Elena bangun dari duduknya, seharian ini dirinya berada di grup Dominic.Walaupun di sana, Elena tetap mengerjakan tugasnya karena selalu ada Jeff yang membantunya.Kini dirinya bersiap untuk pulang, langit pun sudah berubah menjadi jingga, “Cukup melelahkan juga. Tapi untunglah ada Jeff yang membantu,” gumam Elena.Saat Elena keluar, bertepatan dengan Azalea yang berdiri di depan pintu dan hendak mengetuk pintu, “Eh, Ku kira kakak sudah pulang,” “Belum, aku baru akan pulang. Apa kau pulang sekarang?” tanya Elena.“Iya, apa kau mau pulang bersama ku?” tawar Azalea.Elena menunjukan wajah kecewa, “Sayangnya tidak bisa. Jeff sudah menunggu ku, kau tahu sendiri kan bagaimana Arion memantau ku,” ucap Elena dengan nada sedih.“Bagaimana jika kau ikut pulang ke rumah ku,” ajak Elena dengan wajah sumringah.“Emh, sepertinya lain kali saja, Kak. Aku sedang tidak ingin menginap,” tolak Azalea.Padahal malam ini Azalea ada janji bertemu dengan Lucas. Dan, Elena tahu itu sebab ia tak sengaja me
Elena bersiap untuk pergi ke hotel ElWay, hotel terakhir yang ia kunjungi saat acara lelang amal itu."Aku akan datang dalam beberapa menit," ucap Elena mengakhiri percakapan mereka di telepon.Setelah merasa dirinya rapi, Elena turun mengambil kunci mobilnya dan bersiap untuk pergi.Melihat Elena yang sudah rapi, tentu Jeff merasa heran karena tak ada jadwal penting malam ini, "Selamat malam, Nyonya," Elena tersenyum membalas sapaan Jeff, "Malam juga, Jeff" balas Elena.Jeff menanyakan kemana Elena akan pergi, "Maaf, Nyonya. Anda akan pergi kemana?"Elena terdiam sejenak mendengar pertanyaan Jeff, tidak mungkin ia katakan akan menemui seseorang, " Aku akan keluar untuk menemui Vero,"Elena beralibi, tapi hal itu tetap tak membuat Jeff langsung percaya, "Sebaiknya Nona Vero yang datang kemari, Nyonya,"Elena merasa kesulitan karena ia tidak boleh sampai terjebak dengan pertanyaan Jeff, "Tapi dia sudah menunggu ku,""Belum ada instruksi dari tuan bahwa anda keluar malam ini, Nyonya. S
Arion memutuskan untuk pulang lebih cepat, ia menolak untuk melakukan rawat inap."Selamat datang, Tuan," sapa Jeff saat melihat Arion keluar dari mobil."Hem. Apa Elena ada di rumah?" sahut Arion sambil berjalan memasuki rumah."Nyonya sejak pagi ada di dapur, Tuan," lapor Jeff.Memang sejak pagi Elena berada di dapur, gadis itu bertekad untuk bisa memasak."Baiklah, kau boleh kembali ke kantor," perintah Arion."Baik, Tuan,"Arion berjalan menuju dapur, ia melihat Elena masih berusaha dengan semua alat dapur.Teriknya panas matahari diluar tak mengurangi semangat Elena untuk bisa memasak."Tuan," sapa kepala pelayan yang melihat kehadiran Arion.Arion meletakan jari telunjuk nya di bibir, ia meminta kepala pelayan untuk tetap diam selagi dia memperhatikan Elena.Elena tampaknya tak terganggu dan masih fokus menunggu kue di panggangan nya matang."Waw, aku harap Arion bisa mencoba kue buatan ku ini," seru Elena.Elena duduk di kursi sambil menunggu kue nya matang.Sementara Arion mem
