"Saya lihat kamu seperti menolak ajakan untuk jadi Mama Danda kenapa?" tanya Nyonya Dini yang berdiri di belakang Anne. Orang yang menepuk Anne adalah Nyonya Dini. Sesari tadi dia melihat keduanya begitu dekat dan Nyonya Dini merasa jika keduanya sudah berkomitmen untuk melanjutkan ke jenjang lebih serius. Tapi, nyatanya Anne menolaknya dan dia paham kenapa Anne menolaknya. "Maaf Tante, saya masih bisa dekat dengan Danda sebagai mamanya tapi tidak bisa menjadi istri papanya. Karena, hati saya belum tertaut dengannya." Anne mengutarakan isi hatinya ke Nyonya Dini. Mendengar jawaban dari Anne, Nyonya Dini paham. Memang hati tidak bisa di bohongi apa lagi mereka bari kenal dan pertemuan mereka juga tidak sengaja, belum kenal satu sama lain. "Tidak apa, seiring waktu kamu dan anak Tante bisa dekat dan kamu harus memilih Darren dari hati bukan karena kemauan Danda. Walaupun saya berharap, kamu mau karena rayuan Danda tapi balik lagi hati yang berbicara," jawab Nyonya Dini yang membuat
Darren melangkahkan kaki menuju lobby dengan cepat bergerak menuju ke parkiran. Darren bingung mau cari makanan apa. Dia harus mencari makanan yang di sukai oleh Anne. "Gue mau tanya ke siapa ya, makanan yang disukai oleh Anne. Apa gue telpon sahabatnya itu tapi gue tidak tahu nomor telponnya. Gue ke toko saja siapa tahu dia bisa memberitahu kan makanan kesukaan Anne," ucap Darren pada dirinya sendiri. Darren melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil dan dengan cepat Darren menstater mobil. Mobil bergerak dan langsung menuju ke toko bunga milik Anne. Sampai di toko, Darren segera masuk ke dalam dan di sini lah dia berada. Di dalam toko terlihat asistennya sekaligus sahabatnya sedang bermadu kasih dengan sahabat wanitanya. "Mau apa elu ke sini. Sudah selesai di rumah sakit, gue mau kerja, banyak urusan yang akan gue kerjakan nggak kayak elu yang pacaran. Dasar lebay," cicit Komo yang kesal karena kesenangannya di ganggu oleh Darren. Darren yang mendengar jawaban dari Komo hanya b
Marlin langsung diam saat mendengar suara yang cukup menggelegar dari kedua pria tampan yang ada di depannya ini. Dia terdiam dan mundur ke belakang karena Darren ingin segera kembali ke rumah sakit sambil membawa makanan kesukaan Anne paling tidak itu salah satu hal yang akan dia lakukan untuk meluluhkan hati Anne kalau pun tidak luluh juga maka dia akan menyerah dan membiarkan anaknya Danda dan Anne dekat begitu saja tanpa ada ikatan dengannya. "Ayo katakan jangan diam saja dan kenapa kamu terus memeluknya, kamu ini tidak tahu malu ya dia itu bukan pacarmu, dia ini playboy cepat katakan kepadaku. Apa nama makanan yang dia sukai bukan makananmu. Ya Tuhan, takutnya nanti kamu mengatakan makananmu pula," ucap Darren yang tidak sabar untuk mengetahui apa makanan kesukaan dari Anne. Marlin segera melepaskan sedikit pelukannya dengan Komo. Namun, Komo tetap menarik Marlin dalam pelukannya. Melihat kelakuan Komo, Darren makin kesal langsung dan memukul dada Komo agar menjauh dari Marlin
"Kalau tidak percaya ya sudah, saya tidak meminta Tuan Tanah ini percaya dengan saya, Saya tuh sudah lama berteman dengan Anne dari kami TK sampai kami sekolah dari jenjang yang paling kecil sampai yang paling besar maksudnya yang paling atas. Anne juga mempunyai pendidikan yang tinggi, dia kuliah jurusan komunikasi tapi dia lebih memilih bekerja di sini. Entahlah, aku tidak tahu," jawab Marlin yang menjelaskan jika Ana mempunyai pendidikan yang cukup tinggi. "Dengar ya, Bos makanan itu sebenarnya tidak ada masalah cantik ataupun tidak, itu tergantung selera. Jika dia memang menyukai makanan itu,.ya sudah bos belikan saja. Gue yakin jika kekasih baru gue ini tidak akan berbohong buat apa dia berbohong dan mengerjai Anda sekarang sana belikan makanan itu," usir Komo yang membuat Darren memukul dada pria tersebut. "Tutup mulutmu dan sekarang pergi dari sini cepatlah, kerjakan semua apa yang ada di kantor sebelum selesai jangan pulang dan satu lagi, jika ini salah atau terbukti elu me
Darren masih melihat kerumunan di depannya. Saat bersamaan, Darren di buat terkejut karena Darren mengenal sosok yang ada di depannya. Dia adalah mantan istri yang sudah meninggalkan dirinya dan Danda saat anaknya itu masih kecil. "Dia, buat apa dia ke sini dan mau apa dia? Apa dia ingin makan atau dia tahu aku akan ke sini? Tidak-tidak, aku tidak boleh bertemu dia, aku tidak sudi melihat dia. Aku harus pergi dari sini sebelum dia bertemu denganku dan merebut Danda," gumam Darren yang segera meninggalkan tempat tersebut.Mobil Darren meninggalkan parkiran rumah makan tersebut dan dia tidak sudi melihat mantan istrinya. Rasa sakit yang teramat dalam membuat Darren trauma. Sejak dikhianati oleh mantannya sejak itu Darren menganggap wanita itu sama, tapi sejak bertemu Anne dia menepis anggapan kalau wanita tidak sama dengan mantannya. Ada wanita yang tulus mencintai dia, terlepas dari Anne belum menerimanya tapi dia percaya Anne akan mencintai dirinya dengan tulus tanpa melihat tahta.
