"Coba lihat itu, dia sepertinya berbicara dengan sangat serius. Yang jadi masalahnya itu dia siapa dan kenapa si rubah itu berbicara dengan wanita. Apa dia bestie si rubah?" tanya Komo balik. "Sepertinya, aku mengingat wanita itu, kayaknya aku pernah kenal gitu, tapi di mana. Postur tubuhnya itu seperti ... Oh iya, aku tahu dia siapa!" seru Marlin yang kegirangan karena mengingat siapa yang berbicara dengan Dinda. "Siapa!" Seru ketiganya dengan penasaran. "Wanita yang mau dijodohkan oleh ibunya si Tuan Tanah, ingat tidak?" tanya Marlin balik. "M-maksud kamu dia, Raya? Benarkah? Kenapa dia, maksudnya apa mereka saling kenal? Bahaya ini kalau seperti itu, bisa-bisa dia ikut juga membantu si rubah itu, kita tidak bisa biarkan. Harus di bumi hanguskan," jawab Komo dengan mengepalkan tangannya dengan erat."Mereka saling kenal karena desek itu rubah. Nah, kalau rubah itu satu ketemu rubah yang lain pasti cocok. Jadi lah, dua rubah yang saling mengejar mangsa dan setelah dapat pasti r
"Kita berpura-pura mendekati Raya buat dia membuka apa yang Dinda rencanakan salah satunya elu harus ramah dengan dia mengerti tidak maksudnya?" tanya Darren memandang ke arah Komo. "Tunggu dulu,.lu minta gue bermanja dengan dia,.eh maafkan sayang bukan maksud aku untuk bermanja dengan dia. Hai, Darren jangan merusak hubunganku dengan kekasihku yang jelas kalau tugas seperti itu aku tidak mau. Aku tidak ingin rencana pernikahanku batal,".jawab Komo yang mulai memelas karena dia tidak ingin jika sahabatnya ini membuat dirinya berpisah dari Marlin. "Sejak kapan, kalian jadian dan lagi pula pendengaran lu itu harus benar-benar diperiksa, gue bilang ramah, ramah itu bukan berarti elu harus bermanja dengan dia jadi gue harap lu dengar baik-baik maksud gue. Seperti ini, kita berbaikkan dengan dia dan kalau bisa kalian berdua kalau perlu bertiga yang mendekati dia tapi sepertinya lu tidak cocok biarkan Paijo dan Mona saja, bagaimana kalian setuju?" tanya Darren. Paijo dan Mona pura-pura t
"Dinda, kenapa wajah lu seperti itu apa ada masalah?" tanya Raya lagi yang merasa heran kenapa Dinda berubah saat membaca pesan masuk dari ponselnya. Dinda masih diam dia belum peduli dengan apa yang Raya katakan. Dinda masih berkutat dengan pemikirannya yang berkecamuk dikarenakan pesan dari anak buahnya yang mengatakan bahwa orang suruhannya belum bisa mendapatkan keberadaan mantan supir yang dia minta meneror Darren. "Dinda, elu dengar gue nggak sih?" tanya Raya yang menepuk pundak Dinda. Dinda yang pundaknya ditepuk oleh Raya terlonjak dan menatap ke arah Raya." Iya? Elu manggil gue?" tanya Dinda yang menatap ke arah Raya. "Gue tanya dari tadi, lu kenapa? Sedari tadi gue lihat lu diam saja setelah membaca pesan itu, pesan dari siapa dan apakah itu pesan dari suami kedua lu?" tanya Raya kembali. Dinda yang mendengarnya sedikit kesal dengan pertanyaan dari Raya. "bukan urusan lu, sekarang lu tunggu aba-aba dari gue. Gue pulang dulu," jawab Dinda dengan ketus dan segera meningg
Mereka semua menelan salivanya benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihat. Darren keringat dingin dia tidak menyangka akan melihat sosok yang sangat dia takuti. "Gue bilang apa, jangan katakan hal itu dia tidak terima jika elu katakan hal itu, lihat lah dia muncul. Duh, habis lah kita. Mari kita mundur ke belakang hindari dia jangan sampai dia dekat." Surya meminta kepada teman-temannya untuk segera pergi dari tempat tersebut. Darren pun menganggukkan kepala dan mundur kebelakang begitu juga dengan yang lainnya. Darren hanya bisa mengumpat dalam hati karena mimpi apa dia melihat makhluk gaib. "Kabur!" teriak Mona dengan suara kencang dan pergi meninggalkan Komo, Darren, Surya dan juga Paijo. Mereka yang melihat Mona kabur hanya bisa terpaku dan tidak berkata apapun. Darren lagi-lagi merasakan hawa yang sangat dingin di sampingnya. "Dingin sekali, Mo, jangan tiup leher gue, elu mau gue pecat!" Kesal Darren merasakan jika lehernya ada yang meniup. "Ck, sejak kapan gue tiup