Setelah seharian menghabiskan waktu berdua bersama Elena, Arion berpamitan untuk pergi malam ini.Arion melirik jam di pergelangan tangan, “Aku harus pergi, kau tidak perlu menunggu ku,” ucap Arion.Arion bangkit dari duduknya sambil sedikit merapikan pakaiannya, Elena melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam.Elena bingung kemana perginya Arion malam-malam begini, “Kau mau kemana?” tanya Elena penasaran.“Aku ada urusan dengan seorang klien di bar,” tutur Arion.Elena mengangguk paham, ia tahu ada beberapa klien yang ingin melakukan pertemuan di sebuah bar.“Hati-hati, dan cepat pulang,” ucap Elena.Arion mengusap pucuk kepala Elena dan meninggalkan kecupan manis di dahi istrinya, “Aku akan segera kembali,” pamitnya sebelum benar-benar pergi.Arion keluar dengan langkah yang tegas dan berani. Aura nya terpancar begitu kuat menandakan bahwa ia seorang yang sangat disegani.“Cepat, Jeff. Jangan membuang waktu,”Wajah yang sebelumnya menampilkan senyum manis kini sud
Arion berjalan memasuki kamarnya, dilihat ternyata Elena sang istri sudah terlelap tidur.Arion sedikit menyibakkan rambut yang menutupi setengah wajah Elena, “Selamat malam,” seru Arion.Arion meninggalkan kecupan manis di kening Elena, membuat gadis itu sedikit terganggu dengan tidurnya.Pagi tiba, suara alarm mengganggu tidur Elena.“Emh, berisik sekali,” kesal Elena.Mata Elena masih terpejam saat mencari keberadaan benda yang menggangu tidur nyenyak nya.“Hoaamm,”Elena meregangkan otot-otot tubuh yang terasa kaku, ia menoleh pada Arion yang tidur di samping.“Tampan sekali suamiku,” gumam Elena.Elena membelai rambut tebal Arion, tiba-tiba tangan Arion menarik Elena ke dalam pelukan.“Aku tahu, aku tampan,” balas Arion.Wajah Elena memerah saat tahu bahwa Arion mendengar pujian nya barusan.“Lepaskan aku, kita harus ke kantor,” Arion memeluk erat tubuh Elena, membuat gadis itu tidak bisa bergerak.“Sebentar saja,” jawab Arion.Napas Arion yang teratur menerpa wajah Elena, bau m
Hari yang cerah kini sudah mulai tergantikan oleh awan yang mendung. Entah karena sudah sore atau mungkin akan segera turun hujan.Elena merapikan barang-barang kedalam tasnya dan bersiap pulang, "Kirim dokumen yang ku minta melalui surel," perintah Elena pada sekertaris perempuan di depannya."Baik, Nona," sahut sekertaris Elena."Kau boleh pergi," perintah Elena lagi.Elena melihat keluar jendela awan benar-benar akan segera menurunkan hujan, dengan langkah yang cepat Elena segera menuju mobilnya yang berada di parkiran."Semoga aku sampai sebelum turun hujan," harap Elena.Elena segera menginjak pedal gas melajukan mobil.Drrtttt...Ponsel Elena berdering, ia segera meraih earphone untuk menjawab panggilan."Halo," sapa Elena pada orang di sebrang sana.Terdengar suara yang sangat familiar, "Apa kau sudah pulang?" tanya seorang itu cemas yang tak lain adalah Arion.Elena tetap fokus melihat jalanan didepan, "Aku dijalan pulang," Arion menghela napas, "Astaga, mengapa kau tidak men
"Jika aku masih mencintaimu apa yang akan kau lakukan?" tantang Elena.Elena ingin melihat kebohongan apalagi yang akan diucapkan oleh Lucas.Lucas melirik Elena sebelum kembali fokus melihat jalanan, "Aku akan memperjuangkan mu walaupun harus melawan paman,"Elena terkesan dengan jawaban yang diberikan Lucas. Jawaban yang sama seperti yang pernah Elena dengar, satu kata bagi Elena untuk Lucas, Naif.Jika Elena tidak mengetahui yang sebenarnya, mungkin ia akan kembali termakan oleh ucapan manis Lucas."Walaupun aku sudah tidur dengan paman mu?" cetus Elena.Alis Elena terangkat dengan sudut bibir terangkat, ia menatap Lucas yang tiba-tiba nampak gugup.Lucas kembali menetralkan ekspresinya, "Tidak apa, karena kau mencintaiku," sahut Lucas."Sayangnya itu takkan terjadi," balas Elena sarkas."Aku tetap mencintai Arion apapun yang terjadi, dan untuk hubungan kita sebelumnya anggap saja aku sedang gila saat itu," sambung Elena.Mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya, gila. Berati El