Anne menyerngitkan keningnya, dia bingung siapa wanita yang cantik dan mirip dengan Danda. Apa dia Ibu kandung Danda dan buat apa ke sini pikir Anne. "Kenapa kamu Anne, dia datang ke sini itu untuk jenguk anaknya. Kalau sudah pisah ya wajar hubungan Ibu dan anak masih terjalin, bodoh sekali pikiran kamu Anne," gumam Anne yang mengomel kepada dirinya sendiri. Darren yang melihat wanita yang tadi dia lihat di parkiran warung makan Padang ternyata sampai di sini dan bagaimana bisa dia ke sini pikir Darren yang masih bingung kenapa mantan istrinya yang sudah lama tidak dia jumpai tiba-tiba datang dan bertemu dengan dirinya. Ada apa ini. 'Mau apa kamu?" tanya Darren dengan suara datar dan memandang mantannya dengan tatapan ketidak sukaan Darren karena kedatangan mantannya membuat luka lama kembali terbuka.Luka yang sudah dia tutup sekarang kembali terbuka katrna kedatangan mantannya ini. Mantan Darren yang tidak lain ibu dari Danda mendekati Darren dan Anne. "Kamu kenapa memandangku
Darren yang mendengar apa yang dikatakan oleh Dinda hanya tersenyum geli. Dia tidak menyangka jika Dinda mengatakan hal itu kepadanya. Darren menarik tangan Dinda dan dibawa keluar dia tidak mau Danda bingung dengan apa yang mereka lakukan. Dia benar-benar tidak ingin jika anaknya merasa takut karena kelakuan Dinda. "Lepaskan gue Darren, jangan buat perlakukan gur seperti ini, gue mohon pada elu. Gue tidak suka elu menarik gue keluar dari sini, gue muak dengan elu, gue bilang lepasin, sakit Darren!" teriak Dinda yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari Darren. Darren tidak peduli dia tetap menarik tangan Dinda karena dirinya kesal dan marah mendengar teriakkan dari Dinda hingga membuat Danda di dalam kamar ketakutan dan memeluk Anne dengan kencang. "Elu udah keterlaluan, siapa yang meminta elu untuk ke sini. Sekian lama elu baru datang atas dasar apa elu ke sini. Apa mau elu hahhh!" bentak Darren yang kesal karena Dinda main datang dan membuat kekacauan di rumah sakit khususny
Dinda melihat ke arah orang yang tadi mengajaknya bicara. Dinda berdecih karena yang mengajaknya bicara adalah sahabat Darren yang tidak lain Dokter yang merawat Danda."Tutup mulutmu, Angga jangan lupa kamu di sini merawat anakku dan tidak ada kapasitas kamu untuk ikut campur masalah pribadi keluarga pasien," ucap Dinda yang kesal dengan Angga. "Hahaha, Dinda, Dinda aku heran banget sama kamu sumpah, dulu selingkuh dan tinggalin mereka berdua dalam keadaan mereka di bawah, sekarang kamu dekati dia, kemana urat malu kamu hmm," ujar Angga yang tidak habis pikir kenapa wanita yang di depannya ini begitu ngotot untuk mendapatkan sahabatnya itu. Dinda melangkahkan kaki menuju Angga dan tepat di depan Angga, Dinda tersenyum smirk. "Kamu tahu Angga, aku ibunya Danda. Paham kamu, jika kamu tidak tahu jangan ikut campur. Rawat saja anakku dengan baik. Nanti suamiku akan bayar," jawab Dinda dengan wajah sombongnya. "Hahaha, suami katamu, Dinda? Suami apaan, hmm? Tidak ada suami kamu di si
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s