?” gumam Elena.“Halo, Sayang...” sapa Arion dengan manja di balik telepon.Elena terkekeh pelan mendengar suara Arion yang begitu manja, sementara Vero yang mendengar nya menunjukkan ekspresi mual membuat Elena memukul kepalanya pelan.“Iya, kenapa Sayang?” balas Elena.“Kau pulang hari ini kan?” tanya Arion.Elena mengerutkan kening, merasa tidak biasanya Arion bertanya dem