Vero mengatakan bahwa salah satu dari wartawan tersebut adalah suruhan Nyonya Lia."Bagaimana kau bisa yakin itu suruhan ibuku?" tanya Elena masih tidak percaya."Kau meminta ku untuk mencari tahu asal mereka bukan?" tanya balik Vero dan diangguki Elena."Aku mencari tahu mereka mendapatkan informasi darimana, sebagian adalah suruhan adikmu, tapi ada satu wartawan yang merupakan suruhan ibumu," sambung Vero."Aku bisa yakin karena aku bertanya padanya langsung," tambah Vero lagi yang membuat Elena menatapnya."Kau menemuinya?""Ya. Dan dia mengatakan dengan jujur, tapi tenang saja. Aku memintanya untuk bungkam,""Baiklah, kau boleh keluar. Lanjutkan kembali pekerjaan mu," titah Elena sambil mengibaskan tangannya.Vero mendengus, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Elena.Elena menyandarkan punggungnya, notifikasi pesan di ponselnya membuat ia meraih kembali ponsel tersebut."Siapa dia? Apakah Lucas?" gumam Elena.Jarinya mengetik sebuah balasan, "Dimana tepatnya?" tanya Elena.Tak lam
"Kali ini kau tidak perlu ikut," Arion menghentikan langkah nya saat akan pergi. Jeff menatap bingung pada boss nya, "Kenapa tuan?"Arion nampak berpikir sejenak, "Kau jaga Istriku, dan pantau dia selama aku pergi. Aku akan menanyakan apa saja yang dilakukannya selama aku tidak ada," jawabannya kemudian.Jeff mengangguk paham dan membiarkan Arion pergi.Kali ini Arion sengaja pergi ke luar kota dengan menyetir mobil sendiri. Walaupun ia terkesan tidak peduli, tapi ia sangat mengkhawatirkan Elena."Hati-hati di jalan, Tuan," seru Jeff sebelum Arion benar-benar pergi.Arion mengemudi dengan tenang, hembusan angin yang menerpa wajahnya menjadi teman perjalan Arion.Jarak yang ia tempuh tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu tiga jam perjalanan saja. Tapi, ia tidak mengatakan tujuan sebenarnya pada Elena.Di kursi penumpang terlampir secarik kertas yang bertuliskan namanya dan riwayat penyakit yang ia derita.Kertas itu tersorot oleh sinar matahari sore yang berwarna jingga, membuat tuli
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya Arion sampai di tempat tujuan.Sebuah tempat bernuansa putih dengan bau obat yang menyeruak dimana-mana menunjukan gambaran tempat saat ini dirinya berada."Selamat malam, ada yang bisa kami bantu?" seru seorang resepsionis.Arion menurunkan kacamata hitam yang sedari tadi bertengger di hidungnya."Ah, Tuan Dominic. Silahkan, Dokter ada di ruangannya. Beliau sudah berpesan sebelumnya," ucap resepsionis tersebut yang sudah mengenal Arion.Arion mengangguk dan berjalan meninggalkan meja resepsionis menuju ruangan Dokter.Saat akan masuk, langkah Arion terhenti."Tolong, Dok! Tolong selamatkan ibu saya!" seru seorang remaja laki-laki yang bersimpuh dikaki dokter."Hidupkan kembali ibu saya, dok! Katanya anda dokter hebat!" jeritnya lagi sambil mengguncangkan bahu dokter tersebut.Arion seperti terbawa ke sebuah peristiwa yang sama. Peristiwa kelam yang pernah terjadi di hidupnya."Dokter bodoh! Jangan katakan dirimu dokter jika kau tidak
