Darren yang mendengar pertanyaan dari Anne tersenyum karena dia tahu jika saat ini Anne pasti belum tahu atau malah pura-pura tidak tahu dengan apa yang akan dia lakukan. Darren membisikkan di telinga Anne dengan lembut. "Yang enak dan aku pastikan kamu akan sangat menyukainya," jawab Darren yang saat ini dadanya bersentuhan dengan dada Anne yang berisi lagi padat hingga caca berwarna pink menyentuh kulit Darren yang entah sejak kapan sudah mengeluarkan keringat. 'J-jangan lakukan itu, ini salah. Kita belum menikah, nanti saat sudah menikah baru kita lakukan, aku mohon padamu, jangan. Ughhh, cu ...." Anne tidak bisa berkata-kata dia merasakan benda keras menusuk intinya yang sudah tidak tertutup sehelai benang pun. Darren mengecup kening Anne dan perlahan dia menggesekkan adik kecil nan panjang di inti Anne. Anne benar-benar kehilangan akal sehatnya, tangan Anne di kalungkan di leher Darren. Keduanya saling bertukar saliva dan tentu saja keduanya menikmati kegiatannya. "Enak sekal
Darren dan Anne segera bergegas memakai pakaian yang sudah berserakan di lantai. Anne bingung melihat kasur yang sudah tercemar oleh keringat bercinta mereka. "Tuan, bagaimana ini, ada bekas bercinta nanti Suster tahu dan itu akan membuat kita malu. Kita harus apa sekarang?" tanya Anne yang khawatir jika ada yang tahu bekas itu. Darren mendekati Anne dan mencari di kasur dan terlihat ada sisa percintaan dirinya. Dengan cepat Darren membuka seprai dan melipatnya. Anne melihat kelakuan Darren. Setelah selesai, Darren menyimpan seprai di paper bag. Cup Darren masih sempat mengecup bibir Anne dengan tiba-tiba hingga membuat Anne tersentak. Dan menutup mulutnya. "Jangan panggil aku, Tuan lagi. Karena aku bukan tuanmu, aku calon suami yang sebentar lagi akan menjadi suami sahmu, ingat itu, Sayang," ucap Darren yang mengedipkan matanya setelah itu keluar dari kamar. Di luar kamar, Dokter yang merawat Danda dan Suster masih terus mengetuk pintu. "Dok, kenapa pintu ini terkunci. Apa ada o
"Coba lihat, aku rasa dia ini tidak tahu malu ya, sudah diusir berkali-kali, masih saja muncul di depan elu. Eh, perempuan, apa kamu ngga punya malu atau apa ya? Kenapa kamu nggak mau nyerah juga, bukannya sudah diusir sahabatku kenapa muncul lagi di sini?" tanya Dokter Angga kepada Dinda yang lagi-lagi muncul di depan Darren. Anne yang melihat kedatangan mantan istri dari Darren hanya bisa diam. Tidak ada yang dia katakan toh dirinya tidak mau mencari masalah sama sekali. Darren benar-benar muak karena sudah diusir masih saja tidak mau pergi. "Mau apa lagi ke sini? Bukannya sudah aku usir dari sini. Sudah tidak ada kepentingan kepentingan di sini, tapi tetap ke sini. Aku sudah katakan jangan pernah datang tapi kamu ... Dinda, tidak bisakah kamu mengerti, jangan dekati anak aku. Pergi jauh-jauh dari anak aku, kamu yang mulai menjauhi anakku dan kamu juga yang membuat surat hitam di atas putih untuk tidak lagi berhubungan dengan anakmu itu, tapi kenapa berubah seperti ini." Darren s
Anne yang mendengar pertanyaan dari Darren yang frontal membuat pipinya bersemu. Bohong jika dia tidak menginginkan lagi. Dirinya sudah terkontaminasi dengan si duda keren ini. "Mau tidak? Kalau mau aku akan lakukan, Sayang. Tenang saja tidak akan ada yang ganggu," goda Darren sambil meremas benda kenyal yang sedari tadi membuat Anne menggeliat. "Ehmm, ufthhh, s-sudah jangan lagi, aku tidak kuat. Nanti, Danda bangun aku tidak mau ia mendengar suaraku yang se ...." Anne tidak bisa menguasai dirinya dengan permainan Darren yang profesional hingga membuat tubuhnya panas dingin. Darren terus merasakan benda kenyal milik Anne dengan memejam matanya. Tidak mendengar apa yang Anne katakan. Anne menarik rambut Darren hingga Darren sedikit meringis tapi nikmat. "Auhhh, Sayang. Kamu nakal sekali, jangan ditarik," ucap Darren yang akhirnya meminta kepada Anne untuk tidak menariknya. "Makanya jangan seperti itu, ughhh. Nanti Danda bangun. Lihat itu, terlihat dari sini ranjang Danda, kalau d
