Dinda murka mendengar apa yang anak buahnya katakan. Dinda meminta anak buahnya untuk mengawasi Darren semua gerak gerik Darren di ikuti terus dan harus dilaporkan ke dirinya. "Aku mau acara mereka gagal, aku tidak mau jika mereka bahagia sedangkan aku, harus sedih dan menderita. Itu tidak boleh, mereka harus sama dengan aku. Jika aku tidak dapat maka dia pun tidak dapat. Wanita itu tidak boleh memiliki Darren."Dinda pun menunggu anak buahnya untuk menjalankan rencananya. Dia tidak mau sampai gagal. Harus benar-benar berhasil mereka tidak boleh bersama. Di rumah Bibi Mela semua persiapan sudah rampung. Komo juga mengatakan kepada pihak media kalau Darren akan tunangan, itu sengaja dia lakukan agar orang-orang yang ada kaitannya dengan Darren menjauh. Marlin yang melihat persiapan dari Anne hanya bisa mengerjapkan matanya. Semuanya terlihat mewah dan banyak para wartawan datang padahal hanya tunangan tapi sudah seperti ini. Marlin memberanikan diri untuk bertanya ke Komo. "Tuan,
Anne terdiam sesaat sebelum masuk ke dalam rumah. Komo yang tahu jika perkataan itu adalah fitnah langsung menoleh ke arah Marlin. "Bawa dia masuk cepat. Biar gue urus mereka. Kurang ajar, ini yang gue takuti pasti ada yang mencoba untuk mengagalkan rencana lamaran Darren. Masuk saja Anne, jangan pikirkan apapun, cepat masuk sana," ucap Komo yang meminta Anne untuk masuk dan tidak mendengar apapun yang mereka katakan. Bisik-bisik terdengar jelas di telinga Anne, para tetangga yang awalnya baik-baik saja langsung ikut membicarakan Anne di belakangnya. Bibi Mela tidak terima dengan apa yang dikatakan para wartawan menghampiri mereka. "Hei, kalau ngomong yang bener, jangan asal ya kalian. Sejak kapan keponakan saya hamil duluan. Kalian mau kami tuntut iya? Kalian pergi saja dari sini jangan menyebar fitnah!" tegas Bibi Mela yang tidak terima keponakannya di fitnah. "Bibi, sudah jangan buat keributan ini bisa saya atasi. Bibi masuk saja ke rumah. Temani keponakan Bibi.""Tidak bisa be
Dinda melihat siapa yang mengatakan jika dia salah menantang Darren. Dinda sedikit terkejut karena melihat kedatangan wanita yang dia lawan saat di tempat umum dan di rumah sakit waktu itu. "Mau apa kamu? Apakah kamu tidak jera aku hajar hmm?" tanya Dinda yang saat ini tidak suka dengan wanita yang tidak lain adalah Raya. Dinda heran dari mana Raya tahu rumahnya dan kenapa dia bisa masuk begitu saja ke sini. "Pelayan, kemana kalian semua! Siapa yang mengizinkan dia masuk ke sini? Usir dia cepat!" teriak Dinda yang tidak suka melihat Raya yang menjadi rivalnya. "Haha, Dinda sayang, kamu ini tidak suka ya kalau aku tahu rumahmu ini. Aku tidak bodoh untuk mengetahui keberadaan orang yang dekat dengan Darren. Aku ke sini juga sudah izin dengan satpam karena aku katakan jika kamu dan aku berteman."Dinda yang mendengar Raya yang mengakuinya teman hanya berdecih dan tidak menyangka jika Raya mengakui hal itu. "Sejak kapan aku jadi temanmu. Orang yang jadi rivalku tidak akan menjadi te
Komo yang memerintahkan anak buahnya untuk bisa menangkap orang yang sudah menfitnah Anne mendapat angin segar. Anak buah Komo segera menjalankan tugasnya. Saat pria tersebut pergi dari kerumunan orang di saat itu lah anak buah dari Komo segera menangkapnya. "Tugas sudah selesai sekarang kita harus laporkan ke bos. Lumayan dapat cuan tinggi ini. Lihatlah, para wartawan sedang membuat berita mengenai ini," ucap seorang pria yang mengatakan jika tugasnya sudah selesai kepada rekannya yang lain. "Benar sekali, kita harus segera laporkan ka .... " Anak buah Komo sudah memegang tangan mereka dan menuntun mereka untuk mengikutinya ke mobil lain. "Hei, lepaskan tangan kalian. Siapa. Kalian berani sekali melakukan ini. Kami wartawan, nanti kami akan tuntut kalian. Cepat lepaskan kami!" teriaknya dan berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman pria bertubuh besar. "Jangan banyak bicara sekarang ikut jika tidak aku akan segera mematahkan tangan dan kaki kalian agar tidak bisa berjalan
