Anne ragu melihat kebaikan dari Raya. Entah kenapa perasaannya tidak enak karena Raya baik kepadanya bukannya tidak suka tapi melihat sifat Raya yang sebelumnya membuat Anne ragu mendengarkan apa yang Raya katakan. "Jangan takut, gue baik dengan lo. Lagian, Danda juga suka dengan abalon ini. Makan saja, Danda sayang mau tidak coba ini. Tante ini mau nyuapin kamu, bukannya dia mau jadi Mama kamu, jadi kamu tidak menolak jika dia mau kasih kamu ini. Ini kerang lo Sayang. Kamu boleh makan kerang selain udang. Kamu tahu, dia alergi udang jangan kamu kasih dia udang paham kamu," dusta Raya yang membuat Anne terkejut karena di piring Danda ada udang. "Bu-bukannya itu yang pesan papanya, kenapa dipesan juga. Sini, Sayang jangan makan itu," ucap Anne yang menarik piring Danda yang ada udangnya. "Tapi, ini sudah Papa pesan Ma. Nanti Papa marah." Danda mengatakan kalau makanan yang di depannya sudah dipesan oleh Darren. "Tapi kamu alergi nak, sudah makan ini saja ya," ucap Anne yang member
"Kamu bukannya Alan ya, teman Darren waktu kuliah itu?" tanya Raya kepada pria yang menyapanya . "Ya, kamu benar sekali, aku Alan teman dekat Darren. Sedang apa kamu di sini, apa kamu bersama Darren? Oh ya, bukannya Darren sudah bercerai dari istrinya ya?" tanya Alan dengan senyum yang sulit diartikan. "Iya, kamu benar Darren sudah bercerai dan aku adalah calon istrinya," jawab Raya dengan penuh percaya diri yang mengatakan jika dia adalah calon istri dari Darren. Alan yang mendengar pengakuan dari Raya tersenyum, dia benar-benar tidak menyangka jika Darren bisa melupakan istrinya itu dan mendapatkan Raya wanita yang sudah dia incar sejak dulu. "Wah, sepertinya Darren beruntung bisa mendapatkan istri secantik kamu. Bagaimana kalau kita minum kopi sambil berbincang. Sudah lama kita tidak bertemu. Apa kamu tidak keberatan Raya?" tanya Alan yang mencoba untuk mendekati Raya. "Tidak apa-apa, Alan. Kita kan teman, ayo kita pergi," jawab Raya yang setuju dengan ajakannya. Alan yang me
"Dia alergi abalon, seperti yang sudah kamu duga. Dia makan abalon itu beruntung dia makan sedikit tidak semuanya. Aku sudah katakan ke elu jangan kasih dia makanan itu, jika bawa ke tempat makanan seafood kasih makanan yang tidak ada abalonnya. Kamu mau anakmu itu semakin parah, beruntung tidak sampai melayang," jelas Dokter Angga yang mengatakan kondisi Danda dan beruntung Danda baik-baik saja. "Syukurlah, anakku baik. Gue tidak tahu karena gue ke toilet dan gue sudah memesan makanan untuk dia khusus. Gue melakukan hal itu juga jika kami makan seafood. Tapi, entah kenapa dia bisa makan itu. Ini semua karena kamu, kenapa kamu memberikan makanan abalon itu kepada anakku. Lihat, anakku alergi, apa kamu mau bunuh anakku?" tanya Darren yang benar-benar kesal dan dia tidak habis pikir kenapa Anne memberikan makanan yang berbeda kepada Danda. Mendengar tuduhan dari Darren, Anne tidak terima. Karena, bukan salahnya memberikan Danda makanan abalon. Dia saja tidak tahu Danda alergi akan mak
"Mama!" seru Darren yang terkejut dengan kedatangan Nyonya Dini yang raut wajahnya sangat datar. "Mana dia? Kenapa dia tidak ada? Apa kamu mengusirnya?" tanya Nyonya Dini yang melangkah kakinya ke arah Darren dan Danda yang masih menangis. "Pulang," jawab singkat Darren yang membuat Nyonya Dini kesal. "Pulang kamu bilang? Kamu tidak lihat itu cucuku menangis? Panggil dia ke sini cepat jika tidak kamu tidak akan melihat Danda lagi dan Mama!" tegas Nyonya Dini yang meminta Darren untuk membawa Anne ke hadapan Danda. Darren mendengus kesal karena kenapa harus dia yang diprioritaskan. "Apa harus dia ya? Aku tidak mau dia dekat dengan Danda. Ini semua karena dia. Aku tidak mau Danda terlalu dekat dan aku tidak mau Danda sakit seperti ini.""Apa kamu bilang ini semua karena dia? Apa kamu sudah tanya kenapa Danda di kasih makan itu sama dia?" tanya Nyonya Dini. Darren menganggukkan kepala karena mendengar pertanyaan dari Nyonya Dini. "Dia katakan kalau Raya yang mengatakan kalau Danda