"Apa Paman mengusir ku?" tanya Lucas tidak percaya.Setelah mencecar Lucas dengan mulut tajamnya bahkan tak mempersilahkan untuk duduk kini Arion meminta pria itu untuk pulang."Apa kau berniat untuk menginap disini?" tanya Arion, jelas itu adalah sindiran untuk Lucas."Tentu, diluar hujan deras. Apa Paman membiarkan ku pulang dengan keadaan hujan?" seru Lucas kembali bertanya.Arion tertawa mengejek mendengar keluhan Lucas, "Kau bukan kanak-kanak, untuk apa aku mengkhawatirkan mu?"Lucas menyunggingkan senyum melihat Arion yang tampak mengejek, "Jika kakek ada disini, pasti dia akan meminta ku untuk menginap," Ucapan Lucas membuat Arion menghentikan tawa, "Ini rumah ku, bukan rumah kakek mu!"Lucas memasukan kedua tangannya kedalam saku celana, "Tapi, bagaimana jika kakek tahu sikap mu yang seperti ini?" ancam Lucas.Lucas tahu jika menyangkut kakeknya, Tuan Damian. Maka Arion tak dapat berkutik lagi."Cih," Arion bangun dari duduknya dan berjalan menaiki tangga menuju kamar tanpa m
“Dasar Elena, ternyata di sini dia menyimpannya,”Vero menemukan berkas yang ia cari sebelumnya di meja yang masih ada di ruangan Elena, setelah menuliskan data yang ia perlukan Vero segera menelepon Elena untuk memberikan kabar.Saat mendapatkan telepon dari Vero yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan berkas itu, Elena merasa lega dan kembali menutup telepon.“Sudah ada?” tanya Arion, dan Elena mengangguk sebagai jawaban.Baru Elena akan bertanya lebih lanjut mengenai surat-surat rumah sakit yang ia temukan, Arion menyela ucapan Elena, “Aku harus kembali ke kantor, sekarang ada rapat penting,” pamit Arion.Sebelum pergi, ia tak lupa mengecup kening sang istri dan tersenyum, “Baiklah, hati-hati,” seru Elena sebelum Arion pergi.Setelah Arion pergi, Elena mencari keberadaan Bu Rah untuk menanyakan tentang surat rumah sakit itu. Elena yakin ada yang Arion sembunyikan dan membuat hatinya ada yang mengganjal, surat sebanyak itu tidak mungkin semuanya milik Jeff.Dan, untuk apa Jeff meny
Jeff dan Noah bernapas lega saat Arion membawa Elena menjauh dari sana, setelah beberapa saat mereka baru menyadari posisi mereka yang bisa saja membuat orang lain salah paham.Noah segera menjauh dari Jeff, dan pria itu segera membenarkan kembali pakaiannya yang terbuka, “Pulanglah, nanti aku akan mengantar Tuan ke rumah sakit, “ ucap Jeff sambil memalingkan wajahnya.Noah mengangguk dan keluar dari mobil menuju mobilnya sendiri, “Baiklah, aku pulang dulu,” pamit Noah sebelum pergi.Setelah Noah pergi, Jeff memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia yakin Arion akan lama jika sudah bersama Elena, maka dari itu ia akan kembali sendiri.Di ruang kerja Arion, adegan panas itu harus terhenti karena suara perut Elena yang minta untuk segera diisi, “Kau belum makan?” tanya Arion.Wajah Elena bersemu merah menahan malu, ia mengangguk pelan membuat Arion segera menggendongnya ala anak koala, “Arion, turunkan aku,” seru Elena yang malu.Apalagi saat bertemu dengan Bu Rah dan beberapa pelayan ia s