“Baiklah, hati-hati dijalan,” ucap Elena sebelum Vero masuk kedalam mobil.Vero langsung menyalakan mesin mobil, “bagaimana dengan Lucas?” tanya Elena.Elena baru saja teringat dengan keponakan nya itu. “Dia baru saja kembali,” jawab Vero singkat. Tidak banyak informasi tentang Lucas saat ini, karena pria itu benar-benar menghilang setelah beberapa hari yang lalu.Elena mengangguk paham, ia kembali masuk kedalam setelah Vero pergi.Elena membaringkan kembali tubuhnya dan bersiap untuk tidur. Namun, kegiatan tidur nya kembali terganggu saat ponselnya menyala.Ada sebuah notifikasi di sana, “Kau yakin tidak ingin menemui ku?” isi pesan itu.Elena cukup kesal karena pesan itu seakan terus memberikan ancaman baginya, “Kau siapa?” balas Elena.Ia juga cukup penasaran dengan pesan misterius itu. Masih dari orang sama yang mengajaknya untuk bertemu tadi, dan bagaimana bisa ia mendapatkan nomor pribadi Elena.“Tidak penting aku siapa, aku punya banyak rahasia mu,” ucap pesan itu lagi.“Aku
Pagi berikutnya, Elena sudah disibukkan dengan kegiatan paginya yang bersiap pergi ke kantor.Ponselnya berdering menandakan ada notifikasi pesan masuk, dengan bersemangat Elena membuka pesan tersebut berharap itu dari suaminya.“Jika kau ingin tahu rahasia yang kumiliki. Maka temui aku di hotel ElWay, kamar nomor 209 besok malam!”Lagi, pesan dari seorang misterius itu yang Elena dapatkan.Elena mendengus , “Apa yang dia mau sebenarnya,” gumam Elena sambil memasukkan ponselnya kedalam tas.Selera makan nya hilang seketika dan ia hanya mengambil sepotong roti tanpa meminum susu hangat yang sudah tersaji.“Selamat pagi, Nyonya,” sapa Jeff yang sudah berdiri di depan pintu.“Hem... Pagi juga, Jeff,” balas Elena dengan lesu.Tiga hari ini Elena selalu berangkat bekerja dengan diantar oleh Jeff, alasannya karena perintah Arion.Sedangkan pria yang bernama Arion itu sama sekali tak memberinya kabar selama tiga hari, bahkan pesan yang Elena kirim tak dibaca apalagi dibalas.Jeff mulai melaj
Pintu ruangan Arion terdengar diketuk, Elena yang sedang sibuk dengan ponsel sedikit menegakkan kepalanya, “Masuk!”Tak lama setelah Elena bicara, pintu didorong dan menampilkan seseorang yang sedari tadi Elena tunggu kehadirannya.Azalea berjalan menghampiri Elena dengan secangkir kopi yang ia bawa, “Pagi, Kak,” sapa Azalea.Elena membalas sapaan Azalea, tak lupa ia juga tersenyum, “Pagi juga, Lea,” balas Elena.Lea, panggilan yang sering Elena sebutkan untuk adik tercintanya itu. Jauh sebelum ia mengalami semua peristiwa yang membuat Elena muak memanggil dengan sebutan itu.Azalea menyodorkan secangkir kopi tersebut, “Minumlah, Kak. Aku sengaja membuatnya khusus untuk mu,” Elena meraih cangkir tersebut, dan mempersilahkan Azalea untuk duduk di bangku yang ada dihadapan nya, “Terimakasih. Duduklah,”Azalea duduk masih dengan senyuman manisnya, Elena pun tak kalah memberikan senyuman terindah nya pagi ini.“Sedang apa kakak disini? Bukankah Kak Arion sedang melakukan perjalanan bisni
Elena bangun dari duduknya, seharian ini dirinya berada di grup Dominic.Walaupun di sana, Elena tetap mengerjakan tugasnya karena selalu ada Jeff yang membantunya.Kini dirinya bersiap untuk pulang, langit pun sudah berubah menjadi jingga, “Cukup melelahkan juga. Tapi untunglah ada Jeff yang membantu,” gumam Elena.Saat Elena keluar, bertepatan dengan Azalea yang berdiri di depan pintu dan hendak mengetuk pintu, “Eh, Ku kira kakak sudah pulang,” “Belum, aku baru akan pulang. Apa kau pulang sekarang?” tanya Elena.“Iya, apa kau mau pulang bersama ku?” tawar Azalea.Elena menunjukan wajah kecewa, “Sayangnya tidak bisa. Jeff sudah menunggu ku, kau tahu sendiri kan bagaimana Arion memantau ku,” ucap Elena dengan nada sedih.“Bagaimana jika kau ikut pulang ke rumah ku,” ajak Elena dengan wajah sumringah.“Emh, sepertinya lain kali saja, Kak. Aku sedang tidak ingin menginap,” tolak Azalea.Padahal malam ini Azalea ada janji bertemu dengan Lucas. Dan, Elena tahu itu sebab ia tak sengaja me