"Di Jonggol!" ketus Anne yang segera berjalan ke arah Marlin yang saat ini menahan tawa karena Anne mengatakan si Tuan Tanah di Jonggol. Komo yang mendengar Anne mengatakan Darren di Jonggol menyerngitkan keningnya, dia heran buat apa Darren di Jonggol. Apa yang di cari oleh Darren saat ini. "Buat apa Tuan Darren ke Jonggol, Nona?" tanya Komo yang masih bingung dengan jawaban dari Anne. "Sudah bayar sana. Itu kasihan ojolnya yang saat ini kepanasan, nanti dosa elu membuat si ojol lama menunggu." Anne kesal karena pria ini bertanya terus padahal hanya sekali tapi Anne merasa jika pria Yunani ini bertanya terus terusan. "Baiklah, saya akan bayar. Hahh, siapa yang bayar siapa yang naik, dasar aneh. Kenapa juga Danda memilih wanita aneh ini," ucap Komo yang mengomel karena siapa yang naik ojol siapa yang bayar. Komo yang berjalan ke arah Bang ojol tersenyum kecut. Dia merasa si Abang ojol ingin menelannya hidup-hidup. Terlihat raut wajahnya menyeramkan, wajar dia seperti itu, wong o
"Siapa kamu, berani sekali mengatakan wanita nakal. Siapa wanita nakal itu?" tanya Ibu Mela yang tidak lain Bibi dari Anne. "Si penjual bunga dan namanya Anne," jawab Komo seenaknya yang mengatakan siapa wanita nakal itu. Mendengar nama keponakannya dikatakan wanita nakal oleh Komo, Bibi Mela segera mendekati Komo dan menampar pipinya Komo dengan sangat keras hingga Komo merasakan pedih di pipinya. "Awww, sakit sekali pipiku, Anda siapa main tampar saya? Anda bisa saya laporkan ke Komnas HAM dan ke kantor berwajib atas tindakan penganiayaan, mau Anda?" tanya Komo yang mengatakan siapa wanita yang menamparnya dengan sangat kejam hingga pipinya merah dan meninggalkan jejak. "Hei, pria nakal dengar baik-baik juga pasang kuping kamu dalam-dalam dan dengarkan baik-baik ya, saya ini Bibi dari Anne. Jika kalian berdua pria nakal jangan sekali-kali mengatakan keponakan saya wanita nakal, jika tidak itu kalian yang akan aku buat tidak bisa berdiri. Sampai di sini paham!" Tegas Bibi Mela y
Komo yang mendengar pertanyaan dari Darren membuat Komo ingin sekali menghajar sahabatnya ini. Darren yang melihat Komo menatapnya dengan wajah menyebalkan hanya bisa mendengus. "Jangan dipaksa saya akan hajar kamu jika dipaksa, sekarang pulang cepat sana pulang jangan datang lagi!" usir Bibi Mela kepada Darren dan Komo. Komo dan Darren yang diusir oleh Bibi Mela mengangga. Darren mulai protes, dia tidak mau di usir oleh Bibi Mela. "Tidak mau, saya ke sini mau ketemu dengan wanita nakal ini eh Anne. Jadi, jangan usir saya kamu ikut saya cepat!" tegas Darren yang protes karena dirinya diusir dia tetap ingin membawa Anne. Marlin yang melihat kegaduhan di tokonya langsung berteriak kencang. "CUKUP! Jangan teriak di sini keluar sana jangan pernah membuat kegaduhan di toko gue. Bibi Mela, maaf bukannya mengusir tapi tolong ya jangan buat ribut jika mau ketemu Anne silahkan di luar ya Bibi. Dan kalian berdua enyah dari hadapanku. Dasar kulkas, sudah di usir masih saja datang, kalau gu
"Kamu katakan dia akan ambil tanah dan rumah keponakan aku, wah kurang ajar sekali itu pria tersebut. Hei, kamu itu teman dia bukan jadi cepat katakan apa yang terjadi jika tidak saya akan potong kalian berdua menjadi sepuluh bagian setelah itu kalian akan saya buatkan sup untuk saya bagikan ke semua orang kalau perlu saya makan sendiri, jadi cepar katakan apa yang dikatakan Marlin itu benar atau tidak. Ayo katakan pada saya jangan diam saja!" bentak Bibi Mela yang kesal karena Komo hanya diam. Komo yang di cerca oleh Bibi Anne hanya bisa diam, dia saja tidak tahu mengenai hal itu. Baru kali ini dia tahu dan dia saja terkejut karena Marlin katakan jika Darren mau ambil tanah dan rumah Anne. "Maaf tante sa .... " Komo menghentikan omongannya karena dipotong oleh Bibi Anne. "Apa maaf-maaf jangan kamu pikir maaf bisa merubah semuanya. Tidak anak muda, saya ini orangnya baik tapi kalau sudah keluar tanduk jangan salahkan saya akan buat kamu dan teman kulkas kamu itu habis di tangan sa
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s