Bimo yang sedang bergairah langsung mengerang penuh emosi. Dia tidak suka di ganggu apa lagi saat ini posisinya masih di atas dan pasak buminya masih di dalam kenikmatan yang hakiki. Tanpa pikir panjang, Bimo yang sudah kadung bergairah melanjutkan pengeboran dengan wanita yang dibawahnya. Dinda yang melihat Bimo melanjutkan permainannya mengepalkan tangannya. Dia tidak terima dikhianati oleh Bimo. Dengan langkah lebar Dinda berjalan ke arah ranjang dan tidak lupa dia mengambil vas bunga yang ada di meja. Sekali ayunan saja, kepala Bimo sudah berdarah karena pukulan yang cukup keras mengenai kepalanya. "Akhhh, sialan lu, akhhh, sakit!" rintih Bimo yang langsung terjatuh ke samping dan membuat wanita yang di berada di bawah Bimo berteriak-teriak ketakutan. "Aaaaaa!" pekiknya kencang dan berusaha untuk menghindar Dinda yang sudah seperti kerasukan. Dinda mendengar suara teriakkan dari wanita yang bermadu kasih dengan Bimo menoleh ke arah wanita tersebut. Dinda terkejut karena wanit
"Jika mau, aku akan katakan padamu, dengar baik-baik." Dinda memberikan informasi intruksi kepada orang yang ada di ujung telpon dengan wajah yang serius. Dinda segera mengatakan apa yang akan dilakukan oleh orang yang saat ini dia telpon. Setelah menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh si penelepon, Dinda mengakhir panggilannya. Dengan senyum licik Dinda membuat suatu rencana licik yang akan memuaskan hatinya. "Saatnya kita lihat, apa kalian akan bisa menghindari semuanya. Kalian harus bayar apa yang telah kalian lakukan padaku. Dan untuk wanita yang dekat dengan Darren siapapun akan aku habisi, aku tidak akan membiarkan wanita manapun mendekati Darren tidak akan aku biarkan mereka akan berhadapan dengan aku," ucap Dinda yang tertawa cukup kencang karena dia akan mulai kembali mendekati Darren tidak ingin dirinya melepaskan Darren. Di kamar Dinda, terlihat Anne sedang mengusap lembut rambut Danda. Darren hanya memandang ke arah Danda dan Anne entah kenapa Danda begitu menyukai w
Darren mendengar sang penelpon dengan seksama setelah itu Darren tanpa kata segera berdiri dan langsung keluar. Baik Nyonya Dini dan Anne hanya bisa diam melihat kepergian Darren begitu saja. "Anne, ayo makan dulu. Danda, duduk di sini dulu ya. Mama Anne mau makan," ucap Nyonya Dini kepada cucunya. "Baik, uti," sahutnya sambil tersenyum. Anne mengikuti Nyonya Dini untuk makan, keduanya makan dengan lahap. Tidak ada berbicara sama sekali semuanya diam. Selesai makan Nyonya Dini ingin sekali menanyakan sesuatu dengan Anne tapi entah kenapa, Nyonya Dini merasa segan di hatinya untuk bertanya. "Nyonya, lebih baik anda istirahat saja di rumah,biar saya jagain Danda," ucap Anne yang meminta kepada Nyonya Dini untuk pergi istirahat. "Tidak apa, lagi pula saya senang di sini ada teman ngobrol. Kalau saya di rumah sepi. Kamu tidak suka saya di sini?" tanya Nyonya Dini. Anne yang mendengar pertanyaan dari Nyonya Dini mengangga, karena dirinya tidak mungkin punya pikiran seperti itu. "Eh
Anne sedikit bingung dia harus jawab apa saat ini. "Kenapa kamu tidak jawab." Nyonya Dini memandang ke arah Anne yang masih terdiam dan tidak ada satu kata pun Anne mengatajan iya atau tidak. Helaan nafas terdengar dari mulut Anne. Anne memandang ke arah Danda yang saat ini terlihat menunggu jawaban dari dirinya. "Kenapa kamu memandang Mama seperti itu?" Anne ingin tahu kenapa dirinya dipandangi oleh Danda. Nyonya Dini mendekati Anne dan mengusap lembut punggung Anne. "Dia menunggu jawaban kamu. Danda tidak pernah sedikitpun dekat dengan wanita dewasa sejak ibunya tadi meninggalkan dia sejak bayi. Mungkin kamu pernah dengar sedikit tapi fakta sebenarnya Darren ditinggalkan oleh istrinya yang selingkuh."Anne mulai tahu kalau sesungguhnya Darren itu pernah disakiti oleh seorang wanita. "Apa wanita tadi ingin kembali ke Darren, Ma?" Anne penasaran apakah Darren akan kembali ke istrinya. Bukannya tidak senang, dia senang tapi jika Danda meminta dia jadi ibunya, itu artinya dia akan ja