Elena bersiap untuk pergi ke hotel ElWay, hotel terakhir yang ia kunjungi saat acara lelang amal itu."Aku akan datang dalam beberapa menit," ucap Elena mengakhiri percakapan mereka di telepon.Setelah merasa dirinya rapi, Elena turun mengambil kunci mobilnya dan bersiap untuk pergi.Melihat Elena yang sudah rapi, tentu Jeff merasa heran karena tak ada jadwal penting malam ini, "Selamat malam, Nyonya," Elena tersenyum membalas sapaan Jeff, "Malam juga, Jeff" balas Elena.Jeff menanyakan kemana Elena akan pergi, "Maaf, Nyonya. Anda akan pergi kemana?"Elena terdiam sejenak mendengar pertanyaan Jeff, tidak mungkin ia katakan akan menemui seseorang, " Aku akan keluar untuk menemui Vero,"Elena beralibi, tapi hal itu tetap tak membuat Jeff langsung percaya, "Sebaiknya Nona Vero yang datang kemari, Nyonya,"Elena merasa kesulitan karena ia tidak boleh sampai terjebak dengan pertanyaan Jeff, "Tapi dia sudah menunggu ku,""Belum ada instruksi dari tuan bahwa anda keluar malam ini, Nyonya. S
“Dasar Elena, ternyata di sini dia menyimpannya,”Vero menemukan berkas yang ia cari sebelumnya di meja yang masih ada di ruangan Elena, setelah menuliskan data yang ia perlukan Vero segera menelepon Elena untuk memberikan kabar.Saat mendapatkan telepon dari Vero yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan berkas itu, Elena merasa lega dan kembali menutup telepon.“Sudah ada?” tanya Arion, dan Elena mengangguk sebagai jawaban.Baru Elena akan bertanya lebih lanjut mengenai surat-surat rumah sakit yang ia temukan, Arion menyela ucapan Elena, “Aku harus kembali ke kantor, sekarang ada rapat penting,” pamit Arion.Sebelum pergi, ia tak lupa mengecup kening sang istri dan tersenyum, “Baiklah, hati-hati,” seru Elena sebelum Arion pergi.Setelah Arion pergi, Elena mencari keberadaan Bu Rah untuk menanyakan tentang surat rumah sakit itu. Elena yakin ada yang Arion sembunyikan dan membuat hatinya ada yang mengganjal, surat sebanyak itu tidak mungkin semuanya milik Jeff.Dan, untuk apa Jeff meny
Jeff dan Noah bernapas lega saat Arion membawa Elena menjauh dari sana, setelah beberapa saat mereka baru menyadari posisi mereka yang bisa saja membuat orang lain salah paham.Noah segera menjauh dari Jeff, dan pria itu segera membenarkan kembali pakaiannya yang terbuka, “Pulanglah, nanti aku akan mengantar Tuan ke rumah sakit, “ ucap Jeff sambil memalingkan wajahnya.Noah mengangguk dan keluar dari mobil menuju mobilnya sendiri, “Baiklah, aku pulang dulu,” pamit Noah sebelum pergi.Setelah Noah pergi, Jeff memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia yakin Arion akan lama jika sudah bersama Elena, maka dari itu ia akan kembali sendiri.Di ruang kerja Arion, adegan panas itu harus terhenti karena suara perut Elena yang minta untuk segera diisi, “Kau belum makan?” tanya Arion.Wajah Elena bersemu merah menahan malu, ia mengangguk pelan membuat Arion segera menggendongnya ala anak koala, “Arion, turunkan aku,” seru Elena yang malu.Apalagi saat bertemu dengan Bu Rah dan beberapa pelayan ia s
