"Hei, tunggu dulu siapa kamu berani sekali mengatakan hal itu, aku tidak mengenal kamu siapa dan juga tidak ada urusannya denganmu, mau dia menikah denganku atau tidak itu urusan aku dan Marlin jadi tolong jangan ikut campur," ucap Komo dengan tegas meminta kepada seseorang yang melarang Marlin menikah dengannya. "Dia calon dari Marlin, orang tuanya sudah menjodohkan Marlin dengan dia jadi kamu pria kaya tidak boleh menikahi Marlin. Karena dia sudah dijodohkan dan akan menikahinya. Saya yang akan jadi walinya," jawab Paman Rusli mengatakan jika pria yang di belakangnya itu adalah calon suami Marlin. "Tidak bisa, Marlin adalah calon istriku karena Marlin sudah mengandung anakku," jawab Komo spontan membuat Marlin terkejut dan memandang ke arah Komo. Begitu juga dengan yang lainnya. Tidak ada yang berbicara sama sekali, mereka masih terdiam setelah mendengar ucapan Komo yang mengatakan jika Marlin tengah hamil anaknya. "Ada apa ini, kenapa bisa kamu mengatakan Marlin sedang mengand
"Kami ada masalah yang sangat penting, dia hamil eh bukan bukan hamil maksudku gue ingin menikahinya dan setelah itu menghamilinya," jawab Komo. "Kalau ngomong itu yang benar, Mo. Yang benar itu kalian, tidak boleh punya anak dulu harus gue lebih dulu mempunyai anak baru lu," jawab Darren dengan songong melarang Komo memiliki anak lebih dulu dari dia. "Eh, di mana-mana yang namanya hamil itu tidak ada yang tahu kalau sekarang kesayangan gue hamil lebih dulu daripada kesayangan elu. Sudahlah, gue besok mau menikah dengan Marlin gue mau lu sediakan hotel yang besar untuk gue anggap saja sebagai bonus selama ini gue bekerja banting tulang dinosaurus demi elu," ujar Komo meminta kepada Darren untuk menyiapkan dia hotel. "Buset, ini orang enak sekali mulutnya. Hei, Komo kupret dengar baik-baik ya. Kalau elu memang mau menikah ya sudah sewa sana kenapa harus gue yang nyewakan hotel yang besar, gue saja sewa sendiri lebih tepatnya tidak sewa. Dan sekarang kenapa harus gue yang nyewain bu
"Mama, kapan pulang kenapa tidak mendengar suara mobil masuk. Apa Mama naik pesawat jet pribadi kita?" tanya Darren dengan nada sedikit menggoda Nyonya Dini. "Ck, jangan asal kamu. Mau kamu daratkan di mana. Danda sayang, itu Mama sudah pulang, pergi salam sama Mama. Katanya tadi rindu," ucap Nyonya Dini menunjuk ke arah Anne yang sudah bangun dan menghampiri Danda. "Mama, Danda rindu sekali dengan Mama, benar-benar rindu. Apa Mama sudah sembuh?" tanya Danda dengan tatapan sendu. Anne memeluk Danda dan mengecup wajah sang anak. Anne bersyukur Danda selamat dan baik-baik saja. Dia senang karena Danda bisa bersamanya kembali."Mama baik, Mama juga rindu Danda lo, kamu tidak apa sayang, Mama khawatir jika kamu terluka." Anne mengusap wajahnya Danda. "Danda baik Ma, Danda di bawa oleh om yang pakaiannya warna pink itu. Dan saat itu Papa juga datang." "Ya sudah ayo kita ganti pakaian kamu, Mama temani ya. Sayang, aku ke kamar Danda mau gantikan Danda pakaian dulu," ucap Anne meminta
"Jangan pura-pura tidak tahu Dinda, siapa lagi yang menangkap anak buahku itu selain dia. Tiga anak buahku sudah tertangkap pertama mantan sopir Darren, kedua anak buahku yang sangat jeli tapi tertangkap juga saat dia ingin menyelamatkan anak buahku yang pertama tertangkap dan yang ketiga pelayan yang berada di rumah Darren, semuanya tertangkap sekarang aku tidak bisa menemukan mereka, sial kemana mereka dibawa pergi," jawab pria tersebut yang merupakan orang suruhan Dinda yang bernama Bram. Dinda terdiam mendengar perkataan dari Bram. Entah kenapa dia mulai merasa takut untuk memulai rencananya kembali bersama Raya. Orang suruhannya saja tertangkap oleh Darren apalagi dirinya dan Raya pasti akan semakin rumit untuk bisa membuat wanita yang bersama Darren itu lenyap, bisa-bisa dia dan Raya yang akan lenyap batin Dinda saat ini memikirkan rencananya dan Raya. "Dinda, aku ingin berbicara denganmu hanya berdua saja. Ayo kita pergi ke ruang kerjaku sekarang, ada yang ingin aku katakan,