Senyum terukir di wajah seseorang dia melaporkan kepada tuannya orang tersebut adalah suruhan dari Dinda yang menyamar sebagai keluarga pasien tentangnya. Sedangkan di ruang inap Darren segera membawa Anne keluar dari ruangannya. "Baby kamu jalan perlahan ya jangan terburu-buru aku tidak ingin kamu jatuh. Apa kamu mau aku gendong?" tanya Deren. "Tidak, Sayang. Aku jalan saja lagi pula aku baik-baik saja, kok," ucap Anne dengan senyum mengembang. Darren pun menganggukkan kepala, keduanya berjalan bersamaan di susul oleh Mona dan Paijo. Sesampainya di lift mereka menekan tombol satu, pintu lift terbuka Darren, Anne dan lainnya segera masuk. Tidak berapa lama, pintu lift terbuka mereka keluar dan berjalan ke arah lobby di mana Komo menunggu mereka. "Elu langsung ke kantor saja ya. Gue libur satu hari, besok baru ke kantor," ucap Darren. "Baiklah, gue akan urus semuanya. Ayo kita pulang, kita antar mereka dulu baru gue antar kalian," sahut Komo. Marlin, Paijo, Mona menganggukkan kepa
"Mo, ini di tempat umum, tolong jangan seperti ini nanti ada yang melihat kita seperti ini dan aku tidak ingin dinikahkan oleh warga di sini aku malu jika kita terciduk," ucap Marlin yang meminta kepada Komo untuk tidak terlalu dekat dengannya karena saat ini posisinya terlalu dekat dengan dirinya. "Aku tidak peduli. Aku hanya ingin mendengar jawabanmu sayang, aku serius dengan apa yang aku katakan. Entah kenapa saat bertemu denganmu jantungku berdebar, aku merasakan jika aku melihat pelangi yang mengitari dirimu indah sekali dan bunga yang bertaburan sehingga di mataku hanya kamu saja wanita yang paling cantik, Marlin." Komo mengungkapkan apa yang ada di hatinya. "Kenapa dia seperti ini, cobalah lihat dia. Duh, Mo kamu sangat menyebalkan tapi dia sangat tampan Tuhan dan jantungku juga tidak tenang bila dekat dengannya. Oh, ya Tuhan apa yang harus aku lakukan. Lihatlah, dia terlalu manis di mataku," gumam Marlin yang mencuri pandang ke arah Komo. "Sayang, kamu tidak perlu takut aka
"Hei, tunggu dulu siapa kamu berani sekali mengatakan hal itu, aku tidak mengenal kamu siapa dan juga tidak ada urusannya denganmu, mau dia menikah denganku atau tidak itu urusan aku dan Marlin jadi tolong jangan ikut campur," ucap Komo dengan tegas meminta kepada seseorang yang melarang Marlin menikah dengannya. "Dia calon dari Marlin, orang tuanya sudah menjodohkan Marlin dengan dia jadi kamu pria kaya tidak boleh menikahi Marlin. Karena dia sudah dijodohkan dan akan menikahinya. Saya yang akan jadi walinya," jawab Paman Rusli mengatakan jika pria yang di belakangnya itu adalah calon suami Marlin. "Tidak bisa, Marlin adalah calon istriku karena Marlin sudah mengandung anakku," jawab Komo spontan membuat Marlin terkejut dan memandang ke arah Komo. Begitu juga dengan yang lainnya. Tidak ada yang berbicara sama sekali, mereka masih terdiam setelah mendengar ucapan Komo yang mengatakan jika Marlin tengah hamil anaknya. "Ada apa ini, kenapa bisa kamu mengatakan Marlin sedang mengand
"Kami ada masalah yang sangat penting, dia hamil eh bukan bukan hamil maksudku gue ingin menikahinya dan setelah itu menghamilinya," jawab Komo. "Kalau ngomong itu yang benar, Mo. Yang benar itu kalian, tidak boleh punya anak dulu harus gue lebih dulu mempunyai anak baru lu," jawab Darren dengan songong melarang Komo memiliki anak lebih dulu dari dia. "Eh, di mana-mana yang namanya hamil itu tidak ada yang tahu kalau sekarang kesayangan gue hamil lebih dulu daripada kesayangan elu. Sudahlah, gue besok mau menikah dengan Marlin gue mau lu sediakan hotel yang besar untuk gue anggap saja sebagai bonus selama ini gue bekerja banting tulang dinosaurus demi elu," ujar Komo meminta kepada Darren untuk menyiapkan dia hotel. "Buset, ini orang enak sekali mulutnya. Hei, Komo kupret dengar baik-baik ya. Kalau elu memang mau menikah ya sudah sewa sana kenapa harus gue yang nyewakan hotel yang besar, gue saja sewa sendiri lebih tepatnya tidak sewa. Dan sekarang kenapa harus gue yang nyewain bu
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s