“Iya, iya maafkan aku,”Noah berucap pelan, baru saja Jeff mengomel padanya kini disusul Arion yang ikut melakukan hal yang sama. Ini memang kecerobohan dirinya, tapi ia malas mendengar ocehan dua orang itu.Setelah mendengar perkataan Arion yang cukup panjang, Noah barulah mulai memeriksa Arion. Bukan pemeriksaan berat, ini hanya pemeriksaan sederhana seperti mengecek tekanan darah dan irama jantung.“Lagi pula mana kutahu Elena ada di rumah,” gumam Noah yang masih menggerutu.Sementara dua orang di hadapannya ini nampak tak peduli dengan keluhan Noah, membuat pria itu hanya bisa mendengus membuang napas kesal.Setelah Arion pergi menyusul Noah, Elena baru ingat bahwa makanan yang ia beli belum sama sekali ia sentuh. Ia lekas pergi ke dapur untuk memakannya, sebelum Arion kembali.“Dimana makanan ku?” tanya Elena pada diri sendiri yang tidak melihat keberadaan makanan nya.Dari arah belakang, Bu Rah datang dengan kepala tertunduk. Saat Elena berbalik dan melihatnya, ia mengerutkan ke
“Jika bukan karena uang aku malas datang kesini,” gerutu Noah.Ya, itu hanya gerutuan semata saja. Dalam hati kecilnya, ia ingin sang sahabat segera sembuh dan terbebas dari penyakitnya.Noah turun dari mobilnya, ia baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran kediaman Arion. Lengkap dengan peralatan medis di tangannya, Noah segera melangkah untuk masuk.Akan tetapi, langkah Noah terhenti saat melihat mobil Elena yang terparkir, “Apa Elena ada di rumah?” tanya Noah pada diri sendiri.Tapi, ia kembali teringat dengan Arion yang tidak ingin Elena tahu masalah penyakitnya, mana mungkin wanita itu ada di rumah. Noah berpikir mungkin Elena bekerja di antar supir dan tidak membawa mobil.Ia kembali melangkahkan masuk, dan saat masuk Bu Rah menyambutnya. Bu Rah yang sudah tahu akan kedatangan Noah segera mempersilahkan pria itu untuk duduk, tak lupa ia juga menyajikan minuman untuk tamu tuannya.Sementara itu, Elena baru saja berganti pakaian dan keluar dari kamar. Dari lantai dua ia bisa meli
Hari libur yang singkat itu telah berlalu, semua orang sudah disibukkan kembali dengan pekerjaan mereka. Begitu pula dengan Elena, sejak pagi ia sudah berkutat dengan layar di depannya dan menghadiri berbagai rapat.Saat ini ia tengah fokus dengan semua berkas yang perlu di tandatangani, namun fokusnya teralihkan saat ada seorang yang masuk.Wanita lajang yang hampir setiap hari berada di sisinya itu masuk dengan membawa laptop di tangannya, “El, berkas tentang ibumu itu kau ada menyimpan nya? Aku butuh untuk mencocokan dengan data ini, sebelumnya aku lupa membuat salinan,” seru Vero.Elena terdiam, mengingat-ingat sejenak sambil jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja, “ Aku lupa, sepertinya aku menyimpan di sini,” ucap Elena.Ia kemudian membuka satu persatu laci yang ada di sekitarnya, kiranya ia menyimpan berkas yang Vero cari. Akan tetapi nihil, sepertinya berkas itu tak ada di ruangan Elena.Vero ikut membantu mencarinya, setelah beberapa saat mereka masih belum menemukan tumpukan
“Kau darimana? Apa yang terjadi padamu,” tanya Azalea dengan khawatir saat melihat keadaan Lucas.Lucas datang ke taman tersebut tak sendirian, ia sudah tahu rencana Elena dan Arion yang akan jalan-jalan kesana. Hingga dengan sengaja ia mengajak Azalea untuk berjalan-jalan kesana.Azalea begitu khawatir saat melihat Lucas kembali dengan kesakitan dan memegangi perutnya, sebelumnya pria itu pergi untuk membelikan ice cream untuk Azalea.Lucas menghindar dan menggeleng saat Azalea akan memegang wajahnya yang lebam, “Aku baik-baik saja. Ayo kita pulang,” ucap Lucas yang berjalan ke arah parkiran.“Tapi, Lucas. Kita baru tiba,” ucap Azalea dengan lesu.Mereka baru saja tiba-tiba beberapa menit yang lalu, namun belum sempat menikmati bunga-bunga yang tengah bermekaran itu. Lucas sudah mengajaknya untuk kembali.Lucas mendengus kesal saat mendengar Azalea merengek, “Kau tidak melihat keadaan ku, Hagh! Pergilah sendiri,” ucap Lucas dengan kesal.Ia langsung masuk mobil dan meninggalkan Azale
