Sore harinya, Noah memutuskan untuk mendatangi kantor Arion. Ia berniat ingin mengejutkan pasien kesayangannya. Namun, yang ia temui pada akhirnya hanyal Jeff seorang.Jeff yang melihat kehadiran Noah tentu bingung. Sementara pria yang usianya lebih muda darinya itu duduk santai tanpa merasa bahw kehadirannya mengganggu, “Apa yang kau lakukan di sini? Apakah tuan meminta mu datang?” tanya Jeff.Noah menggelengkan kepala santai, “Aku pindah tugas di kota ini, mungkin mulai sekarang kau akan sering bertemu dengan ku,” jawab Noah bangga.Jeff mendengus pelan, “Pulanglah, kau mengganggu pekerjaan ku,” usir Jeff secara terang-terangan.Noah menganga tidak percaya, pria lajang yang hampir berkepala empat itu mengusirnya secara terang-teraangan, “Kau mengusirku? Bahkan kau tidak memberiku minum,” rengut Noah kesal.“Minumlah di rumah, aku tidak ada waktu untuk meladeni mu. Urusan ku dengan mu hanya tentang kesehatan tuan,” ucap Jeff tak peduli.Jeff bahkan tak melihat Noah saat berbicara de
"Aku harap aku bisa selalu bersama mu, El," Arion mencium kening Elena dengan lembut. Tersenyum menatap sang istri yang begitu terlelap.Namun, tiba-tiba Arion merasakan nyeri di bagian dada sebelah kiri, ia buru-buru keluar dan meraih telepon untuk menghubungi Jeff."Akh!" rintih Arion.Tangannya berpegangan pada dinding, mencoba menahan sakit sambil menekan tombol panggilan.Untungnya panggilan langsung tersambung, "Halo, Tuan," sapa Jeff di sebrang sana."Cepatlah datang kemari," perintah Arion.Suaranya terdengar bergetar, keringat sebesar biji jagung itu sudah membanjiri pundak. Dirinya bahkan sudah tidak bisa menopang beban tubuh hingga terjatuh."Tuan, saya akan segera kesana!" pekik Jeff.Jeff tahu bagaimana keadaan tuannya, sebab hal ini sudah terjadi berkali-kali sebelumnya.Sementara itu, Arion yang sudah tidak tahan kini terkapar tak sadarkan diri. Pria itu berada dibawah tangga dan untungnya kebetulan ada Bu Rah."Astaga, Tuan!" Bu Rah langsung menghampiri dan meminta b
'Sebodoh itukah aku? Lucas, apa kau benar-benar tidak pernah mencintaiku?’Tubuh Elena Mauren sudah lemah dan penuh luka. Ia menggunakan gaun pengantin dan terikat di sebuah kursi yang berada di dalam gedung terbengkalai. Elena merasa sudah tak bisa menghirup udara. Ia baru berusia 30 tahun, tetapi harus wafat dengan tragis karena kebodohannya.Jiwa Elena memasuki ruangan putih yang silau akan cahaya. Samar-samar, ia mendengar suara pria memanggil namanya. “Elena kau harus bangun!”Elena yakin, itu adalah suara Arionー suaminya. Meskipun Elena telah mengkhianati Arion, tetapi dia tetap datang menyelamatkannya. Tidak lama, Elena melihat Arion menggoyangkan tubuhnya yang kaku. Ia juga melihat Arion menangisi dirinya.“Aku selalu mencintaimu, kumohon jangan tinggalkan aku!" pinta Arion dengan nada menyedihkan dan penuh penyesalan. Elena perlahan-lahan memejamkan matanya. Jika ia bisa mengulangi kehidupannya lagi, maka ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Mendadak, Elena meras