Nyonya Dini yang terkejut langsung berbalik dan memandang ke arah sumber suara. Dia tersenyum mengejek ke arah Seseorang yang saat ini menatap dirinya dan Anne. "Kenapa? Apa ada salah dengan kata-kata yang saya ucapkan?" Nyonya Dini menanyakan ke seseorang itu apakah dia salah bicara atau tidak. Seseorang itu melangkahkan kakinya dan mendekati Nyonya Dini, Anne dan Danda yang ketakutan dan meluk Anne dengan erat. "Mama, bilang apa tadi? Siapa yang menjadi Ibu sambung anakku?" Dinda, dia masuk ke ruang inap Danda dan mendengarkan pembicaraan mereka mengenai Ibu pengganti untuk anaknya. "Kenapa? Dari tadi saya tanya kepadamu, tapi lihatlah kamu tidak menjawabnya. Jika bukan ranah kamu, jangan ikut campur. Bukannya kamu sudah diusir oleh anakku, kenapa ke sini lagi. Dasar tak tahu malu," cibir Nyonya Dini yang gerah karena kedatangan Dinda. Lalu "Saya diusir saat anak saya harus bersama wanita lain. Saya kenapa bingung ya, tadi di restoran nasi padang, ada yang mengaku istri dari Da
"Kenapa? Apa ada masalah dengan kedatangan aku di sini? Jujur ya, aku itu tidak pernah menyangka kalau sesungguhnya wanita yang sudah aku hajar dan aku peringati muncul lagi. Dasar tidak tahu malu." Dinda tidak menyangka jika yang datang itu wanita yang dia sangka calon mantan suaminya. Raya yang mendengar perkataan dari wanita pagi tadi dia temui di restoran Padang mulai emosi. Apa lagi dikatakan tidak tahu malu. " Aku tidak tahu malu, memangnya kamu siapa Darren? Kekasihnya atau calonnya juga? Aku rasa tidak mungkin, karena kalau pun keduanya tidak mungkin Tante Dini menjodohkan aku dengan kamu, jadi jangan bermimpi jauh lah, takutnya jatuh dan sakit bisa nangis." Raya mengejek Dinda yang saat ini juga kesal dengan ucapan Raya. Nyonya Dini yang melihat keributan dari kedua wanita itu dan melihat cucunya ketakutan mulai emosi. Dengan langkah kaki cepat, Nyonya Dini menarik tangan Dinda dan Raya untuk keluar dari kamar Danda. "Kenapa sih, Tante narik tangan aku, aku bisa jalan send
Darren yang mendapat telpon dari Angga segera keluar kamar anaknya, dia ingin cepat ke kantor. Klien dari Jepang datang secara mendadak dan ingin bertemu dengan dirinya. "Kenapa dadakan mereka datang, apa pengiriman tertunda atau bagaimana ya? Harusnya mereka memberitahukan ke Angga, kenapa bisa datang dadakan aku jadi penasaran," ucap Darren yang tidak tenang setelah mendapatkan panggilan masuk dari Angga di saat dia berada di kamar rawat inap Danda. Mobil mewah Darren berhenti tepat di basement. Dengan gerakan cepat Darren keluar dan masuk ke dalam lift khusus. Pintu lift terbuka dengan cepat Darren melangkah kaki ke ruang meeting. Saat pintu terbuka Angga segera berdiri dan mempersilahkan Darren untuk duduk di depan tamu. "Tuan Hikamoto, apa kabar. Maaf saya terlambat, anak saya sakit apa yang membawa Anda berkunjung ke kantor saya." Darren bersalaman dan menanyakan kenapa kliennya ini datang ke sini tanpa memberitahu kan dirinya. "Tuan Darren maaf, saya ke sini tanpa memberita
Angga menatap Darren dengan tajam dia tidak tahu kenapa belum begitu yakin dengan sahabatnya ini. Darren yang ditatap oleh Angga balik menatap ke arah Angga. "Kenapa, apa ada yang tidak gue ketahui atau yang tidak gue mengerti dengan tatapan matamu itu. Karena tatapan elu itu menyiratkan jika elu tidak percaya ke gue." Darren masih mempertanyakan kenapa Angga memandangnya seperti itu. Angga menghela nafas " Gue bukannya tidak percaya tapi gue itu hanya bisa mendoakan agar elu tidak terluka lagi. Dan satu minta gue ke elu, jangan sakiti dia. Karena dia tidak pernah jatuh cinta itu yang gue rasakan dan gue lihat. Dan elu, jika sudah mantap langsung nikah saja, biar Danda dan elu ada seseorang yang menemani, kasihan rudal elu yang tidak tersentuh," ucap Angga yang membuat Darren berdecih. Angga segera bangun dari tempat duduknya karena dia yakin jika saat ini Darren pasti kesal dengan dirinya. Darren melanjutkan pekerjaannya dia ingin segera balik dan bertemu Anne. Darren bekerja de
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s