“Lucas? Sedang apa kau disini?”Elena menatap tidak percaya, saat ini dirinya sedang menikmati liburan akhir pekan bersama suaminya, Arion. Keduanya berada di sebuah taman bunga tulip yang terkenal di kota.Dan, hal yang tidak ia sangka adalah bertemu dengan Lucas. Pria itu berdiri dengan berani tak jauh darinya, sementara Arion tengah membeli makanan untuk Elena. Bahkan suaminya itu rela untuk mengantri demi membawakan makanan yang ia inginkan.Lucas semakin mendekat dan berdiri tak jauh dari Elena berada, “Mungkin kita memang jodoh, terus saja dipertemukan,” ucap Lucas sambil menaiki turunkan alisnya.Elena mendengus kesal dan membuang muka ke sembarang arah. Akan tetapi ia kemudian tersenyum, inilah kesempatan lain yang akan ia gunakan untuk membalaskan dendam selama ini pada Lucas. Pelan-pelan saja, tidak perlu terburu-buru.Elena berbalik menatap Lucas sambil tersenyum, membuat pria itu mengerutkan keningnya, “Ah, iya kau benar. Kita sepertinya memang jodoh,” ucap Elena dan mende
Elena benar-benar di buat terkejut dengan pemandangan di depannya, ruangan yang biasanya tersimpan banyak berkas di meja kini sudah berubah seketika.Gorden menutupi kaca-kaca besar itu, ada sebuah meja dengan lilin aroma dan bunga yang menghiasinya. Elena masih berdiri mematung, “Arion, ini—““Ayo, kita makan siang bersama,” ucap Arion sambil mengulurkan tangannya.Suasananya begitu temaran, bahkan Elena hampir lupa bahwa ini masih siang hari. Elena membalas uluran tangan sang suami, dan berjalan bersama pria itu.Arion menarik kursi untuk Elena duduk, memperlakukan lembut wanita itu layaknya seorang ratu. Senyuman bahkan terus terukir di wajah kakunya.Setelah memastikan Elena merasa nyaman, ia duduk di kursi yang ada di sebrang Elena. Berhadapan dengan istrinya, Arion menggenggam tangan mungil Elena.Hal itu membuat Elena mendongak menatap heran ke arahnya, “Maafkan aku, untuk yang kemarin. Aku tidak berniat membohongi mu, tapi aku lupa memberitahu mu,” ucap Arion pelan.Elena terd
“Apa yang masih bekerja di kediaman Mauren sekarang tak ada yang mengenal wanita ini?” Elena menggeleng pelan, ia tidak yakin mereka masih mengenal wanita yang ia cari, “Aku tidak kenal dengan para pelayan di rumah. Pengasuh ku yang dulu sudah pergi entah kemana,” jawab Elena dengan lesu.Dua hari telah berlalu, Elena telah menyelesaikan tugasnya di kota Gotham. Dan, sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang.Baru Elena akan memejamkan mata, merasa kantuk mulai mendera. Padahal matahari masih begitu terik, akan tetapi ia sudah mengantuk. Ponsel Elena berdering, membuatnya urung untuk memejamkan mata, “Arion?” gumam Elena.“Halo, Sayang...” sapa Arion dengan manja di balik telepon.Elena terkekeh pelan mendengar suara Arion yang begitu manja, sementara Vero yang mendengar nya menunjukkan ekspresi mual membuat Elena memukul kepalanya pelan.“Iya, kenapa Sayang?” balas Elena.“Kau pulang hari ini kan?” tanya Arion.Elena mengerutkan kening, merasa tidak biasanya Arion bertanya dem