Elena berjalan memasuki venue wedding. Disaat yang sama, ia melihat Azalea yang tengah menahan amarah.Azalea bingung dengan perubahan yang terjadi pada Elena. Beberapa menit yang lalu ia masih ingin kabur bersama Lucas, akan tetapi kini malah berada di sini. Apa dia sudah tidak mencintai Lucas?Elena duduk di samping Arion. “ Maaf, aku sebelumnya selalu membuat mu kesulitan."Arion membuang muka, merasa kesal dengan hal kekanak-kanakan yang selalu Elena lakukan.Elena meraih tangan Arion dan mengusapnya. “Aku tahu, kau takkan langsung memaafkan ku. Tapi, aku berjanji takkan mengulangi hal yang sama."Lagi-lagi, Arion tak menjawab. Ia terlalu malas berbasa-basi dengan Elena. Helaan napas berat terdengar dari bibir Elena. Ia tahu, mengembalikan kepercayaan Arion akan membutuhkan waktu.“Arion, akhirnya kau menikah juga,” ucap seorang pria setengah baya yang hampir menginjak usia kepala lima.“Selamat atas pernikahan mu, dan ku harap kau bisa mencairkan es balok ini, Elena." Pria itu be
Arion terkekeh, sedikit goyah dengan ucapan manis Elena. “Aku hanya menegaskan statusmu! Jangan berpikir aku mencintai mu,” ucapnya dengan skeptis.Elena tahu, ucapan dan hati Arion berbeda. Mungkin mulutnya mengatakan tidak cinta, tapi hatinya mengatakan hal lain. Wajar saja jika Arion demikian, mengingat bagaimana untuk pertama kalinya Elena tidak dipihak Lucas.Senyum di wajah Elena terukir. Respon yang Arion tunjukan sesuai dengan harapannya. “Tentu. Bagaimana mungkin aku mencintai mu? Karena hatiku hanya untuk Lucas,” ucapnya sengaja memancing emosi Arion.Elena akan memulai pendekatan dengan terus menumbuhkan rasa cemburu pada diri Arion.Elena memutar haluan rencananya. Sebelumnya, ia berpikir untuk langsung berterus terang pada Arion. Namun, sepertinya hal itu justru akan menambah kecurigaan Arion.Dan kini, keduanya berada di mobil yang sama menuju rumah utama keluarga Dominic. Setelah acara yang melelahkan itu akhirnya mereka bisa segera beristirahat. Selama perjalanan, ta
Tenggorokan yang terasa kering, mendorong Elena untuk melangkahkan kakinya ke dapur. Saat akan kembali tak sengaja matanya menangkap siluet seseorang.Itu adalah ayah mertuanya. Elena pikir ini kesempatan bagus untuk memerbaiki hubungan mereka. Ia merasa sangat bersalah karena sebelumnya begitu tak peduli. Bahkan, saat kematiannya Elena tak menitikan air mata sedikit pun. Kejam bukan, Elena bahkan merasa benci pada dirinya mengingat itu.“Pah...” ia memanggil dengan sebutan yang sama seperti Arion.Damian menoleh, mendapati menantu barunya berdiri disampingnya. “Elena, kau belum tidur? Ini sudah larut,” ucapnya dengan alis yang bertaut.Elena ikut duduk di kursi kosong, sebelum akhirnya menjawab. “Belum, Pah. Aku masih belum terbiasa dengan suasana kamarnya,” jawab Elena. Ia mengutarakan isi hatinya saat ini.“Arion membuat mu tidak nyaman?” tanya Damian. “Tidak. Mungkin, justru aku yang membuatnya tidak nyaman,” jawab Elena, ada sededikit jeda dalam ucapannya. Wajah Elena menampilk
Suara rintihan Elena membuat langkah Arion terhenti. Dan ketika berbalik, ia mendapati Elena jatuh di tangga terakhir.Arion memutar bola mata malas, sebelum akhirnya ia membantu Elena untuk berdiri. “ Lain kali perhatikan langkah mu ketika berjalan!” perintah Arion tegas.Wajah Elena sudah terlihat sayu dengan mata yang berkaa-kaca. Ia yang tiba-tiba terpeleset hingga membuat kakinya terkilir, sungguh di luar prediksinya. Tapi hal itu membuat Arion mau mendengarkannya.Saat Arion membantunya untuk berjalan, Elena benar-benar merasakan sakit di kakinya. Bulir bening nan hangat itu menetes dari pelupuk mata Elena, membuat Arion merasa iba dan akhirnya menggendong Elena untuk duduk.“Jangan pergi,” seru Elena sambil menarik ujung jas Arion saat melihat pria itu hendak beranjak pergi.“Aku akan mengambil obat untuk kaki mu,” balas Arion dan melepaskan cekalan Elena.Ketika menunggu Arion, Elena baru menyadari ia tidak melihat keberadaan ayah mertuanya. Entah kemana perginya pria paruh
