Komo yang mendengar pertanyaan dari Darren membuat Komo ingin sekali menghajar sahabatnya ini. Darren yang melihat Komo menatapnya dengan wajah menyebalkan hanya bisa mendengus. "Jangan dipaksa saya akan hajar kamu jika dipaksa, sekarang pulang cepat sana pulang jangan datang lagi!" usir Bibi Mela kepada Darren dan Komo. Komo dan Darren yang diusir oleh Bibi Mela mengangga. Darren mulai protes, dia tidak mau di usir oleh Bibi Mela. "Tidak mau, saya ke sini mau ketemu dengan wanita nakal ini eh Anne. Jadi, jangan usir saya kamu ikut saya cepat!" tegas Darren yang protes karena dirinya diusir dia tetap ingin membawa Anne. Marlin yang melihat kegaduhan di tokonya langsung berteriak kencang. "CUKUP! Jangan teriak di sini keluar sana jangan pernah membuat kegaduhan di toko gue. Bibi Mela, maaf bukannya mengusir tapi tolong ya jangan buat ribut jika mau ketemu Anne silahkan di luar ya Bibi. Dan kalian berdua enyah dari hadapanku. Dasar kulkas, sudah di usir masih saja datang, kalau gu
"Kamu katakan dia akan ambil tanah dan rumah keponakan aku, wah kurang ajar sekali itu pria tersebut. Hei, kamu itu teman dia bukan jadi cepat katakan apa yang terjadi jika tidak saya akan potong kalian berdua menjadi sepuluh bagian setelah itu kalian akan saya buatkan sup untuk saya bagikan ke semua orang kalau perlu saya makan sendiri, jadi cepar katakan apa yang dikatakan Marlin itu benar atau tidak. Ayo katakan pada saya jangan diam saja!" bentak Bibi Mela yang kesal karena Komo hanya diam. Komo yang di cerca oleh Bibi Anne hanya bisa diam, dia saja tidak tahu mengenai hal itu. Baru kali ini dia tahu dan dia saja terkejut karena Marlin katakan jika Darren mau ambil tanah dan rumah Anne. "Maaf tante sa .... " Komo menghentikan omongannya karena dipotong oleh Bibi Anne. "Apa maaf-maaf jangan kamu pikir maaf bisa merubah semuanya. Tidak anak muda, saya ini orangnya baik tapi kalau sudah keluar tanduk jangan salahkan saya akan buat kamu dan teman kulkas kamu itu habis di tangan sa
"Permisi Pak, maaf menganggu, bisa pindahkan mobilnya tidak, itu tempat staff rumah sakit," ucap satpam ke Darren. Darren melihat sekeliling dan benar sekali jika dirinya parkir di tempat yang salah. Darren segera menstater mesin mobil dan melajukan mobil meninggalkan tempat parkir yang salah. Sampai di parkiran, Darren membuka suaranya. "Maaf ya," ucap Darren yang tiba-tiba mengatakan maaf kepada Anne yang saat ini tengah menahan malu karena ciuman tadi. Anne yang mendengar kata maaf dari Darren langsung menoleh ke arah Darren yang saat ini memandangnya. "Maaf untuk apa, apakah kamu punya salah kepadaku?" tanya Anne yang tidak mengerti kata maaf yang Darren ucapkan kepadanya. Darren menghela nafas karena Anne masih belum ngeh dengan apa yang dia katakan. Darren segera mencondongkan tubuhnya ke arah Anne kali ini baik Darren maupun Anne saling memandang satu sama lain dan jantung keduanya kembali berdetak dan kali ini lebih cepat dari sebelumnya. "Mau apa kamu. Ayo kita turun,
Mendengar apa yang dikatakan oleh Anne membuat Darren tersentak, dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh wanita yang ada di depan ini. Sejak kapan dia mengatakan kalau dirinya membutuhkan tubuh wanita ini. "Apa maksudmu mengatakan hal itu. Sejak kapan aku mengatakan jika aku membutuhkan tubuhmu. Asal kamu tahu aku bisa membayar wanita manapun untuk menikmati tubuh mereka tapi aku tidak seperti itu. Aku bukan lelaki yang bejat dengar baik-baik, aku melakukan itu denganmu karena itu dari hatiku. Entah kenapa aku terdorong untuk melakukan itu, aku baru melakukan itu dan itu hanya denganmu saja. Setelah sekian lama tidak mencium dan oh ya Tuhan ada apa ini ... Jika bukan karena Danda mungkin aku akan menjadi pria yang dingin dan tidak tersentuh," jawab Darren yang menegaskan kepada Anne bahwa dia tidak seperti yang dipikirkan oleh Anne. Anne menatap ke arah Darren, dia mencari kebohongan dari mata pria tersebut, Namun, terlihat raut wajah Darren yang tersirat kekecewaan amara
