Angga menatap Darren dengan tajam dia tidak tahu kenapa belum begitu yakin dengan sahabatnya ini. Darren yang ditatap oleh Angga balik menatap ke arah Angga. "Kenapa, apa ada yang tidak gue ketahui atau yang tidak gue mengerti dengan tatapan matamu itu. Karena tatapan elu itu menyiratkan jika elu tidak percaya ke gue." Darren masih mempertanyakan kenapa Angga memandangnya seperti itu. Angga menghela nafas " Gue bukannya tidak percaya tapi gue itu hanya bisa mendoakan agar elu tidak terluka lagi. Dan satu minta gue ke elu, jangan sakiti dia. Karena dia tidak pernah jatuh cinta itu yang gue rasakan dan gue lihat. Dan elu, jika sudah mantap langsung nikah saja, biar Danda dan elu ada seseorang yang menemani, kasihan rudal elu yang tidak tersentuh," ucap Angga yang membuat Darren berdecih. Angga segera bangun dari tempat duduknya karena dia yakin jika saat ini Darren pasti kesal dengan dirinya. Darren melanjutkan pekerjaannya dia ingin segera balik dan bertemu Anne. Darren bekerja de
Darren menatap jengah dengan wanita satu ini. Karena sudah berkali-kali diusir masih saja tidak pergi dan sekarang masih menunjukkan wajahnya di depannya. "Mau apa lagi. Apa tidak dengar aku katakan apa. Din, kamu itu jangan ke sini lagi. Aku tidak butuh kamu lagi, bukan hanya aku tapi Danda dia sudah ada orang yang menyayanginya lebih dari kamu, jadi jangan kamu datang lagi, jauh-jauh sana," usir Darren yang terlalu lelah menghadapi mantannya ini. "Aku mau bersama Danda. Walaupun hak asuh Danda ada bersamamu, tapi Danda butuh Ibu kandungnya. Terlepas aku salah di masa lalu, tetap aku tidak ingin Danda kehilangan kasih sayang ibunya. Jangan egois kamu," ucap Dinda yang mengatakan jika Danda butuh kasih sayangnya. Darren terlalu malas untuk berbicara dengan Dinda. Darren balik dan meningggalkan Dinda begitu saja. Dia ingin bertemu dengan Danda dan Anne. Dinda yang melihat dirinya di tinggalkan oleh Darren hanya bisa mengumpat. "Awas kamu, aku akan buat kamu menyesal." Dinda segera
Darren menghentikan kegiatannya karena kedatangan seseorang yang tentu saja membuatnya kesal. "Kalau mau enak di rumah dan halalin, jangan di sini orang jomblo tidak akan sakit hati nantinya. Ayo Sayang, kita duduk jangan lihat sahabatmu yang sedang di goda oleh sahabatku yang karatan," ucap Komo yang datang dan dialah yang membuat Darren menghentikan kegiatannya. Marlin yang datang bersama dengan Komk menatap tajam ke arah Anne. "Gue butuh penjelasan yang konkrit dan tidak ada yang terpotong." Marlin ingin tahu apa yang terjadi dengan sahabatnya itu. "Tidak perlu dia jelaskan, aku calon suaminya, jadi jangan buat masalah kamu dengan calonku. Seminggu lagi kami akan menikah," jawab Darren sontak membuat Anne, Marlin dan Komi terkejut. "Bentar dulu, apa yang elu katakan, Tuan Darren? Menikah minggu depan? Eh, seminggu lagi kenapa bisa? Apa elu hamili dirinya, gawat anak orang elu hamilin," jawaban dari Komo sontak membuat Darren melempar Komo dengan bantal hingga menutup wajah Komo. "
Darren sudah tidak lagi bisa menahan hasrat yang bergelora di dalam hatinya. Dia sudah merasakan panas dingin saat melihat tubuh Anne yang terlihat aduhai. Apa lagi saat ini pakaian yang digunakan Anne tersingkap hingga memperlihatkan perut rata. Darren menelan salivanya dengan kasar, kepalanya berdenyut. Tangan Darren terulur ke arah perut ramping Anne. Di usapnya perlahan dan getaran yang sama muncul kembali. "Ughh, aku mau kamu, Sayang."Anne menggeliat karena merasa terganggu. Anne merasakan ada tangan yang mengusap perutnya. Anne mulai meracau dan tentu saja itu membuat Darren makin gemes dan makin mendekati diri Anne. "Euhmm, ikan Marlin, jangan ganggu gue. Elus perut elu sendiri gue geli, ikan Marlin." Anne menepis tangan Darren yang saat ini masih mengusap dengan lembut. Anne menggeliat, jari Darren turun perlahan dibawah pusat hingga membuat Anne mengeluarkan suara manjanya. "Ughmmm, akhhasss, ja-jangan geli. S-sudah cukup, shhh!" Anne benar-benar tidak bisa menahan suara ja