Arion bangun dari duduknya, tanpa menoleh ia berkata. “Jika tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan pergilah. Kau mengganggu waktu sarapan ku,”Arion dapat melihat dengan ekor mata perginya Lucas.Lucas pergi dengan perasaan kesal dan marah, Arion tahu pasti keponakannya akan menghalalkan segala cara agar tujuannya tercapai sempurna.Semua itu dilihat oleh Elena yang sendari tadi memperhatikan dari lantai dua. Ia buru-buru kembali masuk ke kamar saat melihat Arion kembali naik dengan membawa sarapan pagi mereka.Sepotong roti dan segelas susu di sodorkan, keduanya memang belum sarapan. Dan apa ini hanya untuknya? Elena bertanya dalam hati sebelum akhirnya pertanyaan itu terjawab oleh ucapan Arion. “Makanlah, dan habiskan,”Elena menerima makananya dan segera mengisi perut. “Kau tidak makan?” ia bertanya sebelum memakan makanannya.Hanya gelengan kepala sebagai respon sebelum kembali pergi meninggalkan Elena sendirian. Elena lekas memakan sepotong roti dan menghabiskan segelas susu hang
"Aku harap aku bisa selalu bersama mu, El," Arion mencium kening Elena dengan lembut. Tersenyum menatap sang istri yang begitu terlelap.Namun, tiba-tiba Arion merasakan nyeri di bagian dada sebelah kiri, ia buru-buru keluar dan meraih telepon untuk menghubungi Jeff."Akh!" rintih Arion.Tangannya berpegangan pada dinding, mencoba menahan sakit sambil menekan tombol panggilan.Untungnya panggilan langsung tersambung, "Halo, Tuan," sapa Jeff di sebrang sana."Cepatlah datang kemari," perintah Arion.Suaranya terdengar bergetar, keringat sebesar biji jagung itu sudah membanjiri pundak. Dirinya bahkan sudah tidak bisa menopang beban tubuh hingga terjatuh."Tuan, saya akan segera kesana!" pekik Jeff.Jeff tahu bagaimana keadaan tuannya, sebab hal ini sudah terjadi berkali-kali sebelumnya.Sementara itu, Arion yang sudah tidak tahan kini terkapar tak sadarkan diri. Pria itu berada dibawah tangga dan untungnya kebetulan ada Bu Rah."Astaga, Tuan!" Bu Rah langsung menghampiri dan meminta b
Sore harinya, Noah memutuskan untuk mendatangi kantor Arion. Ia berniat ingin mengejutkan pasien kesayangannya. Namun, yang ia temui pada akhirnya hanyal Jeff seorang.Jeff yang melihat kehadiran Noah tentu bingung. Sementara pria yang usianya lebih muda darinya itu duduk santai tanpa merasa bahw kehadirannya mengganggu, “Apa yang kau lakukan di sini? Apakah tuan meminta mu datang?” tanya Jeff.Noah menggelengkan kepala santai, “Aku pindah tugas di kota ini, mungkin mulai sekarang kau akan sering bertemu dengan ku,” jawab Noah bangga.Jeff mendengus pelan, “Pulanglah, kau mengganggu pekerjaan ku,” usir Jeff secara terang-terangan.Noah menganga tidak percaya, pria lajang yang hampir berkepala empat itu mengusirnya secara terang-teraangan, “Kau mengusirku? Bahkan kau tidak memberiku minum,” rengut Noah kesal.“Minumlah di rumah, aku tidak ada waktu untuk meladeni mu. Urusan ku dengan mu hanya tentang kesehatan tuan,” ucap Jeff tak peduli.Jeff bahkan tak melihat Noah saat berbicara de