Anne di tanya ada apa dengan Darren menundukkan kepala, dia tidak menjawabnya karena baginya itu sangat memalukan. "Tidak apa, aku ingin tidur. Mataku sangat ngantuk, kamu tidur lah. Aku akan tidur di sebelah Danda," jawab Anne yang segera bangun. Darren menahan tangan Anne dia tidak suka jika Anne menutupi apa yang terjadi. Dia tidak mau ada rahasia di antara mereka."Aku tidak mau ada rahasia di antara kita. Aku mau terbuka kepadamu. Apa kamu tidak suka dengan apa yang kita lakukan? Jika tidak suka, aku tidak akan menyentuhnya. Biar kita lakukan saat kita menikah. Aku janji, hanya kali ini saja. Ingat besok kita siapkan pernikahan besok ya," kata Darren yang segera memeluk Anne. Anne membalas pelukkan Darren dengan erat. Kelegaan Anne dengan perkataan Darren membuat Anne percaya jika Darren pria yang bertanggung jawab. "Sudah kamu tidur di dalam saja. Biar aku jaga Danda. Besok dia juga sudah pulang, pergi tidur sana," ucap Darren yang meminta Anne untuk tidur di dalam kamar. A
Pagi ini suasana semakin semangat, Nyonya Dini datang untuk melihat anak, cucu dan calon menantu. Darren tersenyum karena yang datang Nyonya Dini. "Ma, sama siapa ke sini. Pagi sekali datangnya," ucap Darren yang menyapa Nyonya Dini dan tidak lupa nyalamanin Nyonya Dini. "Sama supir, ini Mama bawa makanan buat kamu dan pakaian untuk Danda dan Anne. Kamu pasti ngak dibolehin untuk pulang oleh anak yang satu ini kan, sudah mandi dan kita sarapan sama-sama," kata Nyonya Dini menyerahkan pakaian yang akan di kenakan oleh Anne. "Terima kasih," jawab Anne singkat dan meraih paper bag. Anne segera ke kamar mandi, tubuhnya lengket karena ulah Darren tadi malam. Darren menatap kepergian Anne. Nyonya Dini yang melihat Darren menatap Anne ikut melihat ke arah wanita tersebut. "Kenapa kamu melihat dia, apa kamu mau mandi bareng dia? Jangan berharap ya, nanti belum sah. Apa Anne mau menikah dengan kamu?" tanya Nyonya Dini yang penasaran dengan jawaban Anne. "Eh, Mama, sejak kapan mau mandi
Anne hanya mengirimkan gambar emoticon senyuman itu membuat Marlin makin kesal. Dia meminta penjelasan tapi malah mendapatkan kejutan di pagi hari. "Ini anak memang membuat aku bisa serangan jantung. Belum menjelaskan apa yang sebenarnya malah langsung mengatakan lamaran. Anne kamu harus menjelaskan padaku nanti," ucap Marlin yang segera ke rumah Bibi Anne untuk memberitahukan kabar bahagia ini. Dengan mengendarai mobil Pick-up, Marlin melaju menuju rumah Bibi Anne yang tidak jauh dari rumahnya. Sesampainya di rumah Bibi Anne segera Marlin turun. Kebetulan Bibi ada di depan rumah sedang menyiram tanaman. "Bibi, ada kabar bahagia!" teriak Marlin yang membuat si Bibi terkejut dengan suara cempreng Marlin. "Apa kamu nggak bisa ucapkan salam gitu, datang-datang langsung katakan kabar gembira. Apa kamu mau menikah dengan pria yang di toko bunga itu ya?" tanya Bibi yang langsung menebak Marlin akan menikahi pria yang tidak lain asisten Darren. "Ck, tidak Bibi. Pria Yunani itu tidak ak
Komo pagi-pagi dikejutkan dengan suara deringan ponsel. Dia semalam lembur karena mengerjakan pekerjaan Darren dan sekarang dia harus terganggu karena seseorang menghubungi dirinya. "Akh, siap banget deh. Gue baru tidur dan kenapa gue di ganggu sih, apa. Tidak bisakah mereka tidak menganggu aku bareng sehari saja, aku ngantuk!" rengek Koko yang kesal karena tidurnya terganggu. Komo mencari ponselnya dan setelah ketemu, Komo melihat siapa yang menghubungi dirinya pagi-pagi. Komo menyerngitkan keningnya karena Darren menghubunginya, dengan cepat Komo langsung menekan tombol hijau. "Apa mau kamu, Bos? Kenapa mengangguku?" tanya Komo yang mendengar ocehan Darren.Komo mendengar perintah dari Darren, dia awalnya masih memejamkan mata sambil mendengar perkataan Darren. Tanpa di duga, Komo langsung terduduk dengan raut wajah yang terkejut. "Apa? Lamaran? Gila nggak tuh. Kenapa cepat sekali bos?" tanya Komo lagi. Komo mendengarkan penjelasan Darren dan hanya menganggukkan kepala. Dan pad
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s