Darren yang mendengar pertanyaan dari Anne tersenyum karena dia tahu jika saat ini Anne pasti belum tahu atau malah pura-pura tidak tahu dengan apa yang akan dia lakukan. Darren membisikkan di telinga Anne dengan lembut. "Yang enak dan aku pastikan kamu akan sangat menyukainya," jawab Darren yang saat ini dadanya bersentuhan dengan dada Anne yang berisi lagi padat hingga caca berwarna pink menyentuh kulit Darren yang entah sejak kapan sudah mengeluarkan keringat. 'J-jangan lakukan itu, ini salah. Kita belum menikah, nanti saat sudah menikah baru kita lakukan, aku mohon padamu, jangan. Ughhh, cu ...." Anne tidak bisa berkata-kata dia merasakan benda keras menusuk intinya yang sudah tidak tertutup sehelai benang pun. Darren mengecup kening Anne dan perlahan dia menggesekkan adik kecil nan panjang di inti Anne. Anne benar-benar kehilangan akal sehatnya, tangan Anne di kalungkan di leher Darren. Keduanya saling bertukar saliva dan tentu saja keduanya menikmati kegiatannya. "Enak sekal
Darren dan Anne segera bergegas memakai pakaian yang sudah berserakan di lantai. Anne bingung melihat kasur yang sudah tercemar oleh keringat bercinta mereka. "Tuan, bagaimana ini, ada bekas bercinta nanti Suster tahu dan itu akan membuat kita malu. Kita harus apa sekarang?" tanya Anne yang khawatir jika ada yang tahu bekas itu. Darren mendekati Anne dan mencari di kasur dan terlihat ada sisa percintaan dirinya. Dengan cepat Darren membuka seprai dan melipatnya. Anne melihat kelakuan Darren. Setelah selesai, Darren menyimpan seprai di paper bag. Cup Darren masih sempat mengecup bibir Anne dengan tiba-tiba hingga membuat Anne tersentak. Dan menutup mulutnya. "Jangan panggil aku, Tuan lagi. Karena aku bukan tuanmu, aku calon suami yang sebentar lagi akan menjadi suami sahmu, ingat itu, Sayang," ucap Darren yang mengedipkan matanya setelah itu keluar dari kamar. Di luar kamar, Dokter yang merawat Danda dan Suster masih terus mengetuk pintu. "Dok, kenapa pintu ini terkunci. Apa ada o
"Coba lihat, aku rasa dia ini tidak tahu malu ya, sudah diusir berkali-kali, masih saja muncul di depan elu. Eh, perempuan, apa kamu ngga punya malu atau apa ya? Kenapa kamu nggak mau nyerah juga, bukannya sudah diusir sahabatku kenapa muncul lagi di sini?" tanya Dokter Angga kepada Dinda yang lagi-lagi muncul di depan Darren. Anne yang melihat kedatangan mantan istri dari Darren hanya bisa diam. Tidak ada yang dia katakan toh dirinya tidak mau mencari masalah sama sekali. Darren benar-benar muak karena sudah diusir masih saja tidak mau pergi. "Mau apa lagi ke sini? Bukannya sudah aku usir dari sini. Sudah tidak ada kepentingan kepentingan di sini, tapi tetap ke sini. Aku sudah katakan jangan pernah datang tapi kamu ... Dinda, tidak bisakah kamu mengerti, jangan dekati anak aku. Pergi jauh-jauh dari anak aku, kamu yang mulai menjauhi anakku dan kamu juga yang membuat surat hitam di atas putih untuk tidak lagi berhubungan dengan anakmu itu, tapi kenapa berubah seperti ini." Darren s
Anne yang mendengar pertanyaan dari Darren yang frontal membuat pipinya bersemu. Bohong jika dia tidak menginginkan lagi. Dirinya sudah terkontaminasi dengan si duda keren ini. "Mau tidak? Kalau mau aku akan lakukan, Sayang. Tenang saja tidak akan ada yang ganggu," goda Darren sambil meremas benda kenyal yang sedari tadi membuat Anne menggeliat. "Ehmm, ufthhh, s-sudah jangan lagi, aku tidak kuat. Nanti, Danda bangun aku tidak mau ia mendengar suaraku yang se ...." Anne tidak bisa menguasai dirinya dengan permainan Darren yang profesional hingga membuat tubuhnya panas dingin. Darren terus merasakan benda kenyal milik Anne dengan memejam matanya. Tidak mendengar apa yang Anne katakan. Anne menarik rambut Darren hingga Darren sedikit meringis tapi nikmat. "Auhhh, Sayang. Kamu nakal sekali, jangan ditarik," ucap Darren yang akhirnya meminta kepada Anne untuk tidak menariknya. "Makanya jangan seperti itu, ughhh. Nanti Danda bangun. Lihat itu, terlihat dari sini ranjang Danda, kalau d
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s