"Kau mengenal pria bernama Noah?" "Noah?" Lucas tampak berpikir, mengingat nama yang terdengar tidak asing di pendengarannya."Dia adalah putra dari dokter pribadi Arion, jika aku tidak salah ingat," seru Lucas setelah mengingat pernah mendengar nama tersebut."Sekarang dia dokter pribadi Arion," balas Azalea.Kening Lucas berkerut saat mendengar Azalea mengatakan hal itu, "Maksud mu?""Iya, sebelum kau tiba pria bernama Noah itu menghampiri ku," jawab Azalea menjawab kebingungan Lucas."Dia menganggap ku sebagai Elena, dan--" sengaja ia menggantungkan ucapannya, sambil menatap pada Lucas."Kau mengaku sebagai Elena?" tebak Lucas yang mendapatkan anggukan kepala Azalea."Bodoh! Bagaimana bisa kau lakukan itu? Jika Arion tahu rencana kita akan gagal!" pekik Lucas karena Azalea melakukan tindakan di luar rencana mereka.Azalea sedikit terkejut, "Apa maksud mu, seharusnya kau merasa bangga aku melakukan itu," kesal Azalea.Ia pikir Lucas akan senang karena ia bertindak demikian, tapi t
"Elena!" "Elena? Apa Elena ada disini?" batin Azalea.Wanita muda bermata coklat itu tak langsung melangkah masuk saat mendengar nama sang kakak disebutkan.Derap langkah yang semakin mendekat seirama dengan jantungnya yang berdegup kencang."Elena, kau Elena kan?" tanya seorang pria yang sama sekali tak Azalea kenal.Azalea berpikir sejenak, ia menoleh serta menelisik wajah pria yang tengah berdiri dihadapannya ini sebelum menjawab, "Iya, aku Elena,"Mengingat bagaimana Tuan dan Nyonya Mauren yang tidak menunjukkan Elena maupun Azalea pada publik, membuat orang-orang tak banyak yang tahu wajah dua wanita bersaudara itu."Emh, maaf. Kau sendiri siapa?" tanya Azalea yang mengakui dirinya sebagai sang kakak, Elena."Ah, Maaf. Sebelum itu perkenalkan aku Noah, dokter pribadi Arion," ucap Noah sedikit canggung.Pria berwajah garang yang ramah itu mengulurkan tangan dan disambung hangat oleh Azalea yang ia anggap Elena."Dokter pribadi? Apa Arion mengidap suatu penyakit?" batin Azalea.Az
"Data apa ini?" tanya Arion setelah melihat banyaknya berkas yang Vero bawa.Sementara wanita lajang yang bernama Vero itu menahan napas melihat adegan yang terlalu romantis di depan matanya."Teganya mereka melakukan ini di hadapan ku, bukankah bisa dilakukan dikamar saja," batin Vero kembali menjerit.Setiap detik dan menit yang berlalu begitu membunuhnya, Vero akui mereka memang pasangan baru yang masih romantis romantis nya tapi tidak sampai pangku-pangkuan di depannya juga."Aku perlu mengetahui hal-hal tentang perusahaan selama beberapa tahun ini," jawab Elena.Arion mengangguk paham, tapi ia kembali bertanya, "Untuk apa? Bukankah kau hanya Direktur Operasional?" "Arion, aku memang direktur operasional. Tapi, sebagai pewaris berikutnya tentu aku harus tahu semua ini," balas Elena lembut.Yang bernapas lega bukan Arion, melainkan Vero yang sedari tadi berperang dengan batinnya sendiri."Ah, dia masih menyebut nama. Tidak sampai tahap menyebut dengan kata sweet atau sejenisnya,"
“Aku mohon, Arion. Hanya kau yang bisa membantu kami,” mohon Tuan Miller saat itu.Arion memandang datar pria yang usianya sudah tak muda lagi, sebentar lagi pria itu akan menjadi mertuanya karena ayah dari Elena calon istrinya.“Apa jaminan yang akan kau berikan jika aku membantu mu?” tanya Arion.Setiap ucapan yang keluar dari mulut Arion penuh penekanan, pria itu tak memandang siapa lawan bicaranya saat ini. Ia tetap tegas seperti biasanya.“Aku akan mempercepat kenaikan jabatan Elena sesuai permintaan mu,” jawab Tuan Miller.Walaupun Elena pewaris satu-satunya, tapi melihat adanya Azalea membuat Arion merasa posisi Elena akan terancam. Maka dari itu, ia sering menanyakan kapan grup Mauren akan menjadi milik Elena seutuhnya.“Apa aku bisa mempercayai ucapan mu?” tanya Arion lagi.Terdengar jelas nada ragu dari setiap kata yang keluar dari mulut Arion, tapi kembali Tuan Miller meyakinkan.“Aku janji, setelah pernikahan kalian. Elena akan segera memegang grup Mauren sepenuhnya,” bala
"Kau cemburu?"Arion menatap lekat wajah sang istri yang terlihat begitu kesal."Iya!" balas singkat Elena.Arion terkekeh, merasa lucu melihat wajah cemburu Elena. Ia menghampiri Elena yang sudah duduk dan mulai menyalakan layar monitor di depannya."Kau cemburu pada wanita tadi?" tanya Arion.Pria berahang tegas itu menarik kursi yang Elena duduki dan memutar kursi tersebut hingga menghadapnya.Elena memutar bola matanya malas, "Iya, suamiku. Ku harap kau menjauh dari parasit itu," ucap Elena yang menekan setiap kata, bahkan ia mengatakan parasit bagi wanita yang membuat dirinya kesal.Alis Arion terangkat, "Bagaimana dengan asisten mu? Apa dia bukan wanita?" ejek Arion.Elena memalingkan wajahnya, baru menyadari bahwa asistennya sendiri Vero juga wanita."Tatap aku," Saat kembali berbalik, wajah Arion sudah berada di depannya. Bahkan hidung mereka saling beradu saking dekatnya jarak diantara keduanya.Arion memiringkan kepala, membuat dua benda kenyal itu saling menempel dan membu
"Azalea?" Arion mengernyit heran mendengar cerita sang istri, bagaimana mungkin Azalea ikut andil besar dalam pembagian kekuasaan itu."Iya, Mama mengatakan jika aku menjabat sebagai Presdir setidaknya Azalea harus memiliki nama juga atas perusahaan Mauren," tutur Elena.Jujur, dalam hati Elena juga merasa kesal dan dongkol. Semua orang tahu Azalea bukan bagian dari keluarga Mauren, wanita itu hanya keponakan ibunya yang dianggap sebagai keluarga dekat."Lalu, apa jawaban Papa?" "Papa akan mempertimbangkan jika Azalea sudah bergabung di grup Mauren,"Arion menghentikan mobil saat mereka ternyata sudah sampai di parkiran, "Jadi ini alasan mu agar memintanya bekerja bersama mu?"Elena melipat bibirnya, menatap Arion dengan kedua alis terangkat "Iya," balasnya singkat.Tentu Elena takkan mengatakan rencana sebenarnya. Ia akan melakukan pembalasan dengan pelan dan halus yang akan mengubur Azalea pelan-pelan."Ayo turun," Elena turun terlebih dahulu.Disusul Arion yang ikut turun juga, m
"Bibi, kau bisa ikut dengan ku untuk ke kantor," ucap Lucas tiba-tiba.Meja makan yang awalnya biasa saja menjadi mulai terasa berbeda saat keponakan sialan mereka itu berbicara."Arah kantor ku dan kantor mu satu arah bukan?" lanjutnya lagi.Elena menghela napas, semakin tidak tahu diri saja manusia dihadapkan nya ini. Ia melirik sang suami yang nampak santai dan tak ada beban.Berbeda dengan dirinya yang penuh dengan drama, "Terimakasih atas tawaran mu, aku bisa bersama suami ku," jawab Elena pada akhirnya.Elena paham kenapa suaminya ini tiba-tiba mengambil cuti, sepertinya pria itu sudah memprediksi akan terjadi hal ini. Mengingat mobil Elena yang masih dalam perbaikan, padahal mobil mereka banyak.Mendengar jawaban tersebut, Lucas menoleh pada sang paman, "Oh bukankah kantor kalian tidak satu arah?" sinis Lucas.Rasanya Arion ingin melayangkan tinju terbaiknya pada pria bernama Lucas ini. Sepertinya pria itu masih belum puas dengan peringatan yang sering Arion berikan."Lalu, apa