Darren masih diam, dia tidak menjawab pertanyaan dari ibunya. Nyonya Dini yang pertanyaannya tidak dijawab oleh Darren dengan cepat mengeplak kepala Darren hingga Darren meringis kesakitan."Akhhh, ada apa Ma? Kenapa Mama memukulku, sakit tahu. Nanti kalau aku tidak bisa berbisnis bagaimana!" Ketus Darren yang membuat Nyonya Dini semakin kesal dengannya terlebih lagi melihat jawaban dari Darren. Sekali lagi Darren dipukul dan membuat Darren semakin kesal hingga memandang ibunya dengan tatapan tajam sambil mengusap kepalanya yang dipukul oleh Nyonya Dini. Darren kesal ibunya ini suka sekali memukulnya jika sudah marah. "Kamu bicara dengan Mama itu yang sopan. Mama tidak mengajarimu untuk berbicara kasar seperti itu. Mama bertanya ada apa dan kenapa kalian datangnya terpisah apa kamu benar-benar menjemputnya atau kamu hanya menghubunginya. Wah, ternyata kamu lebih duluan ya, gercep juga kamu," ucap Nyonya Dini yang membuat Darren membolakan mata. "Apanya yang lebih duluan Mama. Suda
"Buat apa kamu ke sini? Apa kamu tidak tahu kalau kamu tidak dibutuhkan di sini, pergi sana," usir Darren yang emosi saat Raya datang dan berjalan masuk ke dalam kamar Dan dapat sambil membawa buah-buahan dan juga boneka Barbie. "Loh, kamu aneh ya kenapa marah kepadaku, aku tidak salah. Aku ke sini mau jenguk Danda bukan mau berperang. Yang harusnya pergi itu wanita sial ini, bukan aku. Lagi pula kita belum putus," jawab Raya seenaknya dan tentu saja membuat Darren, Nyonya Dini dan Anne menatap tajam ke arah Raya. "Belum putus katanya? Jadi, mereka sudah pacaran pantas saja dia mengatakan Mama Danda," gumam Anne dalam hati. Darren melirik ke arah Anne yang diam dan wajahnya hanya tertunduk. Darren tahu jika saat ini Anne pasti memikirkan apa yang Raya katakan."Sejak kapan kita pacaran. Gue tidak suka pacaran gue hanya ingin langsung menikah dan gue juga sesuai dengan keinginan dari Danda, jika dia yang memilih wanita yang disukai maka gue akan memilihnya," jawab Darren yang sonta
Nyonya Dini tahu jika Anne menatap sendu kepergian Darren. Langkah kaki Nyonya Dini mendekati Anne dan mengusap lembut punggung Anne yang memeluk Danda. "Sudah, jangan khawatir mereka tidak akan bersama. Mama tahu Darren seperti apa dan Darren itu selalu mengutamakan Danda apapun yang membuat Danda bahagia dan nyaman Darren akan ikuti. Jadi, kamu jangan risau ya. Danda, sudah jangan takut ada Mama di sini," ucap Nyonya Dini yang mencoba menenangkan Anne. Anne yang mendengar perkataan dari Nenek Danda hanya tersenyum, dia tidak akan cemburu karena pria itu bukan kekasihnya. "Tidak apa Tante, saya tidak masalah sama sekali karena Tuan Darren bukan kekasih saya, jadi dia berhak untuk melarang Tuan Darren, Tante," jawab Anne yang membuat Nyonya Dini bangga dengan Anne. "Tapi, Danda memilihmu sebagai mamanya, jadi kamu berhak cemburu. Oh ya, bagaimana dengan tawaran tadi. Apa kamu mau jadi mamanya Danda dan menantu saya?" tanya Nyonya Dini yang masih berharap untuk bisa menjadikan Ann
Darren menatap tajam ke arah Raya dan tentu saja dia tidak habis pikir dengan wanita yang ada di depannya ini, sudah dia katakan kalau dia tidak cinta tapi kenapa ditanya lagi. "Jawab, kenapa kamu diam saja. Dulu kamu menerima aku dan kenapa sejak dia datang di kehidupan kalian berdua aku dicampakkan. Apa salah aku, aku lebih dulu dekat dan kenal kalian tapi kenapa dia, aku cinta kamu juga sayang Danda, kamu tahu itu, Dareen," ucap Raya dengan air mata berlinang. "Aku tidak cinta itu karena hati aku tidak bisa menerima kamu, sudahlah jangan tanyakan kenapa. Hati aku menolak kamu dan jangan berharap banyak. Lagi pula aku memikirkan Danda. Pulang sana, aku sudah lelah!" usir Darren. Darren segera pergi dari hadapan Raya dan masuk kembali ke kamar Danda. Tidak memperdulikan Raya yang masih berdiri dan menangis. Raya hanya menatap kepergian Darren begitu saja. "Kurang ajar kalian semua. Tega kalian melakukan itu kepadaku, kenapa kalian melakukan itu padaku dan kenapa aku dicampakkan.
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s