Bram makin kesal tapi dia tidak memperdulikan sama sekali dengan orang yang mengetuk pintu. Dinda yang melihat Bram melihat ke arahnya tersenyum dia ingin mencoba membujuk Bram agar tidak mau melepaskan dirinya. "Bram, aku mohon jangan seperti ini, aku tidak bisa seperti ini. Hargai aku ya," ucap Dinda dengan suara memelas. "Lepaskan kamu, tidak akan dan aku tidak mau kamu pergi sebelum aku merasakannya. Aku tidak peduli siapa yang datang dan aku akan memuntaskan ini," jawab Bram yang segera mengunboxing Dinda. "T-tidak!" teriak Dinda dengan kencang, Bram segera bermain dengan ganas. Tidak peduli dengan teriakkan Dinda. Baginya teriakkan Dinda sangat syahdu di matanya. "Euhmm, a-aku tidak bisa, akhhh, shhhh!" desahan keluar dari mulut Dinda. "Iya begitu, teriak terus seperti itu sayang, aku sangat menyukai teriakkamu itu, sangat merdu dan aku ingin sekali membuat kamu melayang," ujar Bram. Bram terus bergerak dan bermain dengan cukup lihai dia memeremas dua gunung kenyal nan b
Anne yang mendengar permintaan dari suaminya mulai tersipu malu. Pipinya merona seperti udang rebus. "Ihh, Sayang. Jangan di sini, nanti Danda dengar eh maksudnya nanti Danda mencari kita bagaimana, aku tidak mau, jangan seperti itu, aku mohon padamu, nanti malam saja ya," ucap Anne yang mencubit Darren. Darren yang sudah mode on tidak peduli, dia mendekati Anne dan mencoba menciumnya. Nyonya Dini yang berada di dalam kamar keluar karena Danda baru saja menemuinya dan mengatakan akan liburan. Dia ingin memastikan benar atau tidak, bukan tidak percaya tapi Nyonya Dini ingin mendengar langsung dari mulut anaknya itu. "Ehmm, dasar kalian berdua ini, tidak tahu tempat sama sekali, tidak bisa kalian melakukannya di kamar hahh. Darren! Mama ketuk kamu pakai gagang sapu mau kamu!" teriak Nyonya Dini yang kesal melihat kelakuan anaknya. Anne mendengar suara mertuanya segera menolak Darren untuk menjauhi dirinya. Tapi, namanya Darren tidak peduli dia masih saja menempel layaknya perangko.
Marlin melihat ke arah Komo yang saat ini masih diam. Tidak ada reaksi sama sekali terlihat di wajah Komo. "Komo, sini kamu. Kenapa kamu diam saja. Siapa yang bersama dengan kamu itu?" tanya wanita paruh baya yang tidak lain Ibu Komo bernama Ussy. "Sayang, itu di panggil, sudah sana pergi, aku di sini saja," bisik Marlin. Komo menoleh ke samping menatap ke Marlin dengan tajam. "Ikut aku juga ke sana. Kita ke sini mau menemui kedua orang tuaku dan meminta restu."Marlin hanya bisa diam, dia tidak mengatakan apapun. Akhirnya Komo mendekati kedua orang tuanya sambil memegang tangan Marlin dengan erat. "Jeng, ini anak saya, Komo. Sayang, kenalin dulu mereka tante Susi dan ini Om Bowo dan ini anaknya Lucy, mereka ke sini mau bertemu kamu. Tapi, tunggu dulu di sebelah kamu siapa?" tanya Nyonya Ussy melihat ke arah Marlin yang berdiri di samping anaknya. Semua memperhatikan ke arah Marlin dan menunggu jawaban dari Komo. Komo menarik Marlin untuk duduk di sampingnya. "Duduklah, Sayang.
Komo menatap seseorang yang datang ke rumahnya. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat. "Kenapa elu ke sini? Ma, kenapa wanita ini ke sini? Apa mau dia?" tanya Komo menunjuk ke arah wanita yang tidak lain adalah Raya. "Mama tidak tahu, Mama hanya janji dengan ibunya, tapi sepertinya Mama sudah katakan ke ibunya kalau hari ini tidak jadi dan kenapa dia ada di sini?" tanya Nyonya Ussy merasa heran kenapa Raya bisa datang ke sini. "Saya hanya mau memberikan ini. Mama katakan jika tante pasti suka," jawab Raya dengan wajah manisnya. Komo menatap tajam ke arah Raya, dia heran bagaimana bisa ibunya mengenal wanita ular ini. Apa dia sengaja mencari tahu jati dirinya tapi bagaimana mungkin. "Oh gitu ya, baiklah terima kasih ya. Oh ya, saya mau pergi dulu dan katakan kepada mamamu, kalau perjodohan ini gagal karena anak saya sudah mau menikah. Ini calonnya, nanti datang ya katakan kepada Mama kamu, Raya," ucap Nyonya Ussy. Raya mendengar perkataan dari Nyonya Ussy hanya bisa diam d
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s