Darren benar-benar kesal karena Dinda lagi-lagi datang, dia tidak tahu harus mengatakan apa dengan mantannya ini. Berkali-kali di usir tetap saja datang dan dengan tidak tahu malunya melarang dirinya. "Apa maumu, hahh? Tidak bisakah kamu pergi dari kehidupanku, apa kamu tidak tahu jika aku sudah muak dengan semua yang kamu lakukan. Apa sekarang, pria yang selingkuh denganmu itu mencampakkanmu? Hingga kamu mengemis di hadapanku. Tidak tahu malu," sindir Darren yang membuat Dinda mengepalkan tangannya. "Harusnya kamu itu malu, sudah tidak di terima masih saja datang. Kalau saya ora sudi, yang ada akan memalukan diri sendiri. Wanita itu punya harga diri, sudah dimuntahkan tidak akan di jilat lagi, malu," ucap Bibi Lisa istri dari Paman Boni. "Pergi sana, jangan ganggu anakku, sudah berapa kali kamu membuat anak saya terluka, kamu tidak pantas menjadi ibu Danda. Pergi kamu," usir Nyonya Dini yang geram karena anaknya harus cepat datang ke rumah Anne tapi malah di ganggu oleh mantan men
Marlin dan Komo memandang pria yang mengatakan wanitanya cantik. "Lu siapa? Apa gue mengundang elu? Dan lihat lah dia ini aneh sekali. Baju warna pink dan sepatu juga pakai dasi kupu-kupu lagi, apa dia mau karnaval ya?" tanya Komo yang mendekati pria tersebut. "Hai, jangan merendahkan aku ya, aku ini manager di toko boneka dan aku ke sini mau menemui gadisku, pergi sana," usir pria tersebut yang bernama Bono. Marlin yang tahu mendekati Bono dan menepuk pundaknya. Komo melihat Marlin dekat dengan pria aneh ini segera menjauhi Marlin. "Jangan dekati dia, nanti kamu jatuh cinta dengan dia aku tidak mau kamu selingkuh," ucap Komo yang membuat Marlin mendengus kesal karena Komo mengatakan jika dia jatuh cinta dan selingkuh dengan Bono. "Begini ya Tuan Dewa Yunani, saya dan Bono ini tidak selingkuh dan tidak akan pernah. Dia ini menyukai Anne dan cinta matinya dengan Anne, jadi jangan berpikiran kalau akan ada cinta antara saya dan dirinya. Jadi, lebih baik diam," jawab Marlin yang kes
"Terima kasih karena sudah datang di rumah saya ini, untuk lamaran bisa langsung di tanyakan oleh anak kami. Tolong panggilkan, Anne," ucap salah satu kerabat Bibi Mela yang menjadi wakil keluarga Anne. Bibi Mela segera bangun dan mendekati pintu kamar. Kenop pintu terbuka Bibi Mela tersenyum ke arah Marlin dan Anne yang saat ini terlihat sangat cantik. "Aduh ... Aduh ... Cantik sekali ponakan Bibi, ayo sayang kita keluar Tuan Tanah sudah menunggu kamu di luar," ucap Bibi Mela yang meminta Anne untuk keluar. "Baik, Bibi," jawab Anne yang segera bangun dari tempat duduknya. Marlin membawa Anne keluar dengan perlahan. Darren benar-benar mempersiapkan semuanya tidak ada yang kurang dari pakaian dan segala sesuatunya hingga Anne terlihat cantik. Anne sempat bingung dari mana pria ini tahu ukuran pakaiannya. Darren yang melihat Anne keluar dari kamar takjub dia tidak menyangka jika Anne sangat cantik bajunya juga pas. Danda yang melihat Anne segera berdiri dan menghampiri Anne. "Ma
"Tadi, ada wartawan gadungan ke sini. Dia mengatakan kalau lamaran ini dadakan karena calon elu hamil duluan. Sempat ramai tadi mereka meminta penjelasan dan gue sudah jelaskan. Beruntung acara ini tidak gagal, gue tidak tahu kalau ini sampai gagal dan berita ini sampai booming, tapi elu tenang saja gue sudah bawa ke markas itu wartawan gadungan." Komo menjelaskan apa yang terjadi tadi sebelum Darren tiba di sini. "Kenapa elu tidak kasih tahu gue kalau terjadi sesuatu dan elu sudah cari tahu siapa orangnya yang sudah fitnah calon istri gue" tanya Darren yang tidak terima dengan fitnah yang ditujukan ke Anne. "Gue tidak tahu, karena gue buru-buru minta anak buah gue bawa tuh orang ke sana. Jadi, mana sempat bertanya. Kalau elu mau kita bisa ke sana, habis acara ini. Sekarang elu nikmati dulu lamaran elu ini, setelah itu baru kita habisi," jawab Komo yang mengatakan tidak tahu siapa yang memerintah kedua pria itu. "Baiklah, kalau seperti itu kita tunggu sampai selesai. Lagian tadi j
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s