“Iya, iya maafkan aku,”Noah berucap pelan, baru saja Jeff mengomel padanya kini disusul Arion yang ikut melakukan hal yang sama. Ini memang kecerobohan dirinya, tapi ia malas mendengar ocehan dua orang itu.Setelah mendengar perkataan Arion yang cukup panjang, Noah barulah mulai memeriksa Arion. Bukan pemeriksaan berat, ini hanya pemeriksaan sederhana seperti mengecek tekanan darah dan irama jantung.“Lagi pula mana kutahu Elena ada di rumah,” gumam Noah yang masih menggerutu.Sementara dua orang di hadapannya ini nampak tak peduli dengan keluhan Noah, membuat pria itu hanya bisa mendengus membuang napas kesal.Setelah Arion pergi menyusul Noah, Elena baru ingat bahwa makanan yang ia beli belum sama sekali ia sentuh. Ia lekas pergi ke dapur untuk memakannya, sebelum Arion kembali.“Dimana makanan ku?” tanya Elena pada diri sendiri yang tidak melihat keberadaan makanan nya.Dari arah belakang, Bu Rah datang dengan kepala tertunduk. Saat Elena berbalik dan melihatnya, ia mengerutkan ke
“Jika bukan karena uang aku malas datang kesini,” gerutu Noah.Ya, itu hanya gerutuan semata saja. Dalam hati kecilnya, ia ingin sang sahabat segera sembuh dan terbebas dari penyakitnya.Noah turun dari mobilnya, ia baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran kediaman Arion. Lengkap dengan peralatan medis di tangannya, Noah segera melangkah untuk masuk.Akan tetapi, langkah Noah terhenti saat melihat mobil Elena yang terparkir, “Apa Elena ada di rumah?” tanya Noah pada diri sendiri.Tapi, ia kembali teringat dengan Arion yang tidak ingin Elena tahu masalah penyakitnya, mana mungkin wanita itu ada di rumah. Noah berpikir mungkin Elena bekerja di antar supir dan tidak membawa mobil.Ia kembali melangkahkan masuk, dan saat masuk Bu Rah menyambutnya. Bu Rah yang sudah tahu akan kedatangan Noah segera mempersilahkan pria itu untuk duduk, tak lupa ia juga menyajikan minuman untuk tamu tuannya.Sementara itu, Elena baru saja berganti pakaian dan keluar dari kamar. Dari lantai dua ia bisa meli
Hari libur yang singkat itu telah berlalu, semua orang sudah disibukkan kembali dengan pekerjaan mereka. Begitu pula dengan Elena, sejak pagi ia sudah berkutat dengan layar di depannya dan menghadiri berbagai rapat.Saat ini ia tengah fokus dengan semua berkas yang perlu di tandatangani, namun fokusnya teralihkan saat ada seorang yang masuk.Wanita lajang yang hampir setiap hari berada di sisinya itu masuk dengan membawa laptop di tangannya, “El, berkas tentang ibumu itu kau ada menyimpan nya? Aku butuh untuk mencocokan dengan data ini, sebelumnya aku lupa membuat salinan,” seru Vero.Elena terdiam, mengingat-ingat sejenak sambil jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja, “ Aku lupa, sepertinya aku menyimpan di sini,” ucap Elena.Ia kemudian membuka satu persatu laci yang ada di sekitarnya, kiranya ia menyimpan berkas yang Vero cari. Akan tetapi nihil, sepertinya berkas itu tak ada di ruangan Elena.Vero ikut membantu mencarinya, setelah beberapa saat mereka masih belum menemukan tumpukan
“Kau darimana? Apa yang terjadi padamu,” tanya Azalea dengan khawatir saat melihat keadaan Lucas.Lucas datang ke taman tersebut tak sendirian, ia sudah tahu rencana Elena dan Arion yang akan jalan-jalan kesana. Hingga dengan sengaja ia mengajak Azalea untuk berjalan-jalan kesana.Azalea begitu khawatir saat melihat Lucas kembali dengan kesakitan dan memegangi perutnya, sebelumnya pria itu pergi untuk membelikan ice cream untuk Azalea.Lucas menghindar dan menggeleng saat Azalea akan memegang wajahnya yang lebam, “Aku baik-baik saja. Ayo kita pulang,” ucap Lucas yang berjalan ke arah parkiran.“Tapi, Lucas. Kita baru tiba,” ucap Azalea dengan lesu.Mereka baru saja tiba-tiba beberapa menit yang lalu, namun belum sempat menikmati bunga-bunga yang tengah bermekaran itu. Lucas sudah mengajaknya untuk kembali.Lucas mendengus kesal saat mendengar Azalea merengek, “Kau tidak melihat keadaan ku, Hagh! Pergilah sendiri,” ucap Lucas dengan kesal.Ia langsung masuk mobil dan meninggalkan Azale
“Lucas? Sedang apa kau disini?”Elena menatap tidak percaya, saat ini dirinya sedang menikmati liburan akhir pekan bersama suaminya, Arion. Keduanya berada di sebuah taman bunga tulip yang terkenal di kota.Dan, hal yang tidak ia sangka adalah bertemu dengan Lucas. Pria itu berdiri dengan berani tak jauh darinya, sementara Arion tengah membeli makanan untuk Elena. Bahkan suaminya itu rela untuk mengantri demi membawakan makanan yang ia inginkan.Lucas semakin mendekat dan berdiri tak jauh dari Elena berada, “Mungkin kita memang jodoh, terus saja dipertemukan,” ucap Lucas sambil menaiki turunkan alisnya.Elena mendengus kesal dan membuang muka ke sembarang arah. Akan tetapi ia kemudian tersenyum, inilah kesempatan lain yang akan ia gunakan untuk membalaskan dendam selama ini pada Lucas. Pelan-pelan saja, tidak perlu terburu-buru.Elena berbalik menatap Lucas sambil tersenyum, membuat pria itu mengerutkan keningnya, “Ah, iya kau benar. Kita sepertinya memang jodoh,” ucap Elena dan mende
Elena benar-benar di buat terkejut dengan pemandangan di depannya, ruangan yang biasanya tersimpan banyak berkas di meja kini sudah berubah seketika.Gorden menutupi kaca-kaca besar itu, ada sebuah meja dengan lilin aroma dan bunga yang menghiasinya. Elena masih berdiri mematung, “Arion, ini—““Ayo, kita makan siang bersama,” ucap Arion sambil mengulurkan tangannya.Suasananya begitu temaran, bahkan Elena hampir lupa bahwa ini masih siang hari. Elena membalas uluran tangan sang suami, dan berjalan bersama pria itu.Arion menarik kursi untuk Elena duduk, memperlakukan lembut wanita itu layaknya seorang ratu. Senyuman bahkan terus terukir di wajah kakunya.Setelah memastikan Elena merasa nyaman, ia duduk di kursi yang ada di sebrang Elena. Berhadapan dengan istrinya, Arion menggenggam tangan mungil Elena.Hal itu membuat Elena mendongak menatap heran ke arahnya, “Maafkan aku, untuk yang kemarin. Aku tidak berniat membohongi mu, tapi aku lupa memberitahu mu,” ucap Arion pelan.Elena terd
“Apa yang masih bekerja di kediaman Mauren sekarang tak ada yang mengenal wanita ini?” Elena menggeleng pelan, ia tidak yakin mereka masih mengenal wanita yang ia cari, “Aku tidak kenal dengan para pelayan di rumah. Pengasuh ku yang dulu sudah pergi entah kemana,” jawab Elena dengan lesu.Dua hari telah berlalu, Elena telah menyelesaikan tugasnya di kota Gotham. Dan, sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang.Baru Elena akan memejamkan mata, merasa kantuk mulai mendera. Padahal matahari masih begitu terik, akan tetapi ia sudah mengantuk. Ponsel Elena berdering, membuatnya urung untuk memejamkan mata, “Arion?” gumam Elena.“Halo, Sayang...” sapa Arion dengan manja di balik telepon.Elena terkekeh pelan mendengar suara Arion yang begitu manja, sementara Vero yang mendengar nya menunjukkan ekspresi mual membuat Elena memukul kepalanya pelan.“Iya, kenapa Sayang?” balas Elena.“Kau pulang hari ini kan?” tanya Arion.Elena mengerutkan kening, merasa tidak biasanya